- Irdam II/Sriwijaya Buka Persami Korps Kadet Republik Indonesia
- Tiga Korban Tewas dan Satu Warga Hilang akibat Banjir di Semarang
- Prajurit Harus Berintegritas dan Tangguh, Jadi Teladan bagi Masyarakat
- Pegawai Bank Terdakwa Kasus Penipuan Bisnis Minyak Goreng Bebas dari Tahanan
- Banjir Kembali Rendam Jakarta, Satu Warga Tewas akibat Pohon Tumbang
Jelajah Jalur Pansela, Menatap Mata Pencaharian Rakyat untuk Bertahan Hidup Puluhan Tahun
Dulu Punya Puluhan Becak, Kini Tinggal Satu yang Mangkal

Ngalor-ngidul dilakoni awak media ini selama berapa hari di Kota Bandung. Terlebih jarak antara penginapan dan lokasi Kongres Wartawan tidak jauh dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Siang itu suhu di Kota Kembang cukup terik dan menyengat. Hampir mencapai 32 derajat Celcius. Awak media ini mencoba order taksi online melalui aplikasi di smartphone. Tiba-tiba terlihat satu becak di perempatan Jl Lembong. Tampak seorang pengemudinya duduk di dalam becak. Media ini pun mengurungkan niat order taksi online lalu memilih untuk naik becak.
Pria paruh baya itu bernama Diman (59). Dia mengaku menarik becak hanya untuk bertahan hidup dan menafkahi keluarganya. “Sudah 30 tahun saya narik becak. Dulu becak saya puluhan. Sekarang tinggal satu ini buat cari makan,” ungkapnya.
Ditanya soal becak yang beroperasi di Bandung, kata dia, masih ada tapi tidak banyak. “Saya sendiri yang mangkal di sini,” katanya.
Berbekal badan gempal, Diman kerap dipanggil orang untuk menggunakan jasa pijat dan urut. “Banyak orang yang menghubungi minta diurut oleh saya. Hanya sampingan. Menarik becak tetap jadi pekerjaan utama saya,” pungkasnya.



