- Satu Warga Probolinggo Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
Transisi dari Pandemi ke Endemi, Pemerintah Longgarkan Kewajiban Pakai Masker dan Aturan Perjalanan
PALEMBANG, SIMBUR – Pemerintah mengumumkan pelonggaran kewajiban memakai masker di ruang terbuka. Selain itu, pemerintah juga tidak lagi memperketat aturan perjalanan dalam dan luar negeri. Hal itu diungkap Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers di Media Center Satgas Penanganan Covid-19, Graha BNPB Jakarta, Selasa (17/5).
Menurut Menkes, program transisi yang disiapkan pemerintah secara bertahap dari pandemi ke kondisi endemi merupakan wujud pemahaman masyarakat. Tanggung jawab kesehatan ada pada diri masing-masing. Salah satu hal paling penting dalam transisi, kata Menkes, selain data-data saintifiknya, pemahaman masyarakat bahwa tanggung jawab kesehatan ada pada diri masing-masing individu. “Sekuat apa pun negara mencoba mengatur masyarakatnya untuk berperilaku hidup sehat tetap yang paling bagus adalah kesadaran dari masing-masing individu,” ungkapnya.
Dijelaskannya, transisi terjadi saat masyarakat sudah menyadari bagaimana caranya menerapkan protokol kesehatan pada diri dan keluarganya. “Apa yang telah dilakukan Presiden merupakan salah satu langkah untuk kita secara bertahap bertransisi dari pandemi menjadi endemi,” ungkapnya.
Latar belakang pemerintah mulai mengambil langkah ini, tambah dia, dilakukan secara bertahap. Kenaikan kasus Covid-19 yang disebabkan omicron varian baru. Penularan omicron jauh lebih tinggi di atas delta sehingga banyak yang tertular. Kejadian di beberapa negara seperti Amerika dan Jepang, sekarang yang sedang tinggi naik di Taiwan dan Cina.
Seperti India dan Indonesia ternyata varian tersebut sudah dominan tetapi tidak diamati adanya kenaikan kasus yang tinggi. Hasil sero survei sebelum masa mudik lebaran pada grup orang yang sama, angkanya terjadi kenaikan dari 93 persen menjadi 99,2 persen. Data menarik lainnya, kadar antibodinya juga jauh lebih tinggi. Jika pada Desember lalu rata-rata ordenya di angka ratusan, sekitar 500 – 600, di bulan Maret kadar anti bodinya naik ke orde ribuan di angka 7000 – 8000. “Dari hasil survei naik dari 93 persen menjadi 99,2 persen disebabkan karena percepatan vaksinasi,” paparnya.
Masih kata Menkes, hampir semua negara diperbolehkan tidak memakai.masker saat berkegiatan di luar ruangan atau tempat terbuka yang tidak padat orang. “Untuk yang sudah divaksinasi lengkap tidak perlu lagi untuk PCR atau antigen saat mau berpergian ke dalam maupun luar negeri,” serunya.
Sementara, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covud-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, arahan presiden telah menimbang perkembangan terkini kasus tingkat nasional dan global dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian. Karena itu, pemerintah telah menerapkan pelonggaran kewajiban pemakaian masker dan aturan perjalanan dalam dan luar negeri yang merupakan program transisi ke endemi.
Wiku, satgas Penanganan Covid-19 segera menindaklanjutinya dalam Surat Edaran (SE) terbaru yang mengelaborasi arahan presiden melalui beberapa perubahan kebijakan pengendalian Covid-19 dengan masa berlaku efektif per 18 Mei 2022.
Untuk pelonggaran masker ini sendiri, lanjut Wiku dapat dilakukan untuk aktivitas di ruangan terbuka yang tidak padat orang. “Meski demikian, kepada populasi rentan dan orang yang sedang dalam keadaan tidak sehat, disarankan tetap memakai masker. Agar mencegah peluang tertular atau menularkan secara lebih optimal,” harapnya.
Untuk kewajiban menunjukkan hasil tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan internasional akan dihapus. “Tetapi untuk dapat melakukan perjalanan internasional maupun di dalam negeri dengan catatan sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap dari negara asalnya,” tegas Wiku.
Selain itu, dalam momentum ini pemerintah sepakat memanfaatkan waktu untuk melakukan Pemulihan ekonomi nasional yang terdampak akibat pandemi selama 2 tahun belakangan sehingga dapat pulih kembali. Meski demikian, walaupun pemerintah telah banyak mengizinkan kembali aktivitas masyarakat, namun harus tetap melanjutkan upaya vaksinasi dan budaya hidup bersih dan sehat seperti protokol kesehatan. “Karena sejatinya pandemi belum resmi dinyatakan berakhir oleh WHO,” pungkas Wiku.
Diketahui, perkembangan penanganan pandemi Covid-19 per 17 Mei 2022 secara nasional, angka kesembuhan harian bertambah 1.029 orang terdiri 1.011 transmisi lokal dan 18 Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Sehingga angka kumulatifnya terus meningkat melebihi 5,8 juta orang sembuh atau tepatnya 5.890.826 orang (97,3 persen).
Sejalan itu, kasus aktif atau pasien positif yang membutuhkan perawatan medis, berkurang 799 kasus dengan angka kumulatifnya kisaran 3 ribu kasus atau tepatnya 3.898 kasus (0,1 persen). Sementara, pasien terkonfirmasi positif (RT-PCR/TCM dan rapid antigen), per hari ini bertambah 247 kasus terdiri 231 kasus transmisi lokal dan 16 PPLN. Sehingga angka kumulatifnya, atau jumlah pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga hari ini mencapai 6.051.205 kasus.
Disamping itu, pasien meninggal bertambah 17 kasus transmisi lokal dengan kumulatifnya mencapai 156.481 kasus (2,6 persen). Selain itu, dari hasil uji laboratorium per hari, spesimen selesai diperiksa (RT-PCR/TCM dan rapid test antigen) per hari sebanyak 136.377 spesimen dengan jumlah suspek sebanyak 3.221 kasus.
Pada perkembangan program vaksinasi, penerima vaksin ke-1 19.065 totalnya melebihi 199 juta atau 199.644.471 orang. Sedangkan penerima vaksinasi ke-2 bertambah 17.579 dengan totalnya melebihi 166 juta atau tepatnya 166.290.758 orang. Serta vaksinasi ke-3 bertambah 24.912 dengan totalnya melebihi 42 juta atau 42.734.668 orang. Sementara target sasaran vaksinasi berada di angka 208.265.720 orang.
Lebih lanjut, pada perkembangan per provinsi, kesembuhan dari 21 provinsi. Angka tertinggi harian dari 5 provinsi diantaranya, tertinggi di Jawa Barat 776 orang terdiri 765 transmisi lokal dan 11 PPLN dengan kumulatifnya 1.089.648 orang, diikuti DKI Jakarta 93 orang terdiri 66 transmisi lokal dan 5 PPLN dengan kumulatifnya 1.233.107 orang, Jawa Tengah 42 orang dari transmisi lokal dengan kumulatifnya 594.029 orang, Bali 28 orang terdiri 22 transmisi lokal dan 6 PPLN dengan kumulatifnya 152.681 orang, serta Jawa Timur 24 orang dari transmisi lokal dengan kumulatifnya 544.156 orang.
Kasus terkonfirmasi positif bertambah dari 20 provinsi. Angka tertinggi berasal dari 5 provinsi, diantaranya DKI Jakarta 74 kasus terdiri 69 transmisi lokal dan 5 PPLN dengan kumulatifnya 1.249.254 kasus, diikuti Jawa Barat 42 kasus dari transmisi lokal dengan kumulatifnya 1.106.085 kasus, Jawa Tengah 35 kasus dengan kumulatifnya 627.405 kasus, Banten 23 kasus dari transmisi lokal dengan kumulatifnya 292.800 kasus, serta Jawa Timur 18 kasus terdiri 7 transmisi lokal dan 11 PPLN dengan kumulatifnya 157.437 kasus.
Untuk kasus aktif tersebar di 33 provinsi. Terdapat 5 provinsi dengan angka tertinggi diantaranya, DKI Jakarta 865 kasus, Jawa Barat 643 kasus, Riau 341 kasus, Banten 270 kasus, dan Jawa Tengah 214 kasus. Disamping itu, hari ini 6 provinsi menambahkan kematian dari kasus transmisi lokal. Angka tertinggi 10 kasus di Jawa Barat dengan kumulatifnya 15.795 kasus. Diikuti 2 kasus masing-masing di Jawa Tengah dengan kumulatifnya 33.162 kasus, dan Jawa Timur dengan kumulatifnya 31.626 kasus. Sementara 3 provinsi lainnya masing-masing 1 kasus diantaranya DI Yogyakarta kumulatifnya 5.903 kasus, Riau 4.437 kasus, Kalimantan Tengah 1.507 kasus.
Selain itu, hasil uji per hari jejaring laboratorium berbagai wilayah, jumlah kumulatif spesimen selesai diperiksa mencapai 97.570.814 spesimen. Terdiri dari spesimen positif (kumulatif) sebanyak 11.585.579 spesimen dan spesimen negatif (kumulatif) sebanyak 84.304.666 spesimen. Positivity rate orang harian dari NAAT (RT-PCR) dan Antigen di angka 0,39% dan positivity rate orang mingguan (8 – 14 Mei 2022) di angka 0,45 persen. Sementara spesimen invalid dan inkonklusiv (per hari) berjumlah 4 spesimen.
Untuk jumlah orang yang diperiksa per hari ini ada 106.614 orang dan kumulatifnya 64.309.123 orang. Lalu pada hasil terkonfirmasi negatif jumlah kumulatifnya meningkat menjadi 58.257.918 orang, termasuk tambahan hari ini sebanyak 106.367 orang. Sementara positivity rate orang harian dari NAAT (RT-PCR/TCM) dan Antigen di angka 0,23 persen dan positivity rate orang mingguan (8 – 14 Mei 2022) di angka 0,34%. Secara sebaran wilayah terdampak masih berada di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota.(wms12/red)



