- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Orasi Ilmiah di Unsri, Mendagri Tito Karnavian Sebut Kekuatan Riset Perguruan Tinggi Dukung Indonesia Emas 2045
PALEMBANG, SIMBUR — Peran perguruan tinggi sangat penting dalam mendukung Indonesia Emas 2045. Hal itu diungkap Menteri Dalam Negeri RI Prof Drs H M Tito Karnavian MA PhD saat orasi ilmiahnya pada perayaan Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya (Unsri) di Auditorium Kampus Indralaya, Senin (3/11). “Indonesia Emas di 2045 itu merupakan peringatan 100 tahunnya Indonesia merdeka,” ujar Mendagri Tito Karnavian.
Menurut Tito, Indonesia Emas 2045 bukanlah dibuat semata-mata, tapi memang sudah menjadi target lembaga kredibel di dunia. “Seperti IMF itu memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terjadi pada 2045 mendatang. Paling tidak kekuatan ekonomi 4-5 di dunia,” lanjutnya.
Saat ini, Indonesia sudah berada di 20 negara ekonomi terbesar di dunia. Kunci sebuah kemajuan adalah pendidikan. “Dalam kesempatan ini, saya berharap hendaknya Unsri bisa setara dengan perguruan tinggi top lainnya di Indonesia,” ucapnya.
Mendagri menekankan pentingnya kontribusi perguruan tinggi dalam membentuk sumber daya manusia unggul, inovatif, dan adaptif terhadap perubahan global menuju visi Indonesia Emas. “Saya melihat bahwa peran dari perguruan tinggi karena SDM menjadi kunci yang paling penting. Lembaga pendidikan tertinggi diharapkan bisa memproduksi sumber daya manusia yang terdidik, terlatih, yang akan memimpin,” imbaunya.
Mendagri menekankan bahwa riset merupakan kunci keunggulan perguruan tinggi. Ia menilai, tanpa riset yang kuat, perguruan tinggi tidak akan mampu berkembang dan bersaing di tingkat nasional maupun global. “Kekuatan perguruan tinggi untuk unggul salah satunya adalah riset. Ilmu pengetahuan selalu berkembang, situasi berubah. Riset menjadi kunci perguruan tinggi. Kalau perguruan tinggi tidak kuat risetnya, tidak akan berkembang,” terangnya.
Sementara, Rektor Universitas Sriwijaya Prof Dr Taufik Marwa SE MSi dalam sambutannya menyampaikan, momentum Dies Natalis ini bukan sekadar perayaan usia. Akan tetapi, refleksi atas perjalanan panjang Unsri dalam menjaga semangat pengabdian terhadap ilmu pengetahuan dan pembangunan daerah.
“Enam puluh lima tahun yang lalu, Unsri lahir dari cita-cita besar masyarakat Sumatera Selatan untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempercepat pembangunan daerah,” ujarnya.
Prof Taufik menambahkan, dari perguruan tinggi yang sederhana di tepian Sungai Musi, kini Unsri telah tumbuh menjadi universitas besar dan berpengaruh di tingkat nasional, dengan dua kampus utama di Indralaya dan Palembang. Di samping jejaring akademik yang luas di bidang riset dan pengabdian masyarakat.
“Tema Dies Natalis tahun ini, ‘Unsri Bersinergi Berdampak untuk Negeri’, bukan hanya slogan, tetapi cerminan tekad kami untuk terus menjadi perguruan tinggi yang kolaboratif, relevan, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan bangsa,” katanya.
Menurut Rektor, ada dua kata kunci dalam tema dies natalis tahun ini, yaitu bersinergi dan Berdampak. Kata kunci pertama, Bersinergi. Bersinergi dapat diartikan bekerja bersama-sama memberikan kontribusi, sekecil apapun yang dapat kita berikan. “Unsri bisa maju bukan karena satu orang, bukan karena satu kelompok, bukan karena satu golongan,” terangnya.
Lanjut Rektor, kata kunci kedua, berdampak. Berdampak adalah sesuatu yang menghasilkan perubahan, perubahan yang kita harapkan adalah perubahan ke arah perbaikan. “Unsri mempunyai tanggung jawab untuk memberi kontribusi secara nyata dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, oleh bangsa dan negara,” tandasnya.
Hadir dalam kesempatan itu, Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri Dr Drs H Agus Fatoni MSi, Gubernur Sumatera Selatan Dr H Herman Deru, Wali Kota Palembang Ratu Dewa, Bupati Musi Banyuasin H M Toha Tohet SH, dan Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar SH MSi.(red/kbs)



