- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Dugaan Penipuan Berkedok Umrah Murah di Palembang Kembali Terungkap
PALEMBANG, SIMBURNEWS –
Pemeriksaan intensif 1×24 jam dilakukan pascapenangkapan bos PT Hasanah Barokah Sriwijaya, Rabu (20/6) pukul 03.30 di Jawa Barat. Terungkap jumlah dana 600 jemaah yang terhimpun mencapai Rp20 miliar. Mereka mendaftar keberangkatan ke Tanah Suci periode 2018-2019 dan haji plus 2018. Sebagian uang tersebut malah digunakan untuk keperluan pribadi Direktris PT Hasanah Barokah Sriwijaya, Faorita (47). Sebagian lagi dipakai untuk membeli aset perusahaan umrah dan haji plus yang beralamat di Jl HBR Motik Km 8 Kompleks Green Tara Ruko 5-9, Palembang.
Hasil pemeriksaan terhadap Faorita itu diungkap Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sumsel Kombes Pol Budi Suryanto, kemarin (21/6). “Dari penyidikan lebih lanjut diketahui kalau PT Hasanah Barokah Sriwijaya ini tidak terdaftar sebagai penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) di Sumsel,” ungkapnya seraya menambahkan, PT Hasanah Barokah Sriwijaya memberangkatkan jemaahnya melalui pihak ketiga, yaitu Travel Annabi dan Khasanah di Jakarta.
“PT Hasanah Tour Sriwijaya, dengan dirut Fourita, diketahui dari kementerian Agama Sumsel, memang tidak terdaftar sebagai penyelenggaran keberangkatan umroh atau illegal. Dengan menggunakan pihak ketiga Hasanah dan Anadi dalam kuota keberangkatannya,” ungkapnya.
Tersangka Rita sendiri, bakal dijerat pasal berlapis yakni 378 KUHP tentang penipuan penggelapoan dan TPPU atau pencucian uang. “Tersangka juga memalsukan identitas E-KTP dengan nama-nama juga NIK nya berbeda, yang digunakan untuk membuka tabungan-tabungan di bank, tujuannya menampung uang para jamaah,” cetusnya.
Ada pun motifnya, serupa dengan kasus Abu Tour, Atu First Travel, tersangka menggunakan untuk kepentingan pribadi, kesenangan pribadi, seperti membeli mobil, barang mewah bahkan ruko. “Uang dari hasil kejahatan tersangka ini digunakan untuk keperluan lain, yakni dibelikan 10 kios di kawasan Alang-Alang Lebar, ruko dan mobil, sudah kita sita. Uang jemaah ini tidak digunakan sebagaimana mestinya, yakni seharunya untuk umrah,” bebernya.
Budi juga mengimbau, bagi para jemaah yang dirugikan diminta agar melapor ke Polda Sumsel. “Sudah terdata 600 jemaah dengan total yang dirugikan selain umrah ada juga haji Rp 20 miliar, tapi untuk ibadah umrah sendiri kerugiannya Rp7 miliar,” timpalnya.
Ditegaskan Budi, ia meminta agar warga jangan mudah terperdaya dengan biaya umrah murah, namun sesuai arahan kementrian agama, biaya umrah senilai Rp 27 juta. “Inilah modus murah digunakan untuk keberangkatan umroh oleh para pelaku, dengan harga murah, Rp 16 juta, Rp 20 juta ini tidaklah sesuai. Di sumsel ada 3 kasus penipuan, yakni Abu Tour sudah diserahkan ke Polda Sulsel dan yang Hasanah Tour Sriwijaya sudah kita tangkap tersangka utamanya,” tukasnya.
Diketahui, sebanyak 385 calon jamaah umrah tertipu dan dirugikan senilai Rp7 miliar. Kini korbannya bertambah dari 3.000 jemaah telah diberangkatkan, masih 1.000 jemaah lagi batal berangkat dengan kerugian Rp20 miliar.
Jumlah jamaah umrah yang telah membayar biaya keberangkatan umroh atau pun haji ke tanah suci, terus bertambah. Setelah tersangka Rita dihadirkan di Dit Reskrimum Polda Sumsel, dengan mendapat pengawalan petugas Subdit 2, Keamanan Negara, Polda Sumsel. Rita menegaskan 1.000 jamaah umroh yang belum diberangkatkan tersebut, bukanlah karena kesalahannya, tetapi ada kesalahan manajemen.
“Ya 3.000 jamaah sudah diberangkatkan, tinggal 1.000 lagi belum, karena kesalahan manajemen. Untuk menampung uang jemaah, saya membuka rekening di sejumlah bank dengan identitas KTP berbeda, kartu kredit limitnya ada 30 dan 20 orang. Soal saya lari ke Kuningan Jabar, karena sudah tidak punya apa-apa lagi,” ungkap Faorita.
“Saya tidak lari, setelah anak sekolah saya akan pulang ke Palembang. Tetapi ribuan jemaah tidak sabar sudah mendatangi kantor saya di Pulo Gadung Sukarame, hingga merampas paksa aset. Saya memang menggunakan pihak ketiga di Jakarta untuk kuota keberangkatan umrah, yakni Hasanah dan Anadi untuk keberangkatan ada di Jakarta, di Palembang tidak punya,” beber Rita.(tim)



