- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Bina Karakter Anak melalui Film
JAKARTA, SIMBURNEWS – Pembinaan karakter anak sejak dini dapat dilakukan melalui apresiasi film, khususnya film bertema perjuangan. Hal itu disampaikan Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia, Dr Seto Mulyadi SPsi MSi. “Pembinaan anak (khususnya melalui film perjuangan) agar lebih mencintai bangsanya dan bangga akan Indonesia,” ungkap kak Seto, sapaannya, dikonfirmasi Simbur, Kamis (9/11).
Kak Seto diketahui hadir di tengah puluhan siswa, menonton film biopic Wage yang tayang perdana di seluruh bioskop se-Indonesia mulai hari ini. Kak Seto menilai, film tersebut sangat bagus untuk pengembangan karakter anak.
“Baik penggarapan ceritanya, akting para pemainnya, ilustrasi musiknya maupun kostum dan prasarana penggambaran masa lalu. Semoga bisa menjadi tontonan bagi keluarga Indonesia secara lebih luas,” harapnya.
Diwartakan, film biopic Wage telah tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia. Puluhan siswa sekolah tak ketinggalan menyaksikan film ini di bioskop 21 Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Kamis (9/11) sekitar pukul 13.00 Wib.
Film ini mengisahkan perjuangan Wage Soepratman ikut berjuang bersama pergerakan pemuda dalam mempersiapkan Kongres Pemuda 1928. Gerakan pemuda dipimpin Soegondo dan M Yamin untuk mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Sejak kecil Wage suka bermain musik yg diajarkan kakak iparnya berkebangsaan Belanda, Van Eldik, suami kakak perempuannya Roekie. Sang kakak tinggal di Makassar sampai Wage remaja dan menjadi pemusik populer dengan kelompok musiknya Black and White.
Kepopuleran tidak menjadikan Wage tenang. Ia lebih tertarik dengan pergerakan pemuda Indonesia berpusat di Batavia yg kala itu selalu diawasi pemerintahan Belanda. Sampai akhirnya, lagu kebangsaan berhasil dikumandangkan. Walau hanya musiknya saja yang diputar saat Kongres Pemuda II tahun 1928 namun dapat melahirkan ikrar tanah air, kebangsaan, dan bahasa persatuan Indonesia.
Tanpa adanya pergerakan pemuda yang digagas M Yamin dkk mungkin Wage tidak ikut berjuang. Meski hanya lewat karyanya yang menjadi lagu kebangsaan. Film Wage diharapkan dapat menjadi tonggak sejarah generasi tua dan inspirasi generasi muda.
Dihubungi terpisah, Oim Ibrams, pemeran M Yamin dalam film ini merasa tidak terlalu sulit melakoni tugasnya selama syuting. “Yang jadi tantangan hanya bentuk fisik M Yamin yang agak gemuk dari referensi foto sejarah. Saya tidak tahu bagaimana beliau berbicara, tapi dilihat dari latar belakang kelahirannya maka saya sedikit mengucapkan dialog dengan dialek Sumatera dan berbahasa Belanda,” ungkap alumnus IKJ jurusan teater itu.
Tantangan lainnya, aktor asal Sumsel ini mengaku harus memerankan M Yamin saat usia 22-24 tahun. “Sementara saya berusia dua kali lipatnya. Bagi saya peran M Yamin belum pernah ada di film Indonesia sebelumnya,” ungkapnya. (maz)



