- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Melukis Langit Lewat Radar
PALEMBANG – Simbur Sumatera bertemu dengan General Manager (GM) baru AirNav Indonesia cabang Madya Palembang, Teguh Harnomo untuk melakukan wawancara eksklusif. Walaupun sempat menunggu cukup lama karena Teguh harus ke ruang kontrol ATC untuk memastikan stafnya bekerja maksimal, akhirnya kami diterima dengan hangat di ruangannya. Setelah wawancara, tim kemudian meminta ijin untuk mewawancarai salah seorang pelaksana ATC terkait dengan kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi dan mengamankan lalu-lintas penerbangan udara.
Ditemani Manajer Operational, Kuncoro, tim dipertemukan dengan seorang lelaki paruh baya yang walaupun sudah berusia hampir setengah abad, namun dari fisik dan sorot matanya sangat jelas jika semangat dan tenaganya masih sangat layak sebagai seniman yang melukis langit dengan radarnya. Mengendarai mobil AirNav, kami menuju ke Tower ATC yang kebetulan berada di dalam area atau wilayah PT Angkasa Pura II. Dengan menggunakan lift, kami pun naik menuju lantai dua.
Setelah menyapa beberapa pelaksana ATC yang sedang beristirahat dilantai dua tersebut, kami langung masuk kedalam ruang control yang disebut Approach Control Office untuk bertemu langsung dengan Handaru W selaku ATS Operation Coordinator AirNav cabang Madya Palembang. Pria yang saat ini sudah berusia 46 tahun yang telah memiliki seorang istri dan dua orang anak itu,berasal dari DKI Jakarta dan sudah mengabdi di ATC hampir selama 22 tahun baik itu di Jambi dari tahun 1992 sampai 1998 dan dari tahun 1998 sampai sekarang bertugas di Palembang. Artinya, bisa dikatakan sudah separuh umurnya didedikasikan untuk memberi pelayanan lalu-lintas penerbangan udara demi keselamatan pengguna jasa transportasi udara.
Sebagai koordinator ATC, Handaru membawahi elaksana tower dan APP. Saat ini jadwal kerja ATC terbagi menjadi tiga waktu dinas (pagi, siang dan malam). Setiap shift yang bertugas di APP berjumlah tiga orang dan di tower berjumlah tiga orang. Shift pagi bertugas dari jam 7.00 sampai jam 13.00, sedangkan shift siang dari jam 13.00 sampai jam 20.00 dan shift malam dari jam 20.00 sampai jam 07.00. “Sistem kerja dalam satu shift itu adalah enam jam. Jadi hitungannya untuk setiap petugas adalah dua jam mengontrol, dua jam menjadi asisten kontrol dan dua jam istirahat. Dengan sistem kerja per shift seperti itu, kelalaian akibat kelelahan relatif bisa diatasi,” ungkapnya sambil sesekali menerima laporan dari pilot pesawat yang sedang di udara.
Walaupun jumlah pelaksana saat ini masih kurang, tetapi bukan menjadi alasan untuk tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya. Dia juga menjelaskan jika ada petugas yang sedang mengikuti pelatihan, diklat, cuti dan kegiatan lain sehingga tidak bisa bertugas, maka GM akan mengeluarkan Surat Perintah Kerja Lembur (SPKL) untuk petugas yang dianggap siap untuk menggantikan petugas yang sedang berhalangan.
Baginya, tugas yang saat ini diperankan adalah sebuah anugerah kebahagian yang diberikan oleh Tuhan. Handaru juga tidak segan mengatakan jika saat ini, tidak adalagi pekerjaan yang menarik baginya selain bertugas di AirNav Indonesia. Hal yang juga membuat betah bekerja selama 22 tahun adalah karena kecintaannya terhadap pekerjaan. “Jadi karir saya di bidang operasional itu dimulai dari pelaksana, supervisor dan saat ini menjadi koordinator. Alhamdulillah walaupun kadang harus nginap di tower, sampai saat ini keluarga khususnya anak-anak tidak pernah mempersoalkan pekerjaan ini,” ungkapnya. Status ASN yang diperbantukan di BUMN membuat dirinya kemungkinan besar akan tetap bekerja sampai masa pensiun nanti.
Saat ditanyai tentang suka duka bertugas sebagai ATC, Handaru terkadang ingin juga menikmati cuti atau libur bersama seperti saat lebaran, libur tahun baru atau hari-hari libur lainnya. Hanya saja, jika sudah mendapat tugas untuk dinas, maka mau tidak mau dia dan teman-teman pelaksana ATC lainnya harus tetap menjalankan perintah alias tidak libur. Sementara, untuk sukanya, dia menganggap pekerjaan tersebut ibarat sedang bermain game. Dimana mereka harus mengatur jarak, ketinggian atau jumlah pesawat.
“Hal yang tersulit dalam mengatur lalu lintas penerbangan adalah ketika cuaca buruk, hujan, badai dan angin. Karena jika cuaca buruk, pesawat itu cenderung terbang tidak pada tracknya karena menghindari bahaya dari cuaca buruk tersebut. Kami harus betul-betul melakukan monitoring untuk memastikan keselamatan penerbangan pesawat tersebut,” ujarnya.
Terkait dengan pekerjaannya saat ini, hal yang paling lekat di ingatan Handaru dan teman-teman pelaksana yang lain selama mengabdi di AirNav adalah momen ketika kami sudah bekerja dengan maksimal tetapi masih ada beberapa pesawat yang nearmiss (hampir bertabrakan) atau loss separation karena jarak yang dekat atau separasinya kurang. Terkadang hal itu terpikirkan sampai berhari-hari. Kadang ada juga yang saat menghandle pesawat yang dalam keadaan emergency contohnya engine fail. “Tetapi pada dasarnya kami memang sudah disiapkan dan dikondisikan untuk bekerja dalam kondisi apapun, sehingga jika ada kejadian atau momen yang emergency semuanya akan menghadapi situasi itu dengan tenang,” terangnya.
Hal tersebut bisa diatasi karena di AirNav sendiri rutin setahun sekali diadakan medical check dan enam bulan sekali diadakan performance check. Tujuan medical check adalah untuk tetap menjaga kesehatan jasmani maupun rohani personil sedangkan performance check bertujuan agat kemampuan personil tetap maksimal dan terbaharui. Hal itu guna menciptakan SDM yang selalu berada dalam kondisi maksimal dalam meberikan pelayanan lalu-lintas penerbangan.
Saat tim akan meninggalkan ruang APP usai wawancara dengan Handaru, Paul yang bertugas sebagai radar controller dan saat itu sedang fokus mengatur lalu-lintas penerbangan, tidak lupa untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa jiika terjadi kondisi dimana pesawat mengalami delay atau hambatan lainnya, bukan berarti pihak ATC ingin menghambat perjalanan masyarakat ke daerah tujuannya melainkan upaya menjaga keamanan penumpang.
“Jika lalu lintas penerbangan sudah terlalu crowded (ramai), delay tetap harus dilakukan. Daripada nanti akan terjadi hal-hal yang berakibat fatal seperti tabrakan pesawat di udara, mendingan telat sedikit asalkan selamat sampai tujuan. Akan tetapi kami akan selalu berusaha maksimal dan efisien dalam melaksanakan tugas,” pungkasnya kepada Simbur Sumatera.
Setelah selesai di ruang APP, mas Kuncoru kemudian mengantar tim naik ke menara atas dimana saat ini ada tiga pelaksana ATC yang sedang bertugas, salah satunya adalah Fadlhy. Anak muda yang sudah menjadi pelaksana ATC selama lima tahun ini, menjelaskan bahwa Tower ATC itu untuk mengontrol penerbangan secara visual disekeliling tanpa bantuan radar. “Fungsi dari Aerodrome Control Tower adalah memandu pesawat yang ada di ground mulai dari start, taxiway menuju ke runway, lepas landas dan pesawat landing (mendarat). Jika pesawat sudah lepas landas, maka transfer pekerjaan dari tower dipindahkan ke Approach Control Office (APP) radar yang ada di bawah,” terangnya.
Bagi Fadlhy, hal yang sangat disenangi dari pekerjaannya yaitu karena dia merasa mendapatkan kebahagian dan kesenangan tersendiri karena bisa menjaga keselamatan penumpang hingga bisa sampai ke bandara tujuan masing-masing. Sementara kesulitan yang dihadapi saat bertugas itu ketika kondisi cuaca sedang buruk karena jelas memberi sedikit tekanan dalam bekerja. Tetapi hal tersebut selalu dia jadikan pengalaman berharga untuk lebih maksimal lagi kedepannya.
Sementara, untuk bisa menjadi seorang ATC haruslah melalui jenjang pendidikan khusus. Untuk di Indonesia, saat ini baru empat sekolah khusus yang certified yaitu di STPI Curug Tangerang, Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Medan, Surabaya dan Makassar. “Ilmu ATC itu adalah ilmu pasti, dan yang perlu diketahui bahwa mempelajari serta mendalami dunia penerbangan adalah hal yang sangat menarik,” pungkasnya.
Dirinya juga berharap agar masyarakat tidak perlu takut atau cemas untuk melakukan perjalanan via transportasi udara sebab, mulai dari berangkat sampai di bandara tujuan, pihak ATC akan selalu mengawasi keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa transportasi udara. (mrf)



