- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Ngeri, Honor Guru Rp250 Ribu Dibayar per Tiga Bulan
PALEMBANG – Namanya Dewi Hartati SPd yang saat ini sudah berusia 42 tahun serta sudah menikah dan memiliki dua anak. Betapa bahagianya dia ketika mendekati hari jadi PGRI ke 71 yang akan diperingati di SMKN 2 Palembang.
Bukan perkara mudah untuk hadir dan turut serta dalam peringatan tersebut. Pasalnya untuk memenuhi harapannya, Dewi harus lebih dulu menumpangi perahu ketek untuk menyeberang yang bisa membahayakan dirinya.
Dewi adalah seorang guru honorer kampung yang tinggal di Pulokerto Kecamatan Gandus Perairan. Dia mengajar dan mengabdikan dirinya selama 17 tahun di SDN 173 Pulokerto. Selama 17 tahun pengabdian bukan waktu yang singkat bagi sebagian banyak orang, Tetapi bagi Dewi, demi cita-cita sejak SD untuk menjadi guru yang berstatus ASN membuat dirinya terus berjuang untuk meraihnya. Bahkan Dewi sempat mengikuti dua kali tes seleksi ASN.Salah satunya di tahun 2012. Hanya saja harapan itu belum bisa terwujud.
Dalam penantiannya, Dewi dikaruniai dua orang anak dan anak pertamanya baru saka lulus dari bangku kuliah. Hal yang hampir mustahil dilakukan dengan honor Rp250 ribu per bulan yang dibayarkan per triwulan.
“Alhamdulillah suami saya yang bekerja sebagai buruh pabrik juga ingin supaya pendidikan anak kami bisa setinggi mungkin. Honor saya dan gaji dia yang dibawah saru juta itulah yang kami alokasikan untuk pendidikan anak kami,” ujarnya.
Walau hanya mendapat honor Rp250ribu per bulan, Dewi tetap percaya bahwa PGRI Sumsel dan Kota Palembang bersama Pemkot dan Pemprov Sumsel tidak akan diam melihat kondisi memprihatinkan para guru honorer. Dia terus menyemai harapan dan doanya sampai saat Hari Jadi PGRI yang ke 71.
“InsyaAllah saya tetap semangat untuk mengabdi sampai cita cita saya tercapai,” harapnya.
Sementara, Wakil Walikota Palembang, Fitrianti Agustinda yang juga menghadiri acara tersebut berharap pengabdian guru yang sangat luar biasa itu harus betul betul dihargai dan mereka sangat pantas untuk dihormati. “Kami pihak pemkot akan terus berupaya hadir untuk kesejahteraan guru terutama para guru honorer. Guru adalah pahlawan bagi siapapun dan tidak pantas untuk dilecehkan. Yang perlu disadari jika semua orang hebat yang ada di negeri ini, tidak terlepas dari jasa-jasa para guru,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Terkait dengan adanya dugaan pelecehan oleh salah satu media, Pemkot Palembang berharap semua guru yang tergabung di PGRI untuk tidak usah berdemo. Lebih baik fokuskan diri untuk mendidik dan mengajar para siswa. Tunjukkan rasa welas asih, kebesaran hati untuk memaafkan pihak-pihak tersebut.
Sementara, Ketua PGRI Sumsel, H Ahmad Zulinto MPd MM menjelaskan bahwa saat ini Palembang kekurangan lebih dari seribu guru dan semuanya di tutup dengan adanya tenaga honorer sebanyak kutang lebih 900 guru. Diharapkan, jika APBD Sumsel meningkat, diharapkan kesejahteraan guru ekonomi juga ditingkatkan karena selama ini pengabdian yang mereka berikan belum sebesar honor yang mereka terima. “Honor mereka masih kisaran 200ribuan jadi PGRI meminta Pemkot Palembang untuk memperhatikan para guru honorer,” pungkasnya.. (mrf)



