Varian Covid B117 Bayangi Sumsel

PALEMBANG, SIMBUR – Varian virus baru B117 hasil mutasi Covid-19 dikabarkan telah menjangkiti Sumatera Selatan sejak akhir 2020. Hal itu diungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Dra Lesty Nurainy Apt MKes.

“B117 memang telah ditemukan di Sumsel bulan Desember 2020. Sekarang dalam pemeriksaan random sampel yang dilakukan oleh Litbangkes,” ujar Lesty kepada Simbur, Kamis (11/3).

Ditanya soal pasien positif B117, Lesty membenarkan sudah ada di Sumsel. Hanya saja, sampel pasien tersebut masih dalam penelitian laboratorium. “Masih dalam penelitian rutin. Yang bersangkutan juga sudah sembuh,” jelasnya.

Selain itu, tambah Lesty, Dinkes Sumsel juga sedang mengambil sampel keluarga dan kontak erat pasien tersebut. Saat ini, lanjut Lesty, dilakukan pengambilan sampel ulang pada yang bersangkutan, keluarga dan yang kontak erat. “Sebanyak 24 sampel sedang diteliti lebih lanjut oleh Kemenkes. Tidak ada gejala khusus yang timbul pada kasus ini,” ungkapnya.

Diketahui, mutasi virus varian baru B117 itu diketahui setelah diungkap Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pada 8 Maret 2021. Menkes menyampaikan ada penemuan empat kasus baru virus Corona B117. Di Palembang, Sumatera Selatan pada 11 Januari 2021, di Kalimantan Selatan 6 Januari 2021, di Balikpapan, Kalimantan Timur 12 Februari, dan di Medan Sumatera Utara, 28 Januari 2021.

Diwartakan sebelumnya, Prof Yuowono MBiomed, pakar virus sekaligus juru bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel mengatakan, Sars-Cov-2-VUI2020-12/01, varian virus Covid-19 yang ditemukan di Inggris bukanlah wabah baru yang mutlak harus ditakuti. Menurut Yuwono, varian virus Covid-19 asal Wuhan Cina ini secara rapi dikumpulkan dan diteliti di Inggris. “Bukan berarti varian virus Covid-19 menyebar dari Inggris ke Singapura dan negara-negara lain, termasuk Indonesia,” jelasnya.

Menurut Yuwono, mungkin Inggris satu-satunya negara yang mengumpulkan varian virus dengan begitu rapinya dari bulan April. Dari sekian banyak varian virus, ada satu varian yang terjadi di masyarakat. “Varian virus Covid-19 bukan hanya di Inggris. Sangat mungkin di negara lain termasuk Indonesia melakukan studi atau riset seperti di Inggris. Mungkin akan menemukan varian virus juga di sini,” tegas Yuwono.

Diterangkan, Yuwono mengaku pernah mengusulkan penelitian untuk mengamati varian virus Covid-19 di Sumsel. Rencana tersebut belum terlaksana karena biayanya tidak murah. “Satu titik mutasi untuk mengindentifikasi adanya perubahan RNA virus butuh dana sekitar US$20. Kalau keseluruhan (whole) ada 100 titik, tinggal dikalikan saja,” selorohnya.

Secara keganasan (virulence), lanjut Yuwono, varian virus Covid-19 tidak bertambah. Akan tetapi daya tularnya yang tinggi. Daya tular nanti berhubungan dengan ukuran penularan yang biasa disebut reproduction number time (Rt). Misalnya 10 orang bisa menularkan berapa orang. Kata Yuwono,  di Sumsel rata-rata angka penularan (Rt) masih di atas 1 atau 1,2. Artinya dari 10 menularkan 12 orang. Berbeda dengan positivity rate adalah berapa yang positif dari yang diperiksa pada hari itu. Tidak ada pengaruhnya. Misal di Sumsel yang diperiksa 1.000 orang tapi yang positif 100 orang.

“Tergantung jumlah pemeriksaan. Positivitiy rate di Sumsel masih tinggi karena pemeriksaan masih rendah. Di Sumsel ada 12 PCR. Andaikan setiap lab meriksa 100 kan sudah 1.200.  Kemungkinan varian baru memengaruhi Rt, bukan positivity rate,” jelasnya.(kbs)