Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun

Diketahui, bangsa Melayu (Melayu Jambi) merupakan percampuran banyak sub-ras manusia dan perpaduan berbagai pengaruh kebudayaan sejak 10.000 sebelum Masehi. Sesudah zaman es, ras Mongoloid menyebar ke selatan benua Asia hingga Amerika melalui selat Bering. Salah satu sub-ras Mongoloid adalah Malayan Mongoloid yang mendominasi penduduk Asia Tenggara. Masyarakatnya berbudaya Melayu. Ras tersebut merupakan percampuran Austro-Melaniosoid dari selatan dengan Paleo-Mongoloid dari utara.

Dalam perkembangannya, sejak ratusan tahun lalu wilayah Jambi telah dihuni oleh masyarakat Proto Melayu seperti Suku Kerinci, Batin, Penghulu, dan Suku Anak Dalam. Nama Jambi sering disebut dalam prasasti dan berita Tiongkok. Itu artinya, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi khususnya Suku Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei atau Cham-pi. Terdapat tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu Koying (abad ke-3 Masehi), Tupo (abad ke-3 Masehi) dan Kantoli (abad ke-5 Masehi).

Jambi jelas menjadi bagian penting dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Dibuktikan dengan temuan arkeologis seperti kompleks percandian Muaro Jambi. Setelah Kerajaan Sriwijaya redup, Kerajaan Melayu di Jambi justru terus berkembang hingga menjadi kesultanan.

Kembali ke Anjuk Ladang, masih kata Amin, pengaruh Melayu dari peristiwa Anjuk Ladang memiliki dampak terhadap destinasi wisata budaya Nganjuk hingga saat ini. “Pengaruh yang terjadi diantaranya lokasi yang ditempati oleh pasukan Melayu menjadi toponimi ‘Jambi’. Karena saat itu ketika para pasukan (Melayu) ditanya dari mana asalnya, (mereka) menjawab dari ‘Jambi’,” terangnya.

Bukan hanya di Desa Jambi, tambah Amin, di daerah di Bandar Alim juga ditemukan beberapa peninggalan sejarah. Di antaranya perkampungan kuno serta bangunan peribadatan. “Ada dua buah prasasti, yang mana satu diantaranya berada di pusat informasi Majapahit dan disebut sebagai prasasti Bandar Alim 1. Sedangkan satunya lagi masih insitu (di lokasi) yang berada di pemakaman umum Dusun Bandar Alim,” paparnya.

Diterangkannya pula, hingga saat ini Sima Swatantra Anjuk Ladang masih dilestarikan masyarakat sebagai salah satu atraksi pada destinasi wisata budaya Nganjuk. “Masih dilestarikan terutama terkait upacara penetapan sima swatantra tersebut dengan nama Manusuk Sima di lokasi aslinya yaitu di Candi Lor, Desa Candirejo Kecamatan Loceret,” tegasnya.