Banjir Sumatera Dampak Siklon Tropis Senyar, Waspada Hujan Ekstrem Mengintip Sumsel

PALEMBANG, SIMBUR – Bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) disebabkan hujan ekstrem akibat badai Tropis Senyar di Selat Malaka. Ketiga provinsi di Pulau Sumatera itu terkena dampak langsung. Sementara, daerah sekitar lainnya seperti Sumatera Selatan (Sumsel) juga berpotensi terdampak tidak langsung dari badai tersebut. Hal itu diungkap Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Siswanto ST MSi.

“Hujan ekstrem yang terjadi di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, disebabkan adanya badai Tropis Senyar di Selat Malaka, yang memberikan dampak langsung dan tidak langsung di daerah sekitarnya, termasuk ke tiga wilayah tersebut,” ungkap Siswanto kepada Simbur, Minggu (30/11).

Menurut Siswanto, badai Siklon Tropis Senyar dianggap sudah tidak aktif lagi dan tidak terjadi di wilayah Indonesia. Meski demikian, sisa energi badai tersebut menimbulkan awan hujan di daerah sekitarnya.

“Badai Tropis Senyar sudah dinyatakan tidak aktif lagi dan menjauhi wilayah Indonesia. Sisa energi dari badai tropis ini masih memberikan dampak berupa awan hujan yang masih signifikan untuk wilayah di sekitarnya,” jelasnya.

Ditanya, potensi Sumsel terdampak tidak langsung dari badai tersebut, Siswanto menerangkan, wujudnya ditandai belokan angin. “Wilayah Sumatera Selatan juga mendapatkan dampak tidak langsung berupa adanya belokan angin, namun relatif kurang signifikan,” terangnya.

Lanjut Siswanto, akibat dampak tidak langsung badai tersebut, wilayah Sumsel berpotensi diguyur hujan sedang-ringan selama tiga hari ke depan. “Kewaspadaan terhadap perubahaan cuaca yang berpotensi dampak bencana hidrometeorologi agar terus ditingkatkan dengan cara selalu mendapatkan update info cuaca yang bersumber dari BMKG,” ujarnya.

Senada diungkap Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan, Dr Wandayantolis SSi MSi. Menurut dia, badai siklon tropis tidak terpantau lagi terjadi di Indonesia. “Yang terjadi di Aceh, Sumut, Sumbar karena adanya siklon tropis. Saat ini belum terpantau lagi adanya siklon dekat wilayah Indonesia,” jelasnya.

Dayan, sapaan Wandayantolis mengatakan, curah hujan pada dasarian III November 2025 di sebagian wilayah Sumsel berada pada kategori Rendah (0-50 mm). Palembang, sebagian Musi Banyuasin, sebagian PALI, sebagian Muara Enim, OKI bagian tengah, sebagian OKU Timur, sebagian OKU dan utara OKU Selatan berada pada kategori Menengah (50-150 mm). “Curah hujan tertinggi terukur pada penakar hujan otomatis ARG Gandus 183.6 mm,” ujarnya.

Sifat hujan pada dasarian III November 2025 di wilayah Sumatera Selatan dominan dengan sifat hujan Bawah Normal. Wilayah Musi Banyuasin bagian tengah memiliki sifat hujan Normal hingga Atas Normal. Palembang bagian barat memiliki sifat hujan Atas Normal dan pada bagian timurnya bersifat Normal.

Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut menunjukkan bahwa sebagian wilayah Sumatera Selatan masih terjadi hujan sampai dengan pemutakhiran data dan sebagian wilayah Sumatera Selatan lainnya mengalami Hari Tanpa Hujan dengan kategori Sangat Pendek (1-5 hari). Sebagian Ogan Ilir, OKI bagian barat, Lubuk Linggau, Lahat bagian tengah, dan sebagian Musi Rawas mengalami Hari Tanpa Hujan dengan kategori Pendek (6-10 hari). Sementara sebagian Lahat, OKU Selatan bagian tengah, dan sebagian Ogan Ilir mengalami Hari Tanpa Hujan Menengah (11-20 hari). “HTH terpanjang terukur pada penakar hujan otomatis ARG Cinta Manis, Ogan Ilir, 16 hari,” jelasnya.

Dinamika Atmosfer

Lanjut dia, monitoring dasarian II November 2025 menunjukkan bahwa indeks IOD dasarian sebesar -0.57, sedangkan untuk indeks ENSO dasarian sebesar -0.82. IOD Negatif diprediksi kembali Netral pada Desember 2025. Indeks ENSO menunjukkan telah aktifnya fenomena La Nina Lemah dan diprediksi terjadi hingga awal tahun 2026.

Aliran massa udara di sebagian besar wilayah Indonesia didominasi angin baratan. Sistem tekanan rendah terlihat di perairan utara Kalimantan dan Papua, dan perairan selatan NTT. “Belokan angin diprediksi di Sumatera bagian utara. Kondisi ini memicu pertemuan massa udara yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan,” paparnya.

Analisis MJO pada dasarian II November 2025 menunjukkan MJO aktif di fase 6 (Samudera Pasifik bagian barat) dan diprediksi tetap aktif di fase 6 dan 7 hingga pertengahan dasarian I Desember 2025. “Secara spasial gelombang-gelombang atmosfer diprediksi aktif di wilayah Indonesia hingga dasarian III November 2025,” ungkapnya.

Peluang Curah Hujan Bulan Desember

Dayan menambahkan, sebagian besar wilayah Sumsel diprediksi berpeluang lebih dari 80 persen terjadi curah hujan Menengah (51-150 mm), kecuali sebagian besar Empat Lawang, Musi Banyuasin bagian utara, Banyuasin bagian utara, dan OKI bagian timur yang diprediksi berpeluang kurang dari 40 persen terjadi curah hujan Rendah (0-50 mm). Sementara sebagian besar Musi Rawas Utara, Musi Rawas bagian barat, PALI bagian selatan, sebagian besar Prabumulih, sebagian besar Lahat, Pagar Alam, sebagian besar Muara Enim, sebagian besar OKU, OKU Selatan bagian barat, OKU Timur bagian barat, dan OKI bagian selatan diprediksi berpeluang hingga 50 persen terjadi curah hujan Tinggi (151-300 mm).

“Seluruh zona musim di Sumsel telah memasuki musim hujan. Beberapa wilayah diprediksi memasuki puncak musim hujan pada bulan Desember 2025. Peluang hujan di sebagian besar wilayah Sumsel diprediksi masih cukup tinggi pada dasarian I Desember 2025,” paparnya.

Pihaknya berharap, masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi kejadian ekstrem di wilayah-wilayah rentan bencana hidrometeorologi. “Upaya pencegahan seperti menjaga sanitasi lingkungan sekitar juga dapat dilakukan untuk meminimalisir potensi kerugian,” tutupnya.(red)