- Jaksa Gadungan Jadi Tersangka
- Gempa M6.5 Guncang Sumenep, Sejumlah Rumah Rusak dan Warga Berhamburan
- Tiga Korban Tewas akibat Ponpes Ambruk di Sidoarjo, 91 Orang Masih Tertimbun
- Pemerintah Siapkan Kartu Kesejahteraan dan Kartu Usaha, Percepat Pengentasan Kemiskinan
- Satu Korban Tewas dan Puluhan Santri Terluka akibat Tertimpa Bangunan Pondok Pesantren yang Ambruk di Sidoarjo
Gempa M6.5 Guncang Sumenep, Sejumlah Rumah Rusak dan Warga Berhamburan

JAKARTA, SIMBUR – Gempa berkekuatan magnitudo (M) 6.5 terjadi di wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Rabu (1/10) pukul 23.49 WIB. Epicenter atau pusat gempa ini berada di dasar laut dengan titik koordinat 7,25 LS dan 114,22 BT. Jika ditarik garis lurus berada di 50 kilometer (km) sebelah tenggara Kabupaten Sumenep pada kedalaman 11 km. Kendati demikian, gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari PhD mengatakan, guncangan gempabumi ini dirasakan lemah hingga sedang selama 3-5 detik di sejumlah kabupaten/kota wilayah Provinsi Bali seperti Kabupaten Gianyar, Buleleng, Tabanan, Denpasar dan Kuta. Sementara di wilayah Provinsi Jawa Timur, guncangan dirasakan sedang hingga kuat selama 3-20 detik di sebagian besar kota/kabupaten di Pulau Madura, Kota Surabaya, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kota Gresik, hingga Kabupaten Mojokerto. “Sebagian besar warga di radius tersebut berhamburan keluar rumah setelah merasakan guncangan gempa yang terasa secara tiba-tiba,” ujarnya.
Personel Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sedang berada di Surabaya dan Mojokerto pun turut merasakan guncangan gempabumi dangkal tersebut. Sebagai bentuk respon awal, BNPB langsung melakukan koordinasi dengan sejumlah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang berada dalam radius wilayah hingga 350 kilometer dari pusat gempa.
Dari hasil monitoring sementara per pukul 01.00 WIB, gempabumi tersebut telah menyebabkan empat rumah warga di Kabupaten Sumenep mengalami kerusakan di bagian dinding. “Hasil laporan visual, kondisi dinding rumah warga roboh dan puing berserakan jatuh ke tanah,” terang Muhari.
Data sementara untuk wilayah terdampak di Kabupaten Sumenep meliputi empat kecamatan seperti Gayam, Nonggunong, Talango dan Saronggi. Sementara itu, belum ada laporan mengenai korban jiwa dari fenomena geologi tersebut. BNPB akan terus berkoordinasi dengan lintas instansi gabungan baik di pusat maupun di daerah.
Mulai pagi ini, tim BPBD akan kembali turun ke lapangan untuk monitoring, kaji cepat dan mengambil upaya lain yang dianggap perlu dalam penanganan darurat. “Data perkembangan terbaru akan dilaporkan secara berkala,” kata Muhari.
Menurut Muhari, BNPB mengimbau warga agar tetap tenang, tidak panik namun tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa susulan. Sebagai langkah kesiapsiagaan, masyarakat disarankan segera mencari tempat aman dan menghindari bangunan yang retak atau berpotensi roboh, memastikan jalur evakuasi di rumah, sekolah, dan tempat kerja bebas hambatan, serta menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan pokok, obat-obatan, dokumen penting termasuk senter. “Selain itu, warga juga dihimbau untuk mematikan aliran listrik, gas, dan air jika diperlukan untuk mencegah risiko kebakaran atau kebocoran,” jelasnya.
Bagi para warga yang sedang berada di gedung tinggi disarankan untuk tidak menggunakan lift untuk sementara waktu jika terjadi gempabumi. Sebagai alternatif yang aman, warga dapat menggunakan tangga darurat.
Sebagai penguat sistem peringatan dini, masyarakat juga dapat membuat alarm darurat dari perkakas rumah tangga seperti panci atau kaleng bekas yang disusun atau ditumpuk ke atas. “Jika terdapat guncangan dari aktivitas gempa bumi, maka perkakas itu akan terjatuh dan menimbulkan suara sebagai pertanda adanya bahaya,” imbaunya.
Terakhir, masyarakat diharapkan hanya mengikuti perkembangan informasi resmi dari BMKG, BNPB, dan BPBD melalui kanal terpercaya. “Tidak terpancing oleh informasi yang belum terverifikasi kebenarannya,” tutupnya.(red)