Sumsel Memasuki Musim Hujan, Tetap Siaga Karhutla

# Potensi Hot Spot hingga Fire Spot Masih Ada

 

PALEMBANG, SIMBUR – Wilayah Sumatera Selatan mulai memasuki awal Musim Hujan 2025/2026 pada September 2025. Musim hujan tahun ini tercatat lebih awal sekitar 30-50 hari dibandingkan kondisi normal. “Biasanya, awal musim hujan di Sumatera Selatan terjadi pada rentang akhir Sepember hingga awal November,” ujar Dr. Wandayantolis, Koordinator BMKG Sumatera Selatan, Selasa (2/9).

Menurut Dayan, sapaan Wandayantolis, hingga akhir Agustus 2025, dinamika atmosfer di Sumsel dipengaruhi oleh Suhu Muka Laut (SST) yang hangat dan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. “Kedua faktor ini memicu peningkatan pertumbuhan awan dan curah hujan di wilayah Sumsel,” terangnya.

Selain itu, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan sejak pertengahan Juli hingga Pertengahan Agustus 2025 untuk menekan meluasnya kebakaran hutan dan lahan juga turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan. “Hal ini menambah corak iklim yang berbeda dari kondisi seharusnya,” ujarnya.

Akibat dinamika atmosfer tersebut, lanjut Dayan, terdapat dua Zona Musim (ZOM) di Sumsel yang tidak mengalami musim kemarau pada tahun 2025. ZOM 132 meliputi OKU Selatan bagian barat, OKU bagian selatan, Muara Enim bagian selatan, dan Lahat bagian selatan. Selain itu, ZOM 138 meliputi OKU bagian selatan, OKU Selatan bagian timur, serta sebagian kecil OKU Timur bagian selatan.

Meski mulai memasuki musim hujan, Dayan menambahkan, curah hujan belum merata dan masih diselingi periode hari tanpa hujan yang relatif pendek. “Kondisi ini memungkinkan kemunculan hotspot di beberapa wilayah, terutama Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan wilayah Bagian tengah Sumsel lainnya,” jelasnya.

Di sisi lain, saat tidak turun hujan, suhu udara akan terasa menyengat dan kurang nyaman kita rasakan akibat pergerakan semu matahari yang melintas dekat wilayah Sumsel menuju Bumi bagian selatan. “Dengan kelembapan udara yang tinggi, suhu akan terasa lebih panas dibandingkan angka yang tercatat pada termometer,” ungkapnya.

Masih kata dia, pihaknya mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi dampak perubahan cuaca signifikan pada periode peralihan musim ini. Hujan ekstrem yang dapat menyebabkab jarak pandang berkurang, menimbulkan genangan dan banjir hingga tanah longsor. Angin kencang, puting beliung, pohon tumbang hingga hujan es di beberapa lokasi.

Selanjutnya, potensi masih adanya peningkatan Hotspot yang dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat masih adanya jeda hari tanpa hujan. Suhu udara yang lebih panas dan menyengat, sehingga masyarakat diimbau menjaga kesehatan, mengurangi aktivitas luar ruangan pada siang hari, serta memperhatikan kebutuhan cairan tubuh. “Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, status siaga karhutla di Sumatera Selatan tetap perlu dipertahankan hingga ketika musim hujan telah merata,” tutupnya.

Diketahui, karhutla yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sejak awal tahun hingga 29 Agustus 2025, tercatat telah membakar lahan seluas 1.416,94 hektare. Status siaga darurat diberlakukan hingga 30 November 2025.(red)