Suhu Udara Panas Menyengat, Kurang Baik untuk Kulit
PALEMBANG, SIMBUR – Suhu udara di Provinsi Sumatera Selatan belakangan ini dirasakan cukup panas dan menyengat. Hal itu disebabkan wilayah ini tengah memasuki musim kemarau. Bukan hanya itu, suhu maksimum tersebut tidak baik untuk kesehatan kulit.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan, Wandayantolis mengimbau masyarakat untuk menggunakan pakaian pelindung diri saat beraktivitas di luar ruangan. Terutama antara pukul 10.00 hingga pukul 13.00.
“Suhu panas utamanya setelah jam 10.00 bersamaan dengan puncak sinar UV (ultraviolet) hingga pukul 13.00 yang kurang baik untuk kulit. Sebaiknya saat beraktivitas di luar ruangan menggunakan pakaian yang dapat melindungi dari sengatan langsung seperti topi dan baju lengan panjang,” imbau Wandayantolis kepada Simbur, Rabu (3/5).
Akibat suhu yang terlalu panas, lanjut dia, warga dianjurkan banyak mengonsumsi air minum agar terhindar dari dehidrasi. “Banyak mengonsumsi air putih guna menghindarkan diri dari potensi dehindrasi,” ungkapnya.
Ditanya apakah Sumsel terdampak gelombang panas, Dayan, sapaan Wandayantolis pun menepis kabar tersebut. “Sama sekali tidak terdampak (gelombang panas). Suhu panas pada awal Mei 2023 adalah siklus normal,” terangnya.
Secara klimatologis, kata dia lagi, puncak suhu maksimum pertama terjadi pada awal Mei. Sementara puncak suhu maksimum yang kedua dan tertinggi terjadi pada akhir Oktober. “Awal musim kemarau diprediksi terjadi pada awal Mei di wilayah OKI bagian selatan dan meluas ke wilayah Sumatera Selatan bagian timur pada pertengahan Mei,” paparnya.
Sejalan dengan masuknya musim kemarau, tambah Dayan, curah hujan akan menurun. Curah hujan yang menurun diikuti oleh kelembapan yang menurun dan peningkatan lama penyinaran matahari. “Dampaknya radiasi matahari akan lebih banyak yang sampai ke permukaan. Dengan kelembapan rendah, sinar matahari yang sampai ke bumi akan terasa lebih menyengat,” tegasnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat disarankan agar tidak perlu panik menyikapi informasi suhu panas tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi suhu panas yaitu memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, memakai pakaian yang berbahan ringan dan berwarna terang, menggunakan perangkat pelindung seperti topi, payung, atau tabir surya apabila melakukan aktivitas di luar ruangan. “Tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi karhutla di musim kemarau,” tandasnya.(red)