Asap Menyebar, Udara Tercemar

PALEMBANG, SIMBUR –  Kabut asap akibat kebakaran hutan kebun dan lahan (karhutbunla) kembali mengepung Sumatera Selatan. Udara kotor akibat pencemaran pun menyebabkan sejumlah warga mengalami sesak napas dan batuk-batuk pada malam hari.

Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru mengatakan, pihaknya telah memanggil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk saling koordinasi. “Sudah dipanggil Kepala BPBD untuk berkoordinasi. Ini masalahnya kurang alat untuk menangai karhutla. Saya tegaskan dalam waktu singkat titik-titik hotspot yang ada harus habis,” ujar Herman Deru, belum lama ini.

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa laporan terakhir yang didapatkan masih ada lima titik hotspot. Sedangkan yang di dekat jalan tol Palindra sudah berhasil dipadamkan. “Ini juga ada kesalahan hitung perkiraan cuaca. Kalau dihitung alami Oktober itu harusnya sudah hujan, sehingga mereka tidak sigap. Memang Asian Games sudah selesai, tapi semangat memadamkan itu harus diteruskan,” tegasnya.

Ia juga mengatakan, nantinya juga akan berkoordinasi dengan kabupaten sekitar seperti OKI dan OI untuk menangulangi masalah Karhutla ini. Menurut Herman Deru kalau membakar hutan itu dilarang dan ada undang-undangnya. Akan tetapi, ia tak ingin cepat-cepat menuduh itu dibakar orang.

Terjadinya karhutbunla bisa saja ada yang buang puntung rokok, pergesekan benda keras yang menimbulkan api dan lain-lain. “Saya baru dua hari ini ngantor tapi itu bukan jadi alasan. Nanti akan segera ditindak lanjuti. Saya akan pantau terus perkembangannya. Apalagi Sumsel ini kecuali daratan ada rawa, ada lahan gambut yang begitu luas dan berisiko kebakar,” jelasnya.

Sementara itu, pemadaman karhutbunla melalui jalur udara telah dihentikan sejak 30 September lalu. Ini berdampak meningkatnya titik panas serta kabut asap di Kota Palembang. Setidaknya ada 50 titik panas yang terpantau dan kabut asap mulai menyelimuti Sumsel.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengakui hal tersebut. Menurutnya, sejak beberapa hari terakhir titik panas selalu meningkat dikarenakan sumber air yang mengering. Akses menuju titik api juga sulit. Ditambah lagi adanya penghentian operasi udara atau waterboombing karena akan dievaluasi BNBP. “Titik panas ini tersebar di Kabupaten Ogan Ilir, OKI, Banyuasin, Muba, Muara Enim, OKU, OKU Selatan dan Musirawas,” kata Ansori dilansir Jawa Pos.

Terkait dampak kabut asap, Ansori menyebutkan bukan hanya berasal dari karhutla. Melainkan asap akumulasi keseluruhan atau radiasi. “Jadi bukan dampak karhutla,” singkatnya.

Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo menjelaskan, udara kabur atau haze merupakan kabut radiasi akibat campuran debu, asap kendaraan bermotor, asap limbah rumah tangga, dan asap karhutbunla.

Asap tersebut terakumulasi bercampur naik hingga udara atas. Biasanya asap turun pada malam hari hingga dini hari. Terlebih lagi sejak 10 hari terakhir, Palembang dan sekitar belum mendapatkan curah hujan di atas 50 mm. Sehingga proses akumulasi asap gampang terjadi. “Tapi nilai ISPU kami sedang. Yakni, 50-150 Mikron/gram. Artinya masih normal,” tutupnya.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nilai Ambang Batas (NAB) konsentrasi partikulat (PM10) di Palembang sebesar 239 / berada dikategori tidak sehat yang diakibatkan dari kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Sumsel. (kbs/jp)