Kapolda: Bukan Teroris, Cuma “Tersesat”

PALEMBANG, SIMBURNEWS – Kepala Kepolisian Republik Indonesia Daerah Sumatera Selatan (Kapolda Sumsel), Irjen Pol Zulkarnain Adinegara mengatakan jika terduga teroris yang sebelumnya sudah diamankan hanya korban dan sedang tersesat. Hal tersebut disampaikan di Mapolda Sumatera Selatan (Sumsel), Senin (11/12).

“Saya sempat ke Brimob dan berjumpa dengan saudara-saudara kita yang mungkin ‘tersesat’. Mereka menamakan dirinya Jamaah Anshorud Khilafah (JAK). Mereka mentasbihkan dirinya dan mereka juga sudah melatih diri sebelumnya,” ungkap Kapolda.

Terduga teroris, menurut Kapolda, ditangkap kurang lebih 13 orang. Salah satu terduga sudah dipulangkan karena (kebetulan) hanya ada di lokasi dan tidak terlibat dalam kelompok teroris tersebut. “Kemungkinan tersangka nantinya kalau tidak tujuh atau mungkin delapan orang. Berarti empat atau lima orang akan dipulangkan kembali.” ungkapnya.

Kapolda mengatakan dirinya bertemu dengan salah seorang terduga teroris yang masih berumur 15 tahun bernama Jafar Umar yang berasal dari Muara Enim. “Ketika saya bertanya fungsi dia di dalam kelompok tersebut, dijawabnya jika sebenarnya dia hanya mau belajar (agama), tetapi justru diajarkan bagaimana cara membuat panah, bom. Lalu, saya tanya lagi apa tujuan kelompok tersebut, dijawab bahwa tujuan pertamanya mereka akan menyerang salah satu Polres (di Sumsel), tetapi ustadnya melarang karena jika menyerang Polres disana maka akan cepat ketahuan,” tambah Kapolda.

Lima orang dari kelompok tersebut, menurut Kapolda, sudah dilatih. Salah satu dari mereka ada yang bernama Zulkarnain (om Zul) yang melatih bagaimana membuat panah yang akan digunakan untuk menyerang Polres. “Memang seperti itulah doktrin mereka, dan kemudian mereka akan membebaskan ikhwan-ikhwan (sesama teroris) di Polda,” tegasnya.

Kapolda pun menanyakan seperti apa sistem yang digunakan, dijawab bahwa akan ada sepuluh orang sehingga jika mati satu maka masih ada yang lain. “Mereka juga akan membangun camp latihan di tempat tersebut (lokasi penggerebekan) pengganti camp latihan yang ada di Poso,” ungkap jenderal bintang dua ini.

Kapolda juga melihat jika mereka hanya menjadi korban (doktrin). “Jafar terakhir sebagai siswa kelas 3 SD, namun setelah bergabung tidak lagi melanjutkan sekolahnya dan malang melintang di Kota Palembang. Bapaknya justru simpati terhadap kelompok tersebut dan mengizinkan anaknya untuk beramaliah atau menjadi pengantin.”

Namun, Jafar sendiri mengaku belum siap untuk mati. “Saya tanya apakah kamu siap mati. Dijawab jangan dulu pak. Sebenarnya dia sendiri ragu, sehingga saya mengatakan dia adalah korban. Namun dia sudah merencanakan,” katanya.

Sekadar informasi kepada masyarakat, ungkap Kapolda, memang ada pemikiran-pemikiran radikal, membangun khilafah dan sebagainya tetapi dengan cara-cara pemaksaan. “Apabila tidak sesuai dengan pemikiran mereka, maka akan mereka juluki sebagai kafir atau thogut sehingga harus dimusihi. Khusus Polisi mereka bilang thogut,” ungkapnya.

Sementara, Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin yang ditemui di Griya Agung dihari yang sama, tidak ingin berkomentar banyak tentang hal tersebut dan memilih menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwajib. “Kita serahkan saja kepada pihak berwajib yang tentunya lebih mengerti. Saya tidak boleh memeberikan statement macam-macam (untuk) itu, tapi kita serahkan saja,” pungkasnya.

Diwartakan, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri dan Brimob Polda Sumsel menangkap 12 orang terduga teroris jaringan Sumatera atau bagian dari kelompok Anshorut Khilafah. Penangkapan terduga teroris dilakukan pada Minggu (10/12).

Dari belasan orang yang ditangkap tersebut, beberapa orang berasal dari Kecamatan Lubai Ulu Kabupaten Muara Enim.  Menanggapi itu, Camat Kecamatan Lubai Ulu Kabupaten Muara Enim, Erwin membenarkan. Namun dirinya tak mengetahui berapa jumah pasti warga yang diduga anggota teroris yang diamankan Densus 88 dan Polda Sumsel tersebut.

Sementara, 5 terduga teroris yang ditangkap petugas Densus 88 Mabes Polri di Kabupaten Ogan Ilir (OI), Minggu (10/12) dinihari, hanya satu yang diamankan untuk ditindaklanjuti. Sementara empat orang lainkan telah dipulangkan ke rumahnya. Kelima orang dimaksud, Abu Ibrahim alias Yazid (29), terduga teroris yang akhirnya diamankan. Kemudian Ririn (istri), Suryati (ibu mertua), Hasanah (kakak ipar perempuan) dan Suryadi (kakak ipar). Keempat orang terakhir, akhirnya dipulangkan ke Polres Ogan Ilir.

Sementara itu, Kapolri Jenderal M Tito Karnavian belum mau mengaitkan terduga teroris yang diciduk di wilayah hukum Polda Sumatera Selatan dengan perayaan Natal dan tahun baru. “Yang pasti, dalam operasi penangkapan, tidak ada rencana serangan yang akan dilakukan jaringan teror,” ungkap Kapolri, Senin (11/12), dikutip Sumatera Ekspres.

Dalam menangkap terduga teroris, Polri melakukan preemptive strike atau serangan antisipasi. “Kita mendahului kelompok yang dianggap potensial untuk melakukan aksi. Sebagian besar dari mereka telah dilakukan penangkapan,” ujar pria kelahiran Palembang, Sumsel ini.

Diketahui, hingga kemarin, total sudah 19 terduga teroris ditangkap. Masing-masing, dari Jatim (3), Kalbar (4), dan Sumsel (12). Nah, dari semua yang diciduk, penangkapan di Kalbar diduga merupakan jaringan teroris asal Malaysia. (mrf)