- Satu Warga Probolinggo Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
Stadion Jakabaring Berkaca pada Batakan
PALEMBANG, SIMBURNEWS – Kemegahan stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (JSC) ternyata masih kalah oleh stadion Batakan di Balikpapan yang baru saja diresmikan tahun ini. Bukan hanya bangunan, tetapi sarana pendukung seperti utilitas stadion Batakan sudah terkonsep dengan megah dan sejajar dengan beberapa stadion yang ada di daratan Eropa.
Hal tersebut juga menjadi perhatian Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), H Alex Noerdin usai menerima PT. Philips Indonesia dalam rangka paparan solusi pencahayaan arena olahraga dengan inovasi teknologi terbaru di Griya Agung, Senin (11/12). Dikatakan Gubernur bahwa dalam pertemuan tersebut, PT Philips Indonesia menawarkan konsep untuk menerangi kawasan Jakabaring Sport City (JSC).
“Sebelumnya kami sudah bekerjasama dengan mereka sejak SEA Games yang lalu pada lampu kolam renang, stadion Bumi Sriwijaya yang baru saja direhabilitasi. Nah, sekarang mereka menawarkan untuk menerangi Jakabaring bukan hanya stadion saja, tetapi juga stage lighting,” ungkapnya.
Dikatakannya, ini akan seperti stadion di Balikpapan (Stadion Batakan). “Kita kalah itu. Stadion Batakan mulai dari lampu, sound, dan musik. Sumsel akan membuat GSJ seperti itu (stadion Batakan) baik itu permainan lampu dan lainnya,” tambahnya lagi.
Masih kata Gubernur, teknologi terbaru akan menggunakan lampu LED dimana lumen (pencahayaan) sama terangnya dengan lampu biasa, tetapi pemakaian energinya kurang dari separuh (setengah) sehingga menjadi sangat murah.
“Tetapi belum tentu kawasan Jakabaring Sport City (JSC) memakai jasa dari PT Philips Indonesia, karena akan dilihat dulu penawarannya. Banyak yang menawarkan seperti Osram dan lain-lain. kita lihat mana yang lebih menguntungkan buat kita (Sumsel),” lanjutnya.
Sementara, President Director JSC, Esti Arianti Kesuma mengatakan jika paparan PT Philips Indonesia sangat menarik, apalagi Philips adalah salah satu produsen lampu tertua dan mungkin terhebat di dunia. “Jadi mereka memiliki beberapa metode, sistem dan juga teknologi terbaru untuk stadion dan sarana olahraga lainnya. Mereka juga menyinkronkan antara lighting dan akustik serta kebutuhan stadion itu sendiri,” ujarnya.
Masih kata Esti, lampu LED yang seperti dipresentasikan pihak Philips bukan hanya sekadar tampilan cantiknya saja, tetapi juga fungsionalnya dan untuk menghemat energi dan menjadikan JSC menjadi green sport city.
“Saat ini JSC tidak kekurangan lampu, hanya saja penggunaan lampu yang konvensional itu yang membuat tagihan listrik kami fantastis, namun saya tidak bisa menyebutkan angkanya. Dan, memang kita tidak boleh berbicara tagihan secara angka juga, tetapi perlu diketahui jika tujuannya bersama adalah menuju ke green environment. Semua harus green, semua harus penghematan bukan hemat secara uang saja tetapi juga menghemat energinya. Intinya adalah itu. Dengan menggunakan lampu LED, otomatis kita sudah hemat energi dan membantu untuk membuat Palembang sebagai kota yang hijau,” jelasnya.
Sejauh ini baru PT Philips Indonesia yang memaparkan konsepnya dan ada beberapa produsen (kompetitor) lagi yang menunggu untuk memaparkan (konsep) kepada pihak JSC. “Kami tidak melihat harga tetapi kualitas dan kerjasama yang baik dan berkesinambungan,” tutupnya.
Di tempat yang sama, B2B Marketing Manager Philips Lighting Indonesia, Muhammad Rafiq menjelaskan jika pertemuan tersebut sebenarnya baru sebatas pemaparan terkait konsep tentang pencahayaan venue olahraga. Dimana, pertemuan itu berkaitan juga dengan pelaksanaan Asian Games (AG) 2018 di Palembang mendatang.
“Jadi, kami memperkenalkan sebuah konsep baru dimana arena olahraga itu bukan hanya efisien tetapi juga menarik, mudah dikelola dan penggunaan yang berkesinambungan. Konsep ini bernama Philips Imax Experience System (PIAS), dimana intinya adalah bagaimana pencahayaan itu bisa mendukung pengalaman para penonton, atlet, pengelola, pengguna, dan pemilik di lokasinya seperti stadion.
Dilanjutkan Rafiq, pada saat pencahayaan dinamis, maka stadion akan menjadi sebuah panggung sehingga emosinya akan muncul. Jadi, inspirasinya lebih banyak dan salah satunya akan mendukung komersialisasi olahraga. Selain itu, dengan menggunakan LED berarti akan menghemat energi dan pengelolaan yang lebih mudah.
“Sejauh ini, untuk di Indonesia, konsep kami baru sudah digunakan di stadion Batakan dan akan menyusul di Jakarta yang saat ini sudah dalam tahap persiapan. “Dealnya baru di dua kota itu. Tetapi, selain di Indonesia, konsep PIAS sudah digunakan di Perth (Australia), Allianz Stadium di Turin, Stamford Bridge Stadium di London, Wanda Metropolitano Stadium di Madrid, Allianz Arena di Munich dan Amsterdam ArenA di Belanda,” ungkapnya.
Hanya saja diakui Rafi, jika kerjasama antara pihaknya dan JSC belum pasti. “Sebetulnya kami diundang (ke Sumsel) karena pihak JSC tahu bahwa kami memiliki sistem seperti ini dari media, lalu kami diundang untuk memaparkan (konsep) seperti ini. Jadi, belum ada tahapan selanjutnya. Ini baru awal perkenalan. Rencana ini bukan hanya untuk event AG saja tetapi tadi dipaparkan juga tentang aktivitas (event) 2019. Jadi, banyak continuity yang dijabarkan oleh pihak JSC dan Pemprov Sumsel,” ucapnya.
Selain venue olahraga, ada juga rencana untuk menerangi kawasan JSC yang selama ini gelap (kurang pencahayaan). Karena kawasan terlalu gelap, konsekuensi sosial dan keamanan tentu banyak. Kalau (kawasan) terang, peruntukannya bisa lebih maksimal. Apalagi kata Rafiq, Gubernur berpesan jika kota yang bagus adalah kota yang terang. Makanya, semangat itulah yang akan didukung nantinya.
“Saat ini belum ada pembahasan soal harga karena pertemuan tadi baru memaparkan tentang keuntungan apa yang diperoleh, jadi sangat general dan tidak ada sama sekali (pembicaraan) mengenai teknis. Namun, sebagai bayangan, untuk membangun konsep tersebut di stadion Amsterdam ArenA, menghabiskan dana sampai 1,6 juta Euro, tetapi bukan berarti biayanya seperti itu (di Sumsel). tergantung dari level performancenya, experience yang ditawarkan, indoor atau outdoor, dan sebagainya,” pungkasnya. (mrf)



