- Satu Warga Probolinggo Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
Arkeolog Sumsel Bantah Lokasi Bandar Sriwijaya
PALEMBANG, SIMBURNEWS – Arkeolog Retno Purwanti mengatakan, penemuan pelabuhan utama (bandar) Kerajaan Sriwijaya hanya interpretasi semata. Menurut dia, situs tertua yang pernah didapatkan di lokasi tersebut berupa tulisan yang semasa dengan masa Adityawarman di abad ke-14.
“Kalau sampai sekarang (penemuan tertua di Teluk Cengal) iya (tulisan dari abad-14). Kalau penemuan yang lain seperti emas dan segala macamnya, terus terang kami tidak tahu pertanggalannya, karena emas itukan tidak bisa dijadikan pertanggalan,” ungkap Retno saat dikonfirmasi Simbur, Kamis (31/8)..
Ditambahkannya, Nurhadi Rangkuti sendiri baru satu kali ke sana (lokasi penemuan situs). “Sebaiknya silakan konfirmasi langsung ke pihak yang bersangkutan (Nurhadi Rangkuti). Sampai saat ini kami belum menemukan indikasi adanya pelabuhan besar Kerajaan Sriwijaya. Memang penemuan-penemuan di lokasi banyak, tetapi itukan tidak mengindikasikan pelabuhan,” pungkasnya.
Kemudian, Retno membantah, penemuan situs-situs arkeologi proto Sriwijaya (situs pra Sriwijaya) bukan di Teluk Cengal melainkan di Karang Agung. “Penemuan yang ada di Teluk Cengal itu rasa-rasanya tidak ada yang semasa dengan Kerajaan Sriwijaya,” jelasnya.
Terkait, wacana Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bersama Balai Arkeolog Palembang dan instansi terkait lainnya untuk melakukan upaya penyelamatan situs di Teluk Cengal, Retno mengarahkan untuk langsung konfirmasi ke Kepala Balai Arkeolog Palembang. “Silakan saja tanyakan ke Kepala Balai. Yang jelas, kami tidak tergantung dengan Disbudpar. Penelitian ke sana (Teluk Cengal) setiap tahun ada. Ada bantuan dari Pemerintah Daerah atau tidak, memang kerja kami adalah melakukan penelitian, dan anggaran buat penelitian itu dari pemerintah pusat (Kemendikbud). Sampai tahun depan (2018) masih ada, masih dianggarkan untuk di Teluk Cengal. Setahu saya, kalau Disbudpar justru tidak pernah melakukan penelitian,” pungkasnya. (mrf)



