Korban Tewas akibat Tanah Longsor di Cilacap Jadi 11 Orang, Tambah Alat Berat dan Kerahkan 19 Anjing Pelacak

CILACAP, SIMBUR – Hingga Sabtu (15/11) siang pukul 18.00 WIB, tim SAR gabungan untuk operasi pencarian dan pertolongan korban longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap kembali menemukan tujuh jenazah. Selain itu, tim juga menemukan dua potongan tubuh yang kemudian diidentifikasi milik satu nama.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari PhD mengatakan, dengan ditemukannya korban tertimbun ini, maka jumlah korban meninggal dunia dalam peristiwa tanah longsor Cilacap menjadi sebelas jiwa. “Rinciannya, 2 jenazah ditemukan pada hari pertama, 1 jenazah ditemukan pada hari kedua, dan 8 jenazah pada hari ketiga. Jumlah orang yang masih dalam pencarian menjadi sebanyak 12 jiwa,” ungkap Muhari, Sabtu (15/11).

Menurut Muhari, operasi pencarian dan pertolongan korban longsor memasuki hari ketiga pada Sabtu (15/11). Usai melaksanakan briefing pagi, tim SAR gabungan yang terdiri dari unsur Basarnas BPPD TNI Polri dan relawan langsung turun ke lapangan mulai pukul 7.30 WIB.

Di bawah langit mendung tim SAR gabungan kembali menyisir area terdampak longsor yang meliputi tiga dusun yaitu Dusun Cibeunying, Cibuyut, dan Tarukahan. Upaya pencarian dilakukan dengan membagi lima wilayah sektor kerja. “Misi hari ini (15/11) adalah pencarian dan pertolongan warga yang dilaporkan hilang setelah terjadinya longsor pada Kamis (13/11) malam lalu,” tegasnya.

Hari ini, lanjut Muhari, 520 personel SAR gabungan dikerahkan guna percepatan operasi SAR. Sesuai dengan, perencanaan operasi pada Jumat (14/11) malam, penambahan alat berat dikerahkan untuk mendukung operasi pada pagi tadi. “Tujuh unit eskavator diaktifkan untuk menggali dengan hati-hati titik lokasi yang diduga terdapat korban jiwa di dalamnya,” jelasnya.

Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI Budi Irawan pagi ini turut meninjau lokasi terdampak. Setelah mengetahui langsung kondisi di lapangan, Budi meminta sumber daya pencarian dan pertolongan dimaksimalkan dengan penambahan alat berat.

“Melihat lokasi terdampak longsor yang sangat luas ini, jika semalam saya sampaikan delapan eskavator harus turun, pagi ini saya minta ditambah lagi empat unit. Sehingga total alat berat yang dibutuhkan sebanyak 12 unit,” kata Budi saat meninjau lokasi terdampak di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap.

Kebutuhan penambahan alat berat ini menurut Budi karena tingginya timbunan material longsor bervariasi antara 2-8 meter yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pencarian dengan cepat jika menggunakan peralatan sederhana.

Budi menambahkan, guna percepatan operasi SAR, seluruh sumber daya bisa dikerahkan 24 jam jika situasi memungkinkan. “Sumber daya manusianya bisa bergiliran, namun alat berat harus aktif 24 jam,” tambah Budi.

Tidak hanya sumber daya manusia, total sebanyak 19 anjing pelacak didatangkan dari Kantor SAR Semarang, Polda Jateng, dan beberapa Polres se-Jawa Tengah.

“Anjing-anjing yang mayoritas berjenis Belgian Maloinis dan German Shepherd ini memiliki spesikasi khusus SAR cardaver, yaitu kemampuan penciuman tajam khusus untuk operasi SAR,” terangnya.

Buddy, salah satu unit K9 dari Polres Temanggung berjenis German Shepherd hari ini menemukan empat titik yang diduga terdapat korban tertimbun. “Buddy hari ini bekerja dalam tim bersama rekan unit K9 bernama Jack D, milik Polres Cilacap,” ujarnya.

Pastikan Semua Komponen Bergerak Bersama

Sebelumnya, BNPB memastikan seluruh komponen bangsa bergerak bersama dalam upaya penanganan darurat bencana tanah longsor di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Hal itu terlihat ketika Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan tiba di lokasi terdampak di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pada Jumat (14/11) lalu.

Kehadiran Budi atas arahan Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., ini tentunya membawa kekuatan tambahan dan melengkapi gap yang masih diperlukan dalam rangkaian penanganan darurat, mulai dari upaya pencarian dan pertolongan hingga fase pemulihan, sesuai perintah Presiden Prabowo Subianto.

“Presiden Prabowo Subianto menyampaikan turut berduka dan memberi perhatian yang besar pada bencana ini. Beliau memerintahkan BNPB untuk bergerak ke lapangan dan membantu menyelesaikan penanganan longsor di Majenang hingga masa tanggap darurat selesai,” ujar Budi di sela rapat koordinasi bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jumat (14/11) malam.

“Kami hadir disini untuk membantu Bapak Bupati. Kami sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi serta Basarnas terkait kebutuhan mendesak dalam operasi pencarian dan pertolongan di masa golden time ini,” tambahnya.

Setelah memimpin rapat koordinasi, Mayjen Budi menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah setempat yang merespon kejadian ini dengan segera. Tim search and rescue (SAR) gabungan yang terdiri dari 512 personel dari lintas sektor telah menjalankan misi sejak hari pertama kejadian, atau Kamis (13/11). Mereka adalah putra-putri terbaik bangsa dari Basarnas, BPBD, TNI, POLRI, dan para relawan MDMC, SAR MTA, SIAGA BENCANA Ciamis, Serayu Rescue, Tagana, Pemuda Pancasila, Redkar, FPRB Cijati,BAZNAS Tanggap Bencana.

Di samping itu, Budi juga mengapresiasi terbentuknya klaster-klaster kebencanaan dan Pos Lapangan di lokasi terdampak. Dapur umum telah didirikan untuk memenuhi kebutuhan permakanan warga terdampak maupun tim SAR yang bertugas. Pos kesehatan juga dihadirkan untuk memberikan pelayanan secara gratis.

Dalam operasi SAR, Basarnas yang ditunjuk sebagai leading sektor operasi ini membagi tiga wilayah operasi (worksite). Empat alat berat dikerahkan untuk mempercepat operasi SAR.

Operasi pencarian dan pertolongan akan dilanjutkan pada Sabtu (15/11). Sesuai arahan Budi Irawan dalam rapat koordinasi malam ini, percepatan penanganan darurat akan dilakukan dengan penambahan alat berat sebanyak empat unit. “Alat berat yang semulanya empat unit, kami minta tambah dua kali lipat menjadi delapan unit. Jika nanti masih kurang, akan kami tambah lagi alat beratnya,” kata Budi.

Di sisi lain, satu ekor anjing pelacak dari unit K9 Kantor SAR Semarang juga diturunkan untuk membantu mendeteksi keberadaan korban. Selain fokus pada operasi SAR, dalam fase tanggap darurat ini secara pararel BNPB juga berkomitmen untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak. BNPB menyediakan kebutuhan dasar seperti bahan makanan, tenda, selimut, dan matras.

Kendala Utama Faktor Cuaca

Faktor cuaca menjadi unsur penting dalam operasi tanggap darurat longsor Desa Cibeunying. Hingga hari Minggu (16/11) cuaca di wilayah Kecamatan Majenang diprakirakan akan turun hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

Turunnya hujan akan berpengaruh pada waktu operasional pencarian korban yang diduga masih tertimbun. Beruntung, pada pagi hingga sore hari ini (15/11) tidak turun hujan meskipun langit mendung. Operasi SAR hari ketiga ditutup pada pukul 16.00 WIB.

Berdasarkan prakiraan cuaca, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang berpotensi terjadi hampir merata di wilayah Kecamatan Majenang, Cilacap pada hari Jumat (14/11) hingga Minggu (16/11) mendatang.

Topografi wilayah yang berbentuk cekungan menjadi salah satu potensi risiko terdampak longsor. Inilah yang juga diduga menjadi faktor penyebab kejadian tersebut berdasarkan kaji cepat sementara di lapangan.

BNPB mengimbau warga maupun tim SAR yang sedang bertugas di lokasi untuk selalu waspada akan risiko longsor susulan. “Jika hujan turun dengan intensitas tinggi lebih dari satu jam, warga diimbau untuk melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman,” ujarnya.(red)