- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Karhutla Mendominasi Bencana di Indonesia Bagian Barat
JAKARTA, SIMBUR – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendominasi bencana, khususnya di Indonesia bagian barat wilayah utara. Karhutla pertama dilaporkan terjadi di Desa Batang Baruhar Julu, Kecamatan Padang Bolak dan Desa Sipaho, Kecamatan Halongonan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, dengan total lahan yang terbakar seluas 23 hektare, pada Kamis (10/7).
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari PhD mengatakan, api telah berhasil dipadamkan oleh Satgas Karhutla gabungan yang terdiri dari BPBD Kabupaten Padang Lawas, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Satpol PP. “Mengenai penyebab kebakaran hingga saat ini masih diselidiki pihak berwenang,” ungkap Muhari.
Masih di wilayah Sumatera Utara, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Kabupaten Simalungun, pada Kamis (10/7). “Titik api yang teridentifikasi berada di wilayah Nagari Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan ini telah membakar area lahan seluas 10 hektare,” ujarnya.
BPBD bersama tim gabungan masih melakukan upaya pemadaman pada Kamis (10/7), dengan mengerahkan satu unit mobil pemadam kebakaran guna mengantisipasi meluasnya titik api. Satgas gabungan juga menyelidiki penyebab kebakaran.
Sementara itu di wilayah lain, karhutla juga terjadi di di Nagari Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, pada Rabu (9/7). BPBD setempat melaporkan luas lahan yang terbakar mencakup 10 hektare. Menurut laporan pada hari Kamis (10/7) diketahui api masih menyala. Tim gabungan terus berupaya melakukan pemadaman.
Karhutla juga terjadi di Nagari Solok Bio-Bio, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, pada Kamis (10/7), pukul 20.00 WIB. Sekitar satu hektar lahan terbakar. “Pemadaman sulit dilakukan karena titik api berada di tebing curam. Upaya pemadaman terus dilanjutkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat,” jelasnya.
Selain di Pulau Sumatera, kejadian serupa juga terdapat di wilayah selatan Indonesia, yakni di pulau Jawa. BNPB mencatat karhutla juga terjadi di Jalan Raya Tomo, Dusun Cikalong, Desa Tomo, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Rabu (9/7) pukul 10.30 WIB. “Titik api terpantau di area hutan dan lahan milik Perhutani,” ujarnya.
Penyebab kebakaran belum dapat dipastikan oleh pihak terkait dan saat ini masih dalam proses penyelidikan. Kendati demikian, api telah berhasil ditaklukan oleh tim gabungan dari unsur BPBD Kabupaten Sumedang dan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Majalengka satu jam kemudian atau pada pukul 11.30 WIB.
Merespons serangkaian peristiwa karhutla, BNPB mengingatkan kepada pemerintah daerah dan masyarakat terkait pentingnya upaya pencegahan. Meliputi hindari membakar sampah atau membuka lahan dengan cara membakar, tidak membuang puntung rokok sembarangan. “Apabila menemukan titik api yang berpotensi memicu karhutla segera padamkan sehingga tidak bereskalasi menjadi kebakaran,” imbaunya.
Di samping itu, BNPB juga mengimbau kepada seluruh pihak agar melakukan deteksi dini dan pengawasan yang dapat dimulai dari melakukan patroli rutin di daerah rawan kebakaran. “Optimalkan menara pengawas dan pos jaga, memantau informasi cuaca secara rutin dan berkala,” serunya.
Mengantisipasi karhutla sejak dini, unsur pentaheliks sangat berperan untuk upaya pencegahan dini sebelum munculnya titik api dan penyebarannya yang lebih luas. “Upaya pemadaman yang efektif harus dilakukan sejak awal sebelum terjadinya titik api,” tandasnya.(red)



