- Tutup Latsarmil 2025, Pangdam II/Sriwijaya: Komcad Wujud Nyata Sishankamrata
- Berbagai Penghargaan Diberikan saat HPN 2026, Hadiah Lebih Rp500 Juta
- Sebanyak 23 Orang Hilang akibat Banjir Bandang di Nduga
- KH Ma’ruf Amin Resmi Pimpin Dewan Penasihat SMSI
- Orasi Ilmiah di Unsri, Mendagri Tito Karnavian Sebut Kekuatan Riset Perguruan Tinggi Dukung Indonesia Emas 2045
Tradisi “Midang Bebuke” dan Lomba Sastra Tutur “Cang Incang” Warnai Lebaran di OKI
KAYUAGUNG, SIMBUR – Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru mengaku bangga. Di tengah kemajuan zaman masyarakat Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) tetap teguh menjaga adat, budaya dan tradisi.
“Budaya kita selayaknya seperti di sini (Kayuagung). Saat lebaran saling kunjung-mengunjungi, saling silaturahmi, memperkuat kebersamaan. Sungguh saya merasa bangga. Pemerintah dan masyarakat OKI tetap teguh menjaga budaya warisan leluhur,” ujar Herman Deru saat menghadiri Midang Bebuke di pelataran Pantai Love Kelurahan Sidakersa, Kayuagung, (2/4).
Di bawah kepemimpinan Bupati H Muchendi, Gubernur Herman Deru optimis akan kemajuan daerah dengan tetap teguh dan budaya daerah terus lestari. “Generasi muda harus bangga dengan budaya daerahnya, karena inilah jati diri kita. Saya optimis OKI ini akan terus menapak kemajuan,” ujar Deru.
Sementara Bupati OKI, H. Muchendi menyebut midang bukan hanya milik masyarakat OKI tapi telah berkembang menjadi warisan budaya tak benda nasional. “Midang merupakan jati diri dan identitas tidak hanya bagi masyarakat OKI tapi juga warisan budaya nasional yang jadi perekat bangsa. Sehingga perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya,” ujar Muchendi.
Melihat kemeriahan dan semangat masyarakat mengikuti rangkaian adat midang tahun inj Muchendi mengungkapkan kebanggaannya dan akan terus meningkatkan penyelenggaraan pada tahun berikutnya. “Saya sangat bangga melihat semangat dan antusiasme kita semua yang ada di sini. Ini membuktikan bahwa budaya kita masih hidup dan terus menguat. Jangan pernah lelah untuk terus menjaga keragaman dan kedamaian di Ogan Komering Ilir ini. Karena tempat ini adalah percontohan yang kuat dalam menjaga warisan para leluhur untuk kedamaian di Sumatera Selatan,” pungkasnya.
Gelaran Midang Bebuke yang dilaksanakan setiap lebaran ke 3-4 itu pada tahun ini tampak lebih meriah. Arak-arakan pengantin di sepanjang Sungai Komering jadi tontonan masyarakat setempat maupun perantau yang sedang mudik lebaran. Selain menyaksikan arak-arakan pengantin berbaju adat, juga diselenggarakan berbagai lomba adat seperti lomba lagu daerah, seni cang incang (sastra tutur suku Kayuagung), lomba bengian dan maju (pengantin pria dan wanita) terbaik serta lomba video promosi budaya masing-masing kelurahan.
Kemeriahan Tradisi Lebaran
Suasana lebaran di Kayuagung, Ogan Komering Ilir, Sumsel semakin meriah. Pagelaran Midang Bebuke atau arak-arakan pengantin berpakaian adat serta lomba sastra tutur ‘Cang Incang’ tampak lebih semarak.Tradisi unik turun temurun masyarakat Kayuagung, ini berhasil menyita perhatian ribuan masyarakat lokal maupun pemudik yang pulang kampung di hari lebaran.
Usai Zuhur, tampak puluhan pasang pengantin terlihat berjalanan menyusuri sungai Komering diiringi musik jidur dari kelurahan masing-masing dan finish halaman Pantai Love Kelurahan Sida Kersa, Kayuagung pada Rabu, (2/4). Setibanya di lokasi finis, rombongan arak-arakan pengantin disambut Gubernur Sumsel, Herman Deru, Bupati OKI, Muchendi, Anggota DPR RI, Ishak Mekki, Forkopimda dan pejabat terkait.
Midang Bebuke, adalah arak-arakan muda mudi yang dilaksanakan setiap hari raya Idulfitri tepatnya hari ke tiga dan ke empat. Tujuannya sebagai ajang untuk memperkenalkan pakaian adat, baik adat perkawinan maupun pakaian tradisi keseharian masyarakat suku Kayuagung secara turun temurun. Tradisi ini, sudah ada sejak abad ke-17.
“Secara pelaksanaan, bentuk midang terbagi dua versi, Midang Begorok untuk Persedakahan baik dalam bagian pernikahan maupun persedekahan acara hitanan) yang merupakan syarat perkawinan mabang handak. Sementara Midang Bebuke, arak-arakan muda mudi yang dilaksanakan setiap hari raya idul fitri untuk memperkenalkan pakaian aat, baik adat perkawinan maupun pakaian tradisi keseharian masyarakat suku Kayuagung,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, Ahmadin Ilyas.
Seiring dan berjalannya waktu, midang ini terus mengalami perkembangan sehingga menjadi sebuah agenda pariwisata di OKI. Bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBTB) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Selain ‘Midang Bebuke’ Idulfitri kali ini juga dimeriahkan dengan perlombaan ‘Cang Incang’ yang diikuti oleh anak muda gen Z. Lomba ini bertujuan agar dapat menginspirasi lebih banyak anak muda OKI untuk mencintai dan mengerti nilai budaya daerah ditengah terpaan kemajuan teknologi digital.
Tradisi Cang-incang adalah sastra lisan yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Kayuagung, Sumatera Selatan. Tradisi ini biasanya ditampilkan pada upacara pernikahan. Ciri khas Cang-Incang Kayuagung mengandung kata-kata klasik dan ungkapan-ungkapan yang mencerminkan kebudayaan masyarakat setempat. Biasanya dituturkan oleh mempelai perempuan kepada keluarganya pada saat ia akan melangsungkan acara pernikahan. Juga dipergunakan oleh pemuka adat dalam upacara adat perkawinan masyarakat Kayuagung. Melalui perlombaan Cang-incang, diharapkan akan ada generasi penerus yang akan terus melestarikan tradisi turun-temurun itu. (kbs/red)



