- Tutup Latsarmil 2025, Pangdam II/Sriwijaya: Komcad Wujud Nyata Sishankamrata
- Berbagai Penghargaan Diberikan saat HPN 2026, Hadiah Lebih Rp500 Juta
- Sebanyak 23 Orang Hilang akibat Banjir Bandang di Nduga
- KH Ma’ruf Amin Resmi Pimpin Dewan Penasihat SMSI
- Orasi Ilmiah di Unsri, Mendagri Tito Karnavian Sebut Kekuatan Riset Perguruan Tinggi Dukung Indonesia Emas 2045
Kelangkaan Air Dapat Memicu Perang dan Sumber Bencana
# Presiden Jokowi Buka Forum Air Dunia Ke-10
BADUNG, SIMBUR – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) membuka Sesi Pertemuan Tingkat Tinggi Forum Air Dunia ke-10. Presiden Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi global dalam pengelolaan sumber daya air untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks di masa depan.
Presiden menggambarkan air sebagai “the next oil (minyak masa depan)”, menyoroti pentingnya air bagi keberlanjutan ekonomi dan ekologi global. “Bank Dunia memperkirakan kekurangan air dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen pada tahun 2050. Kelangkaan air juga bisa memicu perang dan bisa menjadi sumber bencana. Terlalu banyak air atau terlalu sedikit air, keduanya bisa menjadi masalah bagi dunia,” kata Presiden Jokowi di Bali International Convention Center (BICC), Kabupaten Badung, Provinsi Bali pada Senin (20/5).
Dalam forum tersebut, Presiden Jokowi memaparkan upaya Indonesia dalam memperkuat infrastruktur perairan selama satu dekade terakhir, antara lain pembangunan 42 bendungan, irigasi seluas 1,18 juta hektar, pengendalian banjir dan perlindungan pantai sepanjang 2.156 kilometer, serta rehabilitasi lahan seluas 4,3 juta hektar. jaringan irigasi. “Air juga kami manfaatkan untuk membangun PLTS Terapung Cirata sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara,” jelasnya.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi menegaskan, Forum Air Dunia ke-10 sangat strategis dalam merevitalisasi aksi nyata dan komitmen bersama dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya air terpadu. Untuk itu, Presiden Jokowi konsisten mendorong tiga poin, yakni peningkatan prinsip solidaritas dan inklusivitas, pemberdayaan hidro-diplomasi yang konkrit dan inovatif, serta penguatan kepemimpinan politik dalam kerja sama internasional terkait air.
Indonesia juga mengusulkan empat inisiatif baru dalam forum ini, yaitu penetapan Hari Danau Sedunia, pembentukan Center of Excellence di Asia Pasifik untuk ketahanan air dan iklim, pengelolaan air berkelanjutan di negara-negara kepulauan kecil, dan usulan proyek terkait air. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk memimpin upaya global dalam pengelolaan air berkelanjutan.
Acara ini dihadiri oleh para kepala negara, pimpinan organisasi internasional, dan delegasi dari berbagai negara, menandai pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi tantangan pengelolaan sumber daya air di masa depan. Presiden Jokowi menutup sambutannya dengan mengajak semua pihak untuk berkolaborasi menjaga kelestarian sumber daya air. “Air bukan sekadar produk alami, namun merupakan produk kolaborasi yang menyatukan kita sehingga perlu upaya bersama untuk menjaganya,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Utama BNPB Dr Rustian dan Deputi Bidang Sistem dan Strategi Dr Raditya Jati menghadiri acara WWF ke-10 yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin kemarin (20/5) di Nusa Dua Bali. Pada hari yang sama, Deputi Bidang Sistem dan Strategi sebagai bagian dari delegasi Indonesia menghadiri High Level Panel 8 mengenai Status of Early Warning for All Initiative dengan pembicara dari Indonesia, Jepang dan organisasi internasional.
Hari Selasa (21/5), BNPB mengikuti sejumlah pertemuan atau diskusi tematik. Pada pagi hari BNPB sebagai delegasi Indonesia berpartisipasi pada sesi Grassroots to Treetops, Mountains to Coasts: Investing in Eco-DRR for Sustainable Future. Selain itu, BNPB turut hadir pada high level panel 16 dengan tema Water for Shared Prosperity: Quiescent or Jump Through Hoops. Di sore hari, BNPB menyimak High Level Panel 13 mengenai Urgent Call to Save Our Lakes: Promoting Global Agenda and Collaborative Efforts for Sustainable Lake Management and Raising the World Lake Day.
Raditya mengatakan, tantangan dan isu mengenai air yang muncul beberapa tahun terakhir memerlukan kolaborasi dan sinergi global. Ini terus disuarakan Indonesia di tingkat internasional, termasuk pada WWF ke-10 ini. “Perubahan iklim menjadi salah satu pemicu utama dari berbagai persoalan air global, contohnya, hujan berlebihan karena perubahan iklim menimbulkan bencana banjir hingga longsor di berbagai negara,” tambahnya.
Pada esok hari, Rabu (22/5), BNPB akan menjadi salah satu narasumber pada sesi 9 yang mengangkat tema Establishing Cooperation for Center of Excellence for Water and Climate Resilience.
WWF ke-10 yang mengusung tema besar Water for Shared Prosperity diharapkan dapat menghasilkan deklarasi tingkat menteri sebagai keluaran utama, yang disertai dengan kompendium atau kesepakatan konkret dunia. “Outcome WWF dapat dilihat dalam deklarasi tingkat menteri salah satunya center of excellence di tataran asia pasifik dalam water and climate change,” imbuh Deputi.
Agenda internasional tersebut bertujuan untuk menyajikan pengetahuan tentang penilaian air secara global, tantangan dan solusi konkrit. Dengan begitu, pendalaman isu-isu terkini diberbagai sektor seputar air dapat menghasilkan komitmen politik untuk perbaikan pengelolaan air ke depannya. (wwf/red/rel)



