- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Waspada Kabut Asap Kembali Tebal dan Suhu Panas Meningkat di Sumsel
# Potensi Hujan Kembali Menurun
PALEMBANG, SIMBUR – Potensi kabut asap dan peningkatan suhu panas bakal kembali terjadi di Provinsi Sumatera Selatan. Hal itu ditandai dengan menurunnya curah hujan hingga akhir Oktober mendatang. Kondisi tersebut potensi dirasakan masyarakat khususnya di Kota Palembang hingga Kabupaten Musi Banyuasin.
Koordinator BMKG Sumatera Selatan, Wandayantolis mengatakan, sebagaimana rilis awal BMKG Sumsel pada 13 Oktober 2023, telah terjadi hujan pada 18-21 Oktober dengan intensitas ringan hingga lebat di Sumatera Selatan. “Curah hujan juga telah ada yang membasahi beberapa kawasan di mana karhutla terjadi, namun belum meluas dan belum membasahi keseluruhan areal tersebut,” ungkapnya melalui keterangan resmi yang diterima Simbur, Minggu (22/10).
Meski demikian, lanjut Dayan, sapaan Wandayantolis, hujan tersebut telah berhasil menurunkan tingkat hotspot secara signifikan. Di samping, memperbaiki kualitas udara di Palembang dari tingkat berbahaya menjadi tingkat sedang.
Berdasarkan update prakiraan dasarian untuk Oktober III, seluruh wilayah Sumatera Selatan berpeluang lebih dari 90% terjadi curah hujan dengan kategori Rendah (0-50 mm) dengan sifat hujan Bawah Normal.
Artinya, lanjut Dayan, pada akhir Oktober ini hujan masih lebih kering dari biasanya. Potensi hujan hanya muncul pada bagian tengah hingga ke barat dari Sumsel. “Hal ini membuat potensi kemunculan hotspot pada wilayah timur Sumsel kembali meningkat dan kembali dapat mendorong kemunculan asap ke wilayah Palembang hingga Musi Banyuasin,” jelasnya.
Pada saat yang sama, kata dia lagi, potensi kering ini juga akan mengamplifikasi peningkatan suhu udara maksimum harian yang akan terasa lebih panas dan kering dari biasanya. “Pada tahun-tahun El Nino, suhu panas dengan tingkat ekstrem biasanya bergeser ke akhir Oktober hingga awal November,” ujarnya.
Dayan menambahkan, pihaknya telah mengimbau bahwa potensi peningkatan hotspot untuk terus diwaspadai dan juga perlu terus menghindari aktivitas yang dapat memicu terjadinya kebakaran baik pada perumahan, lahan kebun dan juga hutan.
“Peningkatan suhu udara dapat diantisipasi dengan mengurangi paparan langsung matahari, menggunakan pakaian berwarna lebih putih agar tidak menyerap cahaya matahari dan juga mengkonsumsi air putih guna menghindari dehidrasi,” tandasnya.(red)



