- Kejati Sedang Bidik Kasus Big Fish di Sumsel, Kejari Palembang Jadikan Deliar Marzoeki Tersangka Gratifikasi karena Bikin Resah Pengusaha yang Berinvestasi
- Rumah Kadisnakertrans Sumsel Deliar Marzoeki di Talang Jambe Digeledah
- Kadisnakertrans Sumsel Deliar Marzoeki Ditangkap, Diduga Terlibat Suap
- Presiden Prabowo Direncanakan Bakal Hadiri Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Riau
- Kepala BNPB Pastikan Pembangunan Hunian Tetap Pasca-Bencana di Sukabumi Cepat dan Tepat
Curah Hujan Menurun Munculkan Hotspot, Imbau Warga Hemat Air dan Tidak Bakar Lahan
PALEMBANG, SIMBUR – Tingkat curah hujan mulai menurun. Hotspot (titik api) dikabarkan bakal muncul sebagai salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hal itu diungkap Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan, Wandayantolis dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.
Dayan, sapaan Wandayantolis kepada Simbur mengatakan, pihaknya telah mengimbau warga agar tidak panik dan tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan saat memasuki musim kemarau. Dirinya juga mengimbau agar warga melakukan penghematan terhadap pemakaian air bersih.
“Masyarakat tetap tenang dan tidak panik. Hemat pemakaian air bersih dan tidak melakukan aktivitas pembakaran pada lahan dalam bentuk apapun,” ungkap Wandayantolis kepada Simbur.
Dijelaskan Dayan, fenomena Triple Dip La Nina (La Nina selama tiga tahun berturut-turut) pada 2020 hingga 2022 telah mengurangi risiko dan dampak akibat adanya hotspot dan asap di wilayah Sumatera Selatan. Menurutnya, BMKG Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan telah merilis Prakiraan Musim Hujan 2022/2023 dimana secara umum wilayah Sumatera Selatan telah melewati puncaknya.
Dinamika atmosfer terkini menunjukkan La Nina masih berada pada kondisi lemah meskipun diprediksi akan meluruh ke kondisi Netral di periode Februari hingga Maret 2023. Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi Netral dan diprediksi tetap Netral hingga Mei 2023. MJO diprediksi masih aktif di fase 3 pada awal dasarian I Februari 2023 dan beralih menuju fase 4 di akhir dasarian I Februari 2023.
“Sementara prediksi anomali OLR secara spasial pada akhir dasarian I Februari 2023 juga menunjukkan potensi pertumbuhan awan di wilayah Sumatera bagian selatan meningkat,” terangnya.
Secara klimatologis, kata dia, di beberapa wilayah Sumatera Selatan pada bulan Februari akan mengalami periode penurunan curah hujan. Meskipun secara definisi tidak bisa dikatakan sebagai musim kemarau. “Penurunan curah hujan ini diikuti dengan adanya jeda hujan selama beberapa hari. Di wilayah Sumatera Selatan jeda hujan ini harus diwaspadai karena dapat menimbulkan titik-titik panas (hotspot),” paparnya.
Pihaknya mengimbau, pada fase penurunan curah hujan di periode musim hujan ini, masyarakat diharapkan untuk selalu bersihkan lingkungan sekitar. “Tidak melakukan pembakaran di lahan terbuka serta gunakan masker serta gunakan pakaian yang sesuai agar kesehatan tetap terjaga,” pungkasnya.(red)