- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Dorong Sektor Wisata
PALEMBANG, SIMBUR – Sebagai wilayah yang termasuk sangat kental dengan budaya Melayu yang identik dengan agama Islam, potensi bahasa Palembang seharusnya tidak hanya sebagai alat komunikasi sehari-hari masyarakat. Penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Palembang selain akan menghidupkan kembali bahasa asli daerah, juga memungkinkan pemahaman kitab suci umat Islam oleh masyarakat Palembang akan lebih baik.
Tidak hanya itu, dengan adanya terjemahan Alquran ke dalam bahasa Palembang asli, akan sangat bisa mendorong sektor pariwisata khususnya wisata halal. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumsel, Prof Dr Aflatun Muchtar MA menganggap gagasan tersebut adalah hal yang sangat positif. Karena menurutnya, Alquran harus disosialisasikan dan bisa dipahami dalam berbagai bahasa. Salah satunya bahasa Palembang.
“Saya pikir orang yang mampu berbahasa Palembang (asli) seaat ini sudah sangat sedikit sekali. Jumlahnya semakin berkurang, makanya ada gagasan bagaimana menghidupkan bahasa Palembang itu. Selain itu juga bagaimana dengan pemahaman Alquran terhadap bahasa Palembang,” ujarnya di Hotel Santika Palembang, Kamis (25/7).
Dikatakan Aflatun, saat masih menjadi rektor UIN Raden Fatah, dirinya pernah mengatakan kepada Gubernur bahwa Alquran terjemahan bahasa daerah sudah ada di daerah lain, namun Palembang belum ada. “Karena belum ada, makanya kami gagas, dan mendapat respon dari Litbang Kemenag RI dan dibiayai, dan mudah-mudahan di 2019 akan selesai,” lanjutnya.
Aflatun berharap dengan adanya Alquran terjemahan bahasa Palembang maka bahasa lokal harus dihidupkan. Bahkan kalau perlu ada budaya Palembang dalam bentuk Kampung Palembang yang nantinya akan menjadi tempat wisata. Dengan begitu, budaya Melayu akan lahir dan menjadi bagian dari destinasi wisata.
“Kemarin di Dinas Pariwisata Sumsel akan membuat membuat Peraturan Gubernur (Pergub) wisata halal. Saya juga sudah mengusulkan ke Wali Kota (Wako) Palembang agar ada Kampung Palembang. Jika orang ingin mengetahui segala adat istiadat dan budaya Palembang, maka bisa langsung ke kampung tersebut. Itu akan tumbuh dan menjadi bagian dari destinasi wisata ketika orang berkunjung ke Palembang,” ungkapnya.
Dengan adanya terjemahan tersebut, bukan berarti menjamin akan meningkatkan pemahaman masyarakat Palembang akan Alquran. “Kalau menjamin tidak bisa, tetapi itu sebuah upaya. Kalau mereka memahami Alquran dengan bahasa yang dimiliki, maka diharapkan akan menyentuh kalbu. Jika sudah menyentuh kalbu, maka akan diterapkan disegala aktivitasnya, bukan hanya pemahaman bahasa tetapi aktivitas juga,” imbuhnya.
Jadi lanjut Aflatun, upaya dengan bahasa lokal akan mendekatkan dan lebih memudahkan untuk memahami Alquran. “Untuk itu maka, para ulama, tokoh masyarakat harus sudah melakukan sosialisasi meningkatkan kualitas aqidah dan ibadah,” tambahnya.
Sementara, Kepala Pusat Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi, Badan Litbang dan Diklat Dr Muhammad Zain M Ag mengaku tidak mengetahui kesulitan apa yang didapatkan oleh tim saat menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Palembang. “Saya tidak bisa menjelaskan itu karena tidak terlibat langsung di dalam prosesnya, dan saya juga tidak mengerti bahasa Palembang dengan baik. Hanya yang pasti proses itu sudah berjalan dan penerjemahannya sudah selesai, dan saat ini dalam tahap validasi. Tahap validasi adalah proses terakhir dari semua tahap sebelumnya,” jawabnya.
Terkait tingkat kesulitannya, M Zain memastikan jika Puslitbang Kemenag RI memiliki program riset yang akan mendatangi setiap daerah yang sudah menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa lokal. “Saat ini kami ada program riset terkait dengan dinamika penerjemahan Alquran ke dalam bahasa daerah. Saat ini sudah ada (terjemahan) dalam dua puluh bahasa. Tentunya, nanti akan diungkap kesulitan-kesulitannya. Alquran juga, tidak semua orang arab yang mengerti dengan bahasa Alquran. Banyak kata-kata dalam Alquran yang mengandung makna yang lebih dari satu,” pungkasnya. (dfn)



