Kapal Karam di Perairan Bengkulu Renggut Nyawa Warga Muratara

MUARA RUPIT, SIMBUR – Tragedi kapal karam yang menimpa sejumlah penumpang wisatawan di perairan Pantai Malabero, Kota Bengkulu, Minggu (11/5) sore sekitar pukul 16.00 WIB, menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Terutama orang tua korban Mariyo dan Sutami serta suami almarhumah Riska Nurjanah Alwali Hanafiah seusai pemakaman.

” Saya sebagai ibunda Alm Riska Nurjanah tidak menyangka atas musibah yang dialami anaknya. Informasi yang kami terima setelah suami Alm Riska mengabarkan hari Minggu Sore bahwa Riska telah tiada tragedi kapal karam di perairan Bengkulu. Dirinya tidak menyangka anak saya secepat itu meninggalkan kami, karna tidak ada tanda-tanda atau firasat yang ia rasakan sebagai orang tua. Biasanya Almarhum Riska kalau mau bepergian, dia nelpon ke orang tuanya,” ungkap Sutami di kediamannya di Lawang Agung Kecamatan Rupit Kabupaten Muratara, Senin (12/5).

Lanjut Sutami, almarhumah anaknya semasa hidupnya dimata keluarga, dia orangnya baik, rajin dan penurut, ibadahnya kuat. Pertemuan terakhir dengan Almarhum tanggal 1 Mei 2025, beliau menginap dirumah Rupit selama dua hari.

“Almarhumah Riska semasa hidupnya, orangnya baik, sopan dan penurut dikeluarga, dan ibadahnya kuat. Dirinya sebagai orang tua, kalau ada kesalahan maupun kehilapan semasa hidupnya dia bergaul baik ditempat kerjanya maupun dilingkungan tempat dia tinggal di Lubuklinggau ataupun ada utang
Mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya dan diikhlaskan,” ucap Tami sapaan akrabnya.

Hal yang sama diungkapkan Mariyo ayahanda Almarhum Riska, Bahwa kepergian anaknya secepat ini, karna tidak ada tanga-tanda atau firasat yang ia rasakan sama sekali. “Riska itu anak yang baik dan sopan dimata keluarga, apalagi soal ibadahnya kuat sekali. Dirinya, mengetahui anaknya meninggal dari suaminya Alwalli Hanafiah setelah kejadian karamnya kapal tersebut sekitar pukul 5 sore kemarin,” ungkap Maeiyo.

Lanjut Mariyo mengatakan, Setelah mendengar informasi tersebut, kami sekeluarga besar sangat terkejut dan terpukul atas musibah yang menimpah diri anaknya. “Jenazah Almarhum langsung dibawa mobil Ambulance dari RS Bhayangkara Bengkulu menuju kediaman kami di Rupit sekitar pukul 24.30, Senin (12/5). Jenazah almarhumah paginya pukul 09.00 Wib langsung dimakamkan di TPU Vidco Desa Lawang Agung,”ucap Mariyo.

Lebih lanjut Mariyo mengatakan, Dirinya mengucapkan terima kasih kepada RS Bhayangkara Bengkulu serta Gubernur Bengkulu yang sudah mengurus dan mempasilitasi gratis mobil ambulance sampai jenazah almarhum anaknya tiba dikediaman kami di Rupit,” ujar Mariyo.

Hal yang sama juga diungkapkan Alwali Hanafiah suami almarhumah Riska, Sebelum kejadian yang menimpa istrinya, mereka berdua berangkat dari Lubuklinggau menuju Bengkulu hari Sabtu pagi, tanggal 10 Mei 2025, tiba di Bengkulu sorenya. Keesokan harinya, Minggu pagi, tanggal 11 Mei 2025, Kami berdua beserta rombongan langsung pergi menuju Wisata Pulau Tikus menggunakan kapal yang telah disiapkan panitia travel.

“Setiba kami di Pulau Tikus Kami berdua dan rombongan wisatawan menggelar acara yang telah sisiapkan travel. Usai acara kami berdua beserta rombongan pulang. Dalam perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kapal kami mati mesin. Selanjutnya ada angin badai disertai gelombang besar menerpa kapal kami, sehingga rombongan wisatawan yang ada di dalam kapal ketakutan dan berteriak histeris. Karena kapal yang kami tumpangi langsung oleng dan karam. Melihat kejadian tersebut, Saya langsung memegang tangan istri saya, tapi apa daya saya tidak bisa menyelamatkan nyawa istri saya Riska,”ucap Alwali.

Atas kejadian ini, Dirinya sangat terpukul, karna istri saya tersebut orangnya baik, sopan, patuh pada suami serta orang tua dan keluarga saya. Soal pekerjaan, Riska bekerja di RS AR Bunda Lubuklinggau bagian Terapi, dia itu orangnya rajin dan bertanggung jawab.

Berdasarkan informasi resmi, tujuh orang dinyatakan meninggal dunia usai kapal wisata yang mengangkut rombongan penumpang dari Pulau Tikus mengalami kecelakaan laut. Lima korban meninggal dunia di RS Bhayangkara Bengkulu, yakni: Riska Nurjanah, 28 tahun, warga Lubuk Linggau, Ratna Kurniati, 28 tahun, warga Jalan Lingkar Barat Pepabri, Bengkulu, Tesya, 20 tahun, warga Jalan Dua Jalur, Kelurahan Durian Depun, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Nesya, 27 tahun, warga Suban Air Panas, Kabupaten Rejang Lebong, dan Arva Richi Dekry, 29 tahun, warga Akai Parak Kopi, Padang Utara.

Sementara dua korban lainnya meninggal di RSUD Harapan dan Doa (RSHD) Bengkulu. Mereka diketahui bernama Yunita dan Suantra. Informasi dari pihak kepolisian menyebutkan, kapal nahas tersebut mengangkut 104 orang penumpang, terdiri dari 98 wisatawan, 1 nakhoda, dan lima anak buah kapal (ABK). Sebagian penumpang berhasil diselamatkan, sementara sejumlah lainnya mengalami luka dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. (rel/smsi)