- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
WPRF 2024 Bangun Narasi Global, Junjung Tinggi Komunikasi Beretika dan Bertanggung Jawab
NUSA DUA, SIMBUR – Global Communications Knowledge Conference mengawali dimulainya rangkaian World Public Relations Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, Selasa (19/11). Hal itu diungkap Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Boy Kelana Soebroto.
“Ini merupakan kepercayaan dan pengakuan dari dunia global bahwa Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah forum dunia. Pertemuan seluruh praktisi profesional public relations dunia di Indonesia,” ungkap Boy saat konferensi pers bersama wartawan di Hotel Merusaka Nusa Dua Bali, Selasa (19/11).
Menurut Boy, Perhumas sebagai asosiasi profesi humas tertua di Indonesia dipilih untuk penyelenggaraan acara ini. “Senang sekali bisa berkumpul bersama-sama dalam rangkaian empat hari. Hari ini hari pertama adanya global communication knowledge conference. Hari berikutnya WPRF 2024. Hari ketiga Konvensi Humas Indonesia (KHI). Hari keempat ada Pemuda pertemuan Perhumas Muda,” ujarnya.
Empat acara ini tergabung, lanjut Boy, dalam rangkaian besar WPRF dan akan dihadiri lebih dari 37 speaker di seluruh dunia dari 22 negara dan juga akan dihadiri lebih dari 1.400 peserta. “Mereka akan hadir secara bersama-sama bertemu bersama-sama dan berdiskusi,” seru Boy.
Ditambahkannya, tema besar WPRF 2024 yakni Purposeful Influence for the Common Good. Bagaimana Perhumas mengajak seluruh profesional PR untuk menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman. Terutama dengan adanya artificial intelligent (AI) dan misinformasi.
“PR tentunya harus dapat bertanggung jawab dalam berkomunikasi. Responsible dan beretika juga sangat penting dalam berkomunikasi,” tegasnya.
Bagi Perhumas, Boy menambahkan, merupakan forum yang sangat besar. Bertemunya seluruh profesional PR dunia di Bali. Bagi Perhumas inilah kesempatan pertama kali menjadi tuan rumah. “Karena tahun-tahun sebelumnya di negara Eropa. Ini tahun ke-12,” terangnya.
Outputnya, kata Boy, bagaimana PR dapat beradaptasi dengan artificial intelligent. AI itu jangan dijauhi tapi dijadikan alat bantu dalam berkomunikasi. “Dan yang paling penting, responsible communication. Bagaimana dalam berkomunikasi harus bertanggung jawab. Dapat sumbernya dari mana, ditujukan kepada siapa dan dipenuhi dengan etika,” ujarnya.
Boy melanjutkan, dunia humas memasuki era yang penuh tantangan. Isu-isu global dan arus informasi yang luar biasa menghadirkan tantangan sekaligus tanggung jawab bagi praktisi komunikasi. Boy mengungkapkan, praktisi komunikasi dan juga humas harus terus menjunjung tinggi nilai-nilai komunikasi yang bertanggung jawab.
“Kebutuhan akan pengetahuan yang komprehensif, pemahaman lintas budaya, dan solusi inovatif menjadi sangat penting. Kami harus tetap berpedoman pada integritas, transparansi, dan akuntabilitas, serta selalu memerhatikan implikasi etis dari pekerjaan kita,” kata Boy.
WPRF 2024 bertujuan untuk merespons tantangan dan peluang dalam industri kehumasan global dengan mendorong dialog mengenai inovasi, etika, serta peran strategis PR dalam masyarakat dan organisasi.
World Public Relations Forum tahun ini dihadiri oleh 1.400 peserta dari dalam dan luar negeri. Total ada 22 negara yang mengirimkan perwakilannya ke WPRF tahun ini. Boy menambahkan, World Public Relations Forum 2024 bukan hanya tonggak sejarah bagi Perhumas dan Indonesia, namun juga merupakan momen penting bagi komunitas humas global.
“Saat berkumpul di sini hari ini, kita diingatkan kembali akan peran humas yang terus berkembang dalam membentuk narasi global, memupuk pemahaman, dan membangun kepercayaan lintas batas,” jelas Boy.
Menurut Boy, praktisi komunikasi dan humas harus terus mengeksplorasi tren, inovasi, dan praktik terbaik dalam hubungan masyarakat. Karena, kata dia, tujuan bersama adalah menggunakan kekuatan komunikasi untuk mendorong perubahan positif.
“Apakah kita mengatasi tantangan misinformasi, menjembatani kesenjangan budaya, atau memajukan kebaikan sosial, tanggung jawab kita bersama sudah jelas: mempengaruhi dengan tujuan, berkomunikasi dengan integritas, dan bertindak dengan tanggung jawab,” jelas Boy.
President & CEO Global Alliance for Public Relations and Communication Management Justin Green mengungkapkan, media sosial telah mendemokratisasi arus informasi sehingga sulit untuk membedakan fakta dan fiksi.
Karena itu, Global Alliance telah membentuk dewan akademik, membuat penelitian serta menetapkan standar professional dan juga mengakreditasi organisasi dan universitas internasional. Green menegaskan, Global Alliance akan terus fokus pada pendidikan untuk meningkatkan kehidupan miliaran orang di seluruh dunia.
“Tahun ini, kami merilis penelitian besar, proyek-proyek termasuk edisi 2024 Approach to the Future, PR Communications. Kami telah mendukung anggota kami dengan program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan gratis senilai jutaan euro, meluncurkan universitas humas dan kepemimpinan pertama, yang pertama dalam sejarah, universitas humas dan kepemimpinan pertama di dunia, melalui kerja sama dengan NIPR, Institut Hubungan Masyarakat Nigeria,” jelas Green.(red)



