- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Kebun Sawit Milik Warga Sering Terendam Banjir selama Empat Tahun
BANYUASIN, SIMBUR – Hampir empat tahun warga Desa Tirta Mulya Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin mengeluh. Saluran primer di desa mereka tidak dapat berfungsi normal. Banyaknya lumpur dan tebalnya rerumputan yang menutupi saluran membuat air tidak dapat mengalir. Saat musim hujan mulai dari permukiman warga hingga lahan pertanian sering direndam banjir.
Dangkalnya saluran primer sebagai pembuangan pokok pengairan di desa tersebut bukan hanya meresahkan warga di satu desa. Akan tetapi, beberapa desa juga ikut terdampak. Mulai dari hasil pertanian hingga kondisi jalan yang cepat rusak karena tergenang air.
Widodo, warga Desa Tirta Mulya mengatakan, saluran primer di desa mereka terjadi dangkal sejak empat tahun terakhir. Selama empat tahun itu juga setiap musim penghujan ataupun air meluap. Permukiman penduduk dan lahan pertanian seperti kebun kelapa sawit warga pasti terendam banjir.
“Air di daerah kami ini jika tidak mengalir zat asamnya tinggi. Apalagi sampai menggenangi lahan perkebunan sawit membuat tanaman menjadi stres. Dampaknya buah kelapa sawit berkurang drastis lebih dari 50 persen setiap panen. Genangan air ini juga merusak jalan di dalam desa kami. Meskipun gotong royong pernah kami lakukan namun tidak membuahkan hasil tanpa dibantu alat berat,” jelasnya, Selasa (17/11).
Ditambahkan Widodo, aliran primer sebagai pembuangan pokok pengairan didesanya merupakan aliran induk. Setiap air yang dialirkan dari saluran sekunder ke saluran primer tidak dapat mengalir normal dan tetap menggenang permukiman. Akibatnya, penduduk dirugikan dan ikut terdampak imbas. Perkembangan tanaman sawit menjadi kerdil.
“Sebagai petani sawit kami mengharapkan perhatian penuh dari Pemerintah Kabupaten Banyuasin melalui dinas terkait. Jika saluran primer ini tidak segera dibersihkan yang susahnya masyarakat. Hasil perkebunan terus menurun dan ekonomi masyarakat semakin melemah,” keluhnya.
Simbur berusaha menelusuri kebenaran informasi tersebut. Hingga berita ini diturunkan, pejabat terkait di lingkungan Pemkab Banyuasin belum berhasil dikonfirmasi. Meski demikian, Kepala Desa Tirta Mulya, Sulaiman mengatakan, saluran primer merupakan pembuangan akhir dari saluran skunder, dengan panjang lebih kurang 4 kilometer dan lebar 12 meter.
Menurut Sulaiman, semua sudah tertutupi lumpur dan rumput. Sejak empat tahun terakhir ini air tidak dapat mengalir deras karena pembuangan pokok pengairan dangkal. “Mulai dari lahan perkebunan sampai permukiman warga dengan luas wilayah lebih kurang 1219 hektare pembuangan airnya di saluran primer. Karena dangkal, air tidak dapat mengalir normal menggenangi. Permukiman sampai lahan perkebunan kelapa sawit ikut digenangi air. Agar dapat meringankan beban masyarakat kami telah berupaya mengajukan normalisasi tahun lalu. Sampai sekarang ini belum membuahkan hasil,” ujarnya.
Ditambahkan Sulaiman, setiap air meluap masuk ke saluran primer selalu membawa lumpur. Jika dibersihkan secara manual tentunya sangat sulit hal seperti ini yang masih menjadi kendala. Air tidak dapat mengalir berdampak pada semua hasil kebun kelapa sawit menurun akibat terendam air.
“Air di aliran skunder tidak bisa mengalir jika aliran primer tetap dangkal. Meskipun swadaya masyarakat pernah dilakukan air tetap menggenangi lahan perkebunan sampai permukiman penduduk. Untuk itu, kami meminta agar Dinas PU Banyuasin segera mengecek ke lapangan. Bukan hanya Desa Tita Mulya yang terdampak, Desa Buana Murti dan beberapa desa lainnya juga mengalami hal sama karena saluran primer dangkal,” tegasnya. (red/rel)



