Mahasiswa Asing Universitas Bina Darma Dikenalkan dengan Dulmuluk

PALEMBANG, SIMBUR – Teater tradisi Dulmuluk semakin digemari mahasiswa, khususnya mahasiswa asing. Hal itu terlihat dari pertunjukan teater Dulmuluk yang diusung mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa Indonesia FKIP dan Bahasa di Aula Bochari Rachman Universitas Bina Darma Palembang, Rabu (9/1).

“Dulmuluk dan Pelakor” merupakan transformasi syair Hikayat Abdul Muluk karya Raja Ali Haji yang digarap mahasiswa semester lima sebagai ujian praktik akhir semester. Pertunjukan tersebut menjadi lakon yang ditonton ratusan orang, baik dari kalangan dan mahasiswa maupun pelajar SMA di Kota Palembang. Lakon Dulmuluk yang dikemas dengan konteks kekinian itu menceritakan kisah percintaan yang terbilang rumit.

Sang Khadam yang menjadi pembantu di Kerajaan Barbari ternyata menyimpan rasa cinta kepada Raja Abdulmuluk. Berbagai cara dilakukan untuk mendapat perhatian sang raja. Abdulmuluk yang beristrikan Siti Rahma, tidak tertarik kepada Khadam. Raja Abulmuluk justru memadu kasih dengan putri dari negara seberang, Siti Rafeah. Sang istri dan ibu suri yang mengetahui hal itu berang dan mengutuk kisah cinta Abdulmuluk dengan istri mudanya. Abdulmuluk dengan tekad bulat mempersunting Siti Rafeah dan membawanya ke kerajaan. Ibu suri lalu murka dan menolak kedatangan mereka.

Kisah kemudian berubah 360 derajat saat Siti Rahmah dan ibu Suri melihat budi pekerti Siti Rafeah. Akhirnya, keduanya sadar dan menerima bahkan sangat menyayangi sang istri muda Abdulmuluk. Khadam yang merasa sakit hati, akhirnya membuat cerita di kalangan rakyat kerajaaan. Setelah mengetahui jika istri mudanya difitnah, Abdulmuluk beserta ibu suri murka dan mengusir sang Khadam dari kerajaan.

Kisah cinta berdurasi satu setengah jam itu mengundang reaksi dari Ketua Prodi (Kaprodi) Pendidikan Bahasa Indonesia, Hastari Mayrita MPd yang terkesan dengan pertunjukan tersebut. “Apresiasinya sangat luar biasa karena dosen yang terlibat juga menggiatkan pentas ini agar berjalan dengan sukses seperti yang dilihat,” ujarnya.

Diungkap Hastari, pertunjukan tersebut memang menjadi salah satu bagian dari mata kuliah dan masuk kurikulum prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bina Darma. “Pertunjukan ini adalah salah satu hasil dari kreativitas mahasiswa prodi Bahasa Indonesia Universitas Bina Darma pada mata kuliah Pementasan Drama. Setiap tahunnya, mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu wajib untuk mementaskan drama,” tekannya.

Terkait para pejabat universitas, Hastari menganggap sejauh ini selalu menjadi perhatian dan mendapat apresiasi tinggi. “Sejak era almarhum Prof Bochari sampai ke rektor sekarang, Dr Sunda Ariana MPd MM dan petinggi-petinggi kampus lainnya sangat mengapresiasi jalannya pementasan drama ini. Karena Universitas Bina Darma berusaha untuk meningkatkan akreditasi dan go international,” ujarnya sembari menyampaikan jika ada dua mahasiswa dari Korea Selatan yang ikut di dalam tim artistik pertunjukan tersebut.

Salah satu penonton yang juga mahasiswa asal Amerika Serikat, Rachel Oberto terlihat menikmati pertunjungan Dulmuluk. Pasalnya, drama berlatar kerajaan tidak ada di negara asalnya. “Dulmuluk itu mengambil latar belakang kerajaan, tapi di Amerika tidak ada seperti itu. Pertunjukan ini menarik dan lucu. Isinya sesuai dengan budaya setempat. Kalau di negara asal saya, Amerika, memang ada pementasan seperti itu tapi isinya berbeda,” ujarnya.

Sementara, sutradara “Dulmuluk dan Pelakor”, Ayu Dwi Rosiana berharap agar jajaran universitas dan prodi merespons dan mendukung pentas drama .”Kami berharap ke depan ini (teater tradisi) itu bisa berlanjut terus-menerus. Karena ini (ilmu) akan ditransformasikan ke adik tingkat kami,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Ayu, proses sebelum pementasan itu memberikan banyak pengalaman menarik bagi tim. “Dalam proses kami lebih mengenal karakter diri sendiri dan orang lain. Sehingga potensi kami bisa lebih digali. Yang terpenting kami akan saling mengetahui sisi positif dan negatif,” pungkasnya. (dfn)