- Sumur Minyak Rakyat Dilegalkan, Menteri Bahlil: Sudah Ada sebelum Indonesia Merdeka
- Sidang Uji Materi Undang-Undang Pers, Pertegas Perlindungan Wartawan
- Delapan Sukontraktor Ancam Bongkar RSUD Sekayu
- Dinas Kearsipan dan Perpustakaan OKI Sukses Gelar Festival Literasi 2025
- Jaksa Gadungan Jadi Tersangka
Kekeringan dan Krisis Air Bersih Ancam Pulau Jawa

JAKARTA, SIMBUR – Bencana kekeringan terjadi di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kekeringan pertama di wilayah Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pemalang mendapat laporan warga di Desa Belik Kecamatan Belik dan Desa Penakir Kecamatan Pulosari.
Kepala Pusat Data, Ingornasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari PhD mengatakan, warga kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih akibat sumber mata air berkurang. “Akibatnya sebanyak 667 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 3.766 jiwa terdampak,” ungkap Muhari, Sabtu (9/8).
Merespon laporan warga, lanjut Muhari, petugas BPBD Kabupaten Pemalang melakukan pendistribusian air bersih sebanyak enam tangki atau 35.000 liter air bersih pada Kamis (7/8). “Adapun rincian pendistribusian antara lain, sebanyak tiga tangki ke Desa Penakir, dan tiga tangki untuk Desa Belik,” terangnya.
Kejadian yang sama juga terjadi di Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Memasuki musim kemarau, sumber mata air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mengalami penyusutan bahkan mengering. “Akibatnya, sedikitnya 213 KK kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih,” jelasnya.
Setelah melakukan pendataan, BPBD Kabupaten Bondowoso menurunkan dua unit truk tangki untuk mendistribusikan air bersih. “Sebanyak dua tangki atau 10.000 liter air bersih dibagikan kepada warga terdampak pada Jumat (8/8),” ujarnya.
Muhari menambahkan, merespon banyaknya laporan kejadian kekeringan dari berbagai daerah yang tidak jarang memicu juga bencana kebakaran hutan dan lahan, pihaknya mendorong pendistribusian air bersih menggunakan mobil tangki air, pembuatan sumur bor dalam, hingga melaksanakan operasi modifikasi cuaca. Selain itu, pemerintah daerah juga diimbau untuk membangun infrastruktur seperti sumur resapan air, waduk hingga embung.
“Di sisi lain, kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dan tata cara pengelolaan air bersih yang bijak juga harus ditingkatkan,” imbaunya.
Mitigasi kekeringan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat. “Dengan upaya bersama, dampak negatif kekeringan dapat diminimalkan, dan ketersediaan air dapat terjaga,” tandasnya.(red)