- Pastikan Kesiapan Satuan, Pangdam II/Sriwijaya Kunjungi Kodim 0418/Palembang
- Dewan Pers Perkuat Legal Standing Ketua Umum PWI Pusat Zulmansyah Sekedang
- Arizki Fil Bahri Jadi Plt Ketua PWI Natuna, Raja Isyam Azwar Direstui Rekrut Anggota PWI Riau
- Pipa Induk Milik Perumda Tirta Musi Pecah akibat Pergerakan Tanah, Warga Talang Jambe Keluhkan Air Bersih Sering Tidak Mengalir saat Cuaca Ekstrem
- Dandim 0401/KBL Terima Kunjungan Kapolres Bandar Lampung
Anggarkan Rp71 Triliun, Pemerintah Target 5.000 Dapur untuk Makan Bergizi Gratis selama 2025

# Jelang Hari Pers Nasional 2025, Forum Pemred SMSI Gelar Diskusi Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
JAKARTA, SIMBUR – Pemerintah menargetkan 5.000 dapur umum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pada tahun 2025. Upaya tersebut dilakukan dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran. Hal itu diungkap Plt Direktur Tata Kelola Pemenuhan Gizi Badan Gizi Nasional (BGN), Ermia Sofiyessi saat diskusi bertajuk “Bersama Mewujudkan Gizi Berkualitas untuk Generasi Emas Indonesia”. Diskusi digelar Forum Pemred Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) dalam rangka Hari Pers Nasional 2025.
Menurut Ermia, setiap SPPG mempunyai tanggung jawab untuk mendistribusikan sebanyak 3.000 paket MBG. Nantinya, kata dia, ada 15 sampai 17,5 juta penerima manfaat untuk tahun ini. “Target yang sudah ditetapkan untuk tahun 2025 itu ada 5.000 SPPG. Nah itu kalau dikali 3.000 ada 15 juta dengan anggaran Rp 71 triliun,” ujar Yessi di Kantor Dewan Pers, Jakarta Pusat, Rabu (22/1).
Terkait pelaksanaan program MBG, Yessi sapaan Ermia Sofiyessi, menyarankan adanya keterlibatan pemerintah daerah untuk membantu menyuplai pasokan makanan yang akan diolah oleh SPPG untuk paket MBG. Selain mempermudah kinerja masing-masing dapur SPPG, hal ini juga dapat menghidupkan perekonomian masyarakat setempat.
“Biarlah BGN ini untuk menyiapkan makan bergizi. Untuk suplainya mohonlah dibantu. Kalau bicara gizi, untuk satu hari saja, butuh 3.000 ribu telur untuk 1 SPPG, karena 3.000 penerima. Bisa tidak 3.000 itu dipikirkan oleh pemerintah daerah. Jadi kepala SPPG itu tidak mencari pasar keluar daerah tersebut. Jadi itu bisa menjadi satu pemicu buat untuk memenuhi adanya pergerakan lokal untuk memenuhi pasokan,” sambung Yessi yang juga menjabat Sekretaris Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN.
Di tempat yang sama, giat dapur umum dan tokoh masyarakat Papua Selatan, Johanes Gluba Gebze, menceritakan soal pengalamannya membentuk dapur umum untuk rakyat. Ia sendiri menyusun Program Lima Aman untuk mengatasi persoalan gizi masyarakat Papua.
“Amankan perut rakyat. Kalau perut rakyat sudah aman, berarti hati rakyat sudah aman. Kalau hati rakyat sudah aman berarti pikiran rakyat juga aman, lalu mulut akan aman dan akan tertib untuk menghormati siapapun. Terakhir, amankan tangan rakyat agar dia tidak mencuri atau membunuh hanya karena dia lapar,” ucap Johanes.
Johanes lantas mengapresiasi kepekaan Presiden Prabowo Subianto dalam memahami apa yang menjadi persoalan mendasar bagi masyarakat Indonesia. Ia menyadari bahwa pelaksaaan MBG masih belum sempurna, tapi menurutnya ini adalah suatu proses yang sudah sesuai dengan jalan untuk menggapai cita-cita Indonesia Emas 2045. “Kami nggak bisa sulap, tapi bersyukur bahwa Presiden sudah mulai menyuarakan kesadaran kita untuk melihat Indonesia secara konkret,” ucapnya.
Johanes menyadari bahwa persoalan gizi ini tidak mampu diselesaikan dalam waktu singkat. Menurutnya, ini juga bukan persoalan yang mudah. Karena itu, ia mengapresiasi Prabowo karena sudah berani dan bersedia untuk memulainya.
“Lima tahun tidak cukup untuk membangun konstruksi Indonesia bergizi. Kita sedang berusaha untuk membalik piramida konstruksi sosial masyarakat kita, dimana yang besar sejahtera begizi itu banyak di atas. Sementara yang kurang bergizi itu kurang di bawah,” ungkapnya.
Pemimpin redaksi salah satu media siber, Aldi Gultom, berperan sebagai moderator dalam acara yang didukung oleh Yayasan Gardu 08 Indonesia, Bank BRI, dan Dompet Dhuafa ini. Dalam diskusi, Hasan Nasbi mengatakan, program makan bergizi gratis (MBG) adalah program strategis dan menjadi wajah bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Hasan menyebut, keberlangsungan program MBG ternyata memberikan sejumlah dampak positif bagi para pelajar. Bukan hanya pada pemenuhan gizi, tapi juga ada perbaikan kebiasaan sosial budaya diantara pelajar.
Berdasarkan peninjauan langsung di sejumlah daerah, Hasan menemukan fenomena dimana banyak anak-anak yang mau belajar untuk mengantri hingga banyak sekolah yang kemudian menyediakan tempat cuci tangan.
“Di beberapa tempat kita menemukan anak-anak belajar antre untuk mengambil makanan, mungkin kalau nggak ada ini, anak-anak nggak akan belajar antri, dan ini didesa-desa. Anak anak belajar membawa alat makan , tapi kalau dia nggak bawa makan, dia harus cuci tangan, jadi sekolah yang awalnya nggak menyediakan tempat cuci tangan, jadi menyediakan tempat cuci tangan,” sambungnya.
Hasan mengatakan, adanya program MBG membuat banyak anak Indonesia yang kini menjadi menyukai sayuran. “Kemudian anak-anak yang awalnya nggak suka makan sayur, jadi suka makan sayur, karena ada temannya yang makan sayur,” ucap Hasan.(red)