- Jika Pemda Gelar Program Makan Bergizi Gratis, Pj Gubernur Sumsel: APBD Harus Direvisi
- Jaksa Tolak Eksepsi Terdakwa Penembakan di Kalidoni
- UMP Sumsel 2025 Sebesar Rp3.681.571, Naik 6,5 Persen atau Rp224.697
- Warga Keluhkan Nilai Ganti Rugi Pembebasan Lahan Tol Kapalbetung
- Audiensi dengan Wamenpora, Siwo PWI Pusat Siap Gelar Seminar Evaluasi PON
Bandara Terapung Tumbuhkan Destinasi Wisata Baru, Tidak Merusak Situs Budaya
DENPASAR, SIMBUR – Rencana pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) di Buleleng diharapkan dapat berdampak positif bagi pengembangan pariwisata dan budaya Indonesia di Bali. Di samping untuk menumbuhkan ekonomi baru di sekitar wilayah destinasi. Meski demikian, upaya perlindungan terhadap situs dan cagar budaya di lokasi bandara harus tetap dilakukan secara maksimal.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, dalam pengembangan pariwisata dan sumber budaya di Bali mengandalkan unsur 5P. Pure, Pantai, Pertanian, Pasar, dan Puri. “Tatanan puri menunjukkan ada mistem, madya, utama. Tatatan yang paling besar adalah puri yang menjadi pusat budaya. Ada unggak-ungguk dalam bertutur sapa,” terangnya.
Karena itu, tambah Tjok, jika ingin mengembangkan suatu daerah menjadi pariwisata ada 4A. Harus ada attraction (daya tarik dan destinasi wisata), Accessibility (ketersediaan sarana transportasi), Amenities (fasilitas), dan Abcillary (kelembagaan). “Akses (wisata budaya) harus ada peberbangan ke Bali,” ungkapnya.
Tjok menambahkan, puluhan maskapai penerbangan domestik dan internasional beroperasi di Bali. Terutama untuk mendukung sektor pariwisata dan budaya. Jika Bali hanya memiliki satu bandara, maka tidak mungkin dapat membendung arus wisatawan di tengah padatnya lalu lintas penerbangan.
“Ada 40 maskapai penerbangan asing hingga mencapai 5,3 juta wisman sampai Oktober 2024. Bandara Ngurah Rai dengan satu landasan pacu tentu lalu lintas padat sekali,” paparnya.
Pihaknya, kata Tjok, sangat mendukung adanya pembangunan bandara baru di Provinsi Bali. “Penempatan bandara di Bali Utara tentu ada pertimbangan. Untuk menjaga keselamatan penerbangan dan membagi kue ekonomi,” imbuhnya.
Terkait dengan penerbangan, tambah Tjok, ada dua. Pertama, bagaimana keamanan, yang kedua baru hal lainnya. Termasuk teknis pengelolaan kawasan penerbangan tersebut. “Landasan pacu mengapung. Itu memotivasi destinasi wisata yang selama ini tenggalam jadi muncul,” harapnya.
Tjok menegaskan, pembangunan Bandara Buleleng dipastikan tidak merusak situs dan cagar budaya yang ada di Bali. Karena itu, landasan pacu rencananya akan dibuat secara terapung.
“Pembangunan bandara tidak merusak situs budaya. Teknologi sudah canggih untuk membuat landasan terapung. Apa penerbangan internasional di Buleleng, untuk penerbangan domestik tetap di Ngurah Rai,” tutupnya.(maz)