Siswa SMAN Sumsel Ikut Pelatihan Jurnalistik

PALEMBANG, SIMBUR – Siswa dan siswi bersama sejumlah guru, antusias mengikuti jurnalistik training atau pelatihan jurnalistik dengan tema “Menulis berita online”. Kegiatan diadakan di SMA Negeri Sumsel di Jakabaring, Palembang, Sabtu (12/8) pukul 09.00 WIB.

Pelatihan jurnalistik tersebut dibuka langsung Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA Negeri Sumsel Handayani SPd didampingi guru pembimbing siswa klub jurnalistik sekolah Rifki Mandala. Pengisi materi sendiri, Swandra Yadi, wartawan senior sekaligus pimpinan media Radar Palembang, group Disway.

Jurnalistik training ini bertujuan supaya siswa dan siswi bisa belajar menyajikan tulisan menjadi sebuah produk berita yang baik, benar dan lengkap. “Menyiapkan berita yang tajam, kritis, praktis dan tentunya menarik. Jadi berita yang dibuat itu, memang yang dicari media massa dan sulit ditolak,” harap Handayani, kepada para siswa sekolah.

Swandra Yadi pun merasa sangat senang, bisa menjadi pemateri pelatihan jurnalistik di sekolah. Senang bertemu siswa club jurnalistik, yang selalu siap menimba ilmu. Khususnya pelatihan menulis berita online, bagaimana trik, menulis peristiwa menjadi sebuah produk berita.

Sebab, tentu berbeda menulis berita online  dengan membuat berita di koran cetak. Meski harus tetap mengedepankan aturan kaidah dan kode etik, dalam praktiknya. “Setelah Pandemi Covid 19, koran semakin turun, lebih karena pengaruh bahan baku, dimana produksi kertas tidak sebanding dengan cost yang dikeluarkan. Syarat berita online itu menarik dan bermanfaat, dan gunakan kata kunci dengan tepat dan relevan,” ungkapnya.

Pemetaan keyword atau kata kunci ini, baik di judul, deskripsi, artikel, tag, dan foto, tujuannya supaya lebih mudah dibaca SEO atau search engine optimalizem di Google. Selanjutnya penting menuliskan PPT atau people, place, thing peristiwa, agar Google cepat membacanya.

“PPT sebaiknya ditonjolkan diawal. Kata kunci harus di atas. Untuk news minimal 800 kata, untuk softnews atau evergreen (berita wisata dan hiburan) minimal 1.250 kata. Inti berita bisa diakhir tulisan. Berbeda dengan koran cetak, inti berita biasanya diletakan di lead dan tubuh berita,” jelas Swandra.

Kata kunci atau keyword ini agar Google meletakan berita di posisi paling atas. Kata kunci diulang maksimal 8 kali dan kata kunci disebar di judul, desktipsi dan artikel. Biasa juga meletakan kata kunci di depan atau di tengah kalimat. Cara ini, saat ini digunakan di media Group Disway Dahlan Iskan.

“Misal bahas neraka, kita ambil angel lain. Kalau kata neraka sudah jutaan di mesin Google, tapi lain dengan kata api neraka, jumlahnya ribuan saja. Dan hindari typho pada judul, karena berpengaruh pada review,” pesannya.

Swandra menegaskan, bahwa menulis berita berita menarik itu relatif, tapi bermanfaat itu pasti. Dan dibalik relativitas itu bersifat universal. “Siapa tidak suka berita sifatnya hiburan. Misalnya siswa juara nasional. Tapi harus lebih mendalam dan mencari human interestnya, bisa latar belakang siswa dari kalangan kurang mampu misalnya, ini lebih unik dibaca mesin Google. Lain halnya dengan berita bunuh diri atau pembunuhan tragis, banyak viewernya. Tapi kami tidak menerbitkan, karena tidak ada pengaruh untuk kebermanfaatan,” timbangnya.

Penting untuk terus menulis konten pilar atau berita utama, supaya terus dibaca Google. Tapi harus ditambah konten pendukung, misal selain SMA Negeri Sumsel juara tadi. Sekolah juga punya kekhasan warna coklat misalnya. “Untuk adsen atau iklan paling tinggi, pertama soal pencairan dana, kedua otomotif, misalnya skoter Honda paling dicari, ketiga evergreen terkait pariwisata dan kuliner, berita atau konten ini paling disenangi dan dibaca Google. Evergreen ini sifatnya hiburan atau pariwisata, tapi jangan isinya cuma 2 paragraf ini jadi pertimbangan juga,” imbuhnya.

Swandra juga menyarankan, memanfaatkan mesin Google search consul, cara ini lebih cepat dibaca Google. Ketimbang share link kemana – mana. Sebab makin banyak klik, makin banyak cuan.

Giliran siswa melontarkan pertanyaan terkait perkembangan alogaritma media sosial. Swandra membeberkan, bahwa Google sudah 8 kali merubah mesin algoritma. Pertama 4 sesi, dari jam 05.00 WIB – 08.00 WIB, 11.00 – 14.00 WIB, yang banyak viewer. Pukul 14.00 – 18.00 WIB, jam pembaca paling tinggi.

Saat ini berubah 2 sesi, dari jam 04.00 – 06.00 WIB wajib upload 15 berita. Sesi kedua jam 20.00 – 04.00 subuh minimal upload 40 berita, agar tinggi pembacanya. Karena Google ada adsen. Google adsen bisa sampai Rp 300 juta, saat ini turun 50 persen terkait alogaritma Google ini.

Berikutnya Shiva Sakila siswi club jurnalistik giliran bertanya, soal banyaknya judul menarik tapi isinya tidaklah sesuai. “Itu pertanyaan paling fundamental atau paling dasar, judul koran cetak itu biasanya lembut dan  sesuai kaidah. Tapi berita online, harus semenarik mungkin. Misal siswa berprestasi tidak sebatas itu saja. Cari sisi human interestnya, mungkin anak petani, maka akan semakin banyak yang membaca. Human interest penting dan ketokohan juga bagus,” cetus Swandra.

Terakhir giliran siswi Dwi Aurora, menanyakan cara mengambil berita, dengan mencantumkan narasumbernya.  “Harus, misalnya mengambil sebuah berita, sebutkan sumber. Berita ini dikutip dari ini. Meskipun berita itu rilis dari gubernur contohnya. Terkadang sumber berita mendapat dari keterangan humas, yang didampingi gubernur sehingga penting menyebutkan sumber. Berbeda dengan kutipan untuk menulis skripsi atau tesis,” tukas Swandra. (nrd)