Optimalkan Peran Intelijen Cegah Terorisme dan Intoleransi

# Jaga Kamtibmas Tetap Kondusif

 

PALEMBANG, SIMBUR – Rakor penanggulangan Terrorisme dan Intoleransi sebagai salah satu program priorotas Kapolri digelar pada Senin (27/2/23) sekitar pukul 09.00 WIB. Rapat kerja tersebut dipimpin Direktur Intelkam Polda Sumsel Kombes Pol

Iskandar F Sutisna SIk didampingi Ketua FKPT Sumsel Romi Apriansyah bersama Kabid Politik dalam negeri Kesbangpol Kurniawan Kantinoko dan Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Sumsel.AKBP Yeni Diarty SIk.

“Program ini sebagai bentuk mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif, sebagaimana implementasi dalam program prioritas Kapolri yang tertuang program Presisi. Kemudian menyamakan persepsi antara tingkat Polda dengan tingkat Polres jajaran maupun fungsi pendukung,” ungkap Iskandar.

Eks Waka Polrestabes Palembang meneruskan,  perlunya upaya-upaya untuk penguatan intelijen dan jajaran dalam melakukan penanggulangan terorisme dan intoleransi. Sehingga penanggulangan paham radikalisme dapat dijalankan secara optimal.

“Optimalisasi peran intelijen sebagai agen, sistem deteksi dini dan peringatan dini atas aksi teror ini perlu dilakukan. Sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan secara dini. Penting agar rakor ini dapat dipahami, dihayati dan dipedomani, serta hasilnya dijadikan acuan dan selanjutnya diaplikasikan di lapangan secara profesional,” harap Iskandar.

Perlu dipahami tugas yang diberikan baik berupa STO atau service type organization  maupun mission type organization. Dengan mengikuti perkembangan situasi yang terjadi, baik lokal melalui medsos dan medol sebagai sarana dan bahan analisis informasi positif dan negatif. “Kemudian lakukan langkah kontra opini guna meningkatkan publik trust organisasi. Semoga rakor ini dapat dijadikan sebagai langkah terobosan dalam melakukan upaya penanggulangan terhadap berkembangnya paham, kelompok radikal, teror ataupun intoleransi dengan melihat kepada fakta fakta  kejadian yang telah terjadi,” bebernya kepada Simbur.

Melalui intelijen dasar, penyebaran informasi terjadi secara cepat dan masif melalui media sosial. Sehingga penyebaran paham radikal dapat membuat polarisasi antar elemen masyarakat yang dapat menggoyang sendi sendi persatuan dan kesatuan bernegara. (nrd)