Tanggul Sungai Jebol, Ratusan Rumah Terendam Banjir

JAKARTA, SIMBUR – Hujan dengan intensitas tinggi melanda Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Selasa (19/10) Pkl 18.00 WIB. Hal itu menyebabkan Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bojong Gede terendam banjir dengan tinggi muka air berkisar antara 20-40 Cm.

Abdul Muhari PhD, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor. Banjir yang melanda Kecamatan Bojong Gede tidak hanya terjadi akibat curah hujan tinggi, juga  disertai dengan tingginya debit air Kali Kemuning sehingga membuat jebol tanggul penahan kali.

“Kerugian materil setidaknya 112 unit rumah masih dalam pendataan dan 450 jiwa  terdampak pada peristiwa tersebut. Kondisi  terkini genangan air telah surut,” ujar Muhari melalui siaran pers yang diterima redaksi, Kamis (21/10).

Muhari menambahkan, BPBD Kabupaten Bogor bersama instansi terkait telah melakukan asesmen ke lokasi untuk selanjutnya melakukan proses rehabilitasi dengan menutup tanggul yang jebol serta melakukan evakuasi di daerah terdampak bencana.

Sementara itu, pantauan prakiraan cuaca BMKG pada Kamis (21/10), Kabupaten Bogor masih berpotensi hujan disertai petir pada siang dan sore hari, sedangkan esok hari (22/10) berpeluang berawan hingga hujan ringan.

Merujuk hasil analisa InaRisk Kabupaten Bogor memiliki 37 Kecamatan yang berisiko kategori banjir dengan tingkat bahaya sedang hingga tinggi. “BNPB mengimbau masyarakat melakukan upaya Pencegahan Bencana Hidrometeorologi dengan membersihkan saluran air dan membuat daerah resapan air serta dengan tidak membuang sampah di area Daerah Aliran Sungai (DAS),” imbaunya.

 

Banjir Rendam 230 Rumah di Kota Malang

 

Cuaca ekstrem terjadi di wilayah Kota Malang sejak pukul 13.15 WIB. Hujan mengguyur dengan intensitas tinggi disertai angin. Hal itu memicu terjadinya banjir dan genangan di beberapa titik di wilayah terdampak di  Kecamatan Blimbing meliputi  kelurahan Blimbing, Kelurahan Purwantoro, dan Kelurahan Bunulreko. Bencana terjadi pada Selasa, (19/10) pukul 14.45 WIB.

Abdul Muhari PhD, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, berdasarkan data BPBD Kota Malang menyebutkan kerugian Materil  ± 230 unit rumah terendam banjir, dan sebanyak 230 KK terdampak. “Lalu Lintas di beberapa titik di Kota Malang terjadi kemacetan. Beberapa Kendaraan yang melintas mengalami mogok, sedangkan material lumpur masuk ke tempat usaha dan rumah warga. Kondisi terkini Banjir saat ini sudah surut,” ungkapnya.

Untuk upaya Penanggulangan Bencana, lanjut Muhari, Tim Reaksi Cepat  (TRC) BPBD Kota Malang melakukan assesment terkait kerusakan, kerugian, dan sumber daya yang terdampak di lokasi kejadian serta pembersihan material atau sampah sisa banjir.

Analisis dari Inarisk Kota Malang termasuk potensi risiko banjir dengan kategori sedang tinggi. Wilayah tersebut mencakup kecamatan Kedung Kandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing dan kecamatan Lowokwaru.

BPBD Jawa Timur sebelumnya telah meneruskan informasi Peringatan Dini potensi hujan tersebut kepada BPBD Kab/Kota untuk diteruskan kepada pihak terkait di Kab/Kota dan masyarakat untuk waspada ancaman bencana hydrometeorologi. Berdasarkan informasi BMKG, pada (19/10) hingga (20/10) potensi hujan lebat untuk dampak Banjir/Bandang dapat terjadi di wilayah Prov. Jawa Timur dengan status Waspada, sedangkan prakiraan cuaca pada (21/10) didominasi cerah berawan dan hujan ringan.

Memasuki musim penghujan, masyarakat diimbau untuk tetap waspada bahaya banjir jika hujan dengan intensitas sangat tinggi terjadi menerus selama lebih dari satu jam. “Upaya antisipasi seperti optimalisasi dan pembersihan saluran air perlu dilakukan dan pemangkasan ranting-ranting pohon yang berpotensi patah saat hujan yang disertai angin kencang,” imbaunya.

 

Sekitar 500 KK di Kota Bengkulu Mengungsi

 

Banjir yang dipicu salah satunya curah hujan tinggi mengakibatkan banjir sehingga ratusan keluarga di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, mengungsi sementara waktu. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (19/10), sekitar pukul 07.00 WIB. BPBD Kota Bengkulu mendata sekitar 500 KK mengungsi dan sebanyak 1.499 KK terdampak banjir dengan ketinggian muka air berkisar hingga 150 cm. Ketinggian banjir diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi di wilayah kota sejak Senin (18/10).

“Wilayah terdampak di kota mencapai 12 kelurahan yang tersebar di tiga kecamatan. Masyarakat kota masih mengungsi di tenda keluarga maupun kerabat terdekat yang tidak terdampak,” ujar Muhari.

Wilayah terdampak di tiga kecamatan mencakup Kelurahan Bentiring, Rawa Makmur dan Pematang Gubernur (Kecamatan Muara Bangka Hulu), Sawah Lebar Baru dan Sawah Lebar (Ratu Agung), serta Tanjung Agung, Tanjung Jaya, Semarang, Surabaya, Kampung Klawi, Sukamerindu dan Pasar Bengkulu (Sungai Serut).

Hingga hari ini, Rabu (20/10), BPBD setempat menginformasikan banjir masih menggenangi wilayah terdampak. Ketinggian muka air masih sekitar 100 cm.  Menyikapi kejadian ini, BPBD Kota Bengkulu melakukan upaya penanganan darurat. Warga yang terjebak banjir dievakuasi ke tempat yang aman.  Tenda-tenda keluarga didirikan untuk mengakomodasi warga yang mengungsi. “Personel BPBD juga mendistribusikan bantuan logistik makanan kepada keluarga terdampak,” terangnya.

Berdasarkan analisis inaRISK mengidentifikasi Kota Bengkulu termasuk wilayah dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 9 kecamatan berada di wilayah dengan kategori tersebut, di antaranya Kecamatan Selebar, Kampung Melayu, Gading Cempaka, Ratu Agung, Ratu Samban, Singaran Pati, Teluk Segara, Sungai Serut dan Muara Bangka Hulu.

Pantauan prakiraan cuaca BMKG pada sore ini, Rabu (20/10), Kota Bengkulu masih berpotensi hujan lebat hingga hujan ringan pada sore hari, sedangkan esok hari (21/10) masih berpeluang berawan hingga hujan ringan.  Selama musim hujan masyarakat diimbau untuk waspada dan siap siaga terhdap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir maupun banjir bandang.

“Kesiapsiagaan tidak hanya saat penanganan kondisi banjir, tetapi juga melakukan parameter terhadap diri dan anggota keluarga terhadap potensi bahaya keterpaparan Covid-19, misalnya saat evakuasi atau pun berada di pos pengungsian,” tegasnya.(red)