- Turunkan Stunting, Disdik PALI Gelar Bimtek Olah Gizi dan Pola Asuh Anak
- Perjalanan Kereta Api Jakarta–Surabaya Sempat Terkendala akibat Banjir Grobogan
- Turunkan Angka Kematian Ibu, Kuatkan Peran PKK di Daerah
- Komitmen Tegakkan Disiplin, Hukum, dan Tata Tertib Prajurit TNI
- Terendus Korupsi Distribusi Semen, Kantor "Sang Tiga Gajah" Digeledah Jaksa
Perjalanan Kereta Api Jakarta–Surabaya Sempat Terkendala akibat Banjir Grobogan
JAKARTA, SIMBUR – Cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat disertai petir dan angin kencang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejak Selasa (21/10). Dalam hitungan jam, aliran sungai yang semula tenang berubah menjadi keruh dan berarus deras.
“Tingginya curah hujan segera mengisi dan melimpasi saluran air di permukiman, saluran irigasi, serta persawahan, hingga menggenangi jalan-jalan penghubung antar desa dan kecamatan,” ujar Abdul Muhari, Ph.D, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Kamis (23/10).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan melaporkan, banjir yang terjadi pada awal musim penghujan kali ini melanda 21 desa di 11 kecamatan, yakni Geyer, Tanggungharjo, Tegowanu, Kedungjati, Gubug, Klambu, Kradenan, Purwodadi, Godong, Penawangan dan Toroh. “Total sementara terdapat 2.095 kepala keluarga terdampak, dengan proses pendataan yang masih terus dilakukan di lapangan,” ujarnya.
Hasil kaji cepat sementara hingga Kamis (23/10) pukul 19.25 WIB, tercatat ada sebanyak 2.095 unit rumah terdampak termasuk 1 fasilitas ibadah, 1 fasilitas pendidikan, 1 balai desa dan 2 pohon tumbang. Kemudian 2 titik tanggul jebol, 1 jembatan putus dan sekitar 205 hektare lahan pertanian terendam.
Selain itu, limpasan air sempat mencapai jalur rel kereta api lintas Jakarta–Surabaya di Kecamatan Gubug. “Akibatnya, perjalanan kereta api sempat terkendala. Namun, jalur tersebut kini telah kembali dapat dilalui setelah dilakukan penanganan oleh PT KAI Daop IV Semarang bersama lintas instansi terkait,” jelasnya.
BPBD Kabupaten Grobogan bersama TNI, Polri, Dinas Sosial, PMI, relawan, dan masyarakat terus melakukan evakuasi warga terdampak. Proses kaji cepat lapangan serta pembersihan material yang menutup jalan dan jembatan juga masih dilakukan. “Hingga saat ini, sebagian besar genangan dilaporkan telah surut, dengan kondisi air di Kecamatan Purwodadi masih stabil pada tinggi muka air 20–50 sentimeter,” paparnya.
Sementara itu, BPBD Provinsi Jawa Tengah terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Grobogan. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) bersama PT KAI juga terus bersiaga setelah menyelesaikan perbaikan dua titik tanggul jebol di sekitar jalur rel.
Peristiwa banjir kali ini kembali mengingatkan pentingnya memahami karakter alam Grobogan, sebagai wilayah yang secara geografis dan hidrologis memang memiliki tantangan tersendiri dalam menghadapi perubahan musim.
Dinamika Cuaca dan Bentang Alam Grobogan
Musim penghujan yang datang pada pertengahan Oktober 2025 menjadi awal ujian baru bagi warga Grobogan. Setelah berbulan-bulan menghadapi kekeringan, kini mereka kembali bersiap menghadapi ancaman banjir yang menjadi langganan setiap musim hujan.
Kabupaten yang diapit oleh Pegunungan Kapur di utara dan Pegunungan Kendeng di selatan ini dikenal memiliki dinamika cuaca yang kontras antara musim kemarau dan penghujan. Saat kemarau, sebagian besar lahan pertanian retak dan sumur-sumur mengering. “Namun ketika musim hujan tiba, sungai-sungainya meluap, menguji ketangguhan warganya yang telah terbiasa hidup di antara dua musim ekstrem,” terangnya.
Selain bentang topografinya yang unik, wilayah Grobogan juga menjadi perlintasan dua Daerah Aliran Sungai (DAS) besar, yakni DAS Jratun (Jragung–Tuntang) dan DAS Seluna (Serang–Lusi–Juwana). Pada DAS Seluna terdapat tiga sumber mata air utama. Sumber terbesar berasal dari pegunungan di Boyolali yang mengaliri Sungai Serang, sumber kedua dari pegunungan kapur di Blora dan Grobogan yang mengaliri Sungai Lusi, dan sumber ketiga dari Pegunungan Muria di wilayah Kudus, Pati dan Jepara yang mengaliri Sungai Juwana serta Serang Welahan Drain 2 (SWD 2).
Sungai-sungai pada DAS Seluna bermuara di pesisir Pantai Utara Jawa, sebagian besar di wilayah Demak dan Pati, melalui jalur SWD 1, SWD 2, Sungai Wulan dan Sungai Juwana. Hingga kini, DAS Seluna masih menjadi kawasan rawan banjir setiap musim penghujan, terutama di sekitar Sungai Juwana atau Lembah Juwana, yang melintasi Kabupaten Kudus dan Pati.
Sebagai bagian dari pengendalian banjir di kawasan tersebut, pemerintah telah membangun Waduk Kedungombo di Kabupaten Grobogan dengan kapasitas tampung sekitar 723 juta meter kubik air. Waduk ini berfungsi untuk mengairi lahan pertanian seluas kurang lebih 60 ribu hektare yang tersebar di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus dan Pati.
Ke depan, upaya meminimalisir risiko banjir perlu diperkuat melalui manajemen pengelolaan sungai dan jaringan irigasi yang terintegrasi. Prinsip “satu sungai, satu manajemen” oleh lembaga teknis berkompeten harus berjalan seiring dengan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan, membudayakan mitigasi dan meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat lokal.(red)



