- Satu Warga Probolinggo Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
Kembangkan Ekonomi Islam di Indonesia melalui Riset
JAKARTA – Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) kembali menggelar peluncuran State Islamic Economy Report 2020/2021. Laporan yang dibuat oleh lembaga riset DinarStandard tahun ini cukup istimewa. Mengingat, kondisi pandemic global telah menggeser kenormalan baru. Keistimewaan tersebut tidak hanya terkait konten laporan yang diluncurkannya. Akan tetapi, bagaimana prosesi peluncuran ini dilakukan. Pada tahun sebelumnya, peluncuran laporan ini dilakukan dalam prosesi pertemuan antara lembaga dan pengguna hasil riset.
“Setiap tahun IHLC berkolaborasi dengan DinarStandard untuk meluncurkan report terpercaya dalam ekonomi Islam. Laporan inilah yang menjadi rujukan, masukan dan usulan untuk pembuatan kebijakan pengembangan ekonomi Islam di Indonesia,” ungkap Sapta Nirwandar, Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center melalui siaran pers, Minggu (15/11).
Menurut Sapta, apa dan bagaimana arah pembangunan bisa dilakukan. Rangkaian peluncuran ini, kata dia, akan dihadirkan laporan Best Practice Indonesia dalam pengembangan sektor-sektor potensial berkembang majunya perekonomian Islam. Misalnya sektor keuangan. LinkAja yang merupakan perusahaan keuangan berbasis teknologi (fintek) siap untuk berbagi kisah semangat suksesnya. Dilanjutkan dengan upaya Bank Rakyat Indonesia dalam menaikkelaskan mtra-mitra UMKM binaannya untuk maju dalam pentas produk berkualitas skala global.
“Tidak ketinggalan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang merupakan sektor yang dapat menjadi penggerak perekonomian islam Indonesia yang siap tampil di panggung Internasional. Didukung potensi makanan halalnya yang dapat menjadi alasan wisatawan muslim berkunjung ke Indonesia, serta surga belanja mode fashion yang telah dirajai oleh Indonesia,” terangnya.
Selanjutnya, tambah Sapta, Nirwandar, acara Report Talks yang dihadiri sejumlah pakar ekonomi Islam diantarnya Gunawan Yasni, Munifah Syahwani dan Irfan Syauqi Beik, bertempat di Hotel Raffles Kuningan Jakarta. Tempat tersebut telah dipilih Raja Salman menjadi hotel selama kunjungan kenegaraannya beberapa tahun lalu.
“Report talk dilakukan untuk menemu pahami lebih dalam poin-poin penting tindak lanjut yang Indonesia dapat lakukan bersama berdasarkan hasil capaian yang dilaporkan dalam State of Islamic Economy Report 2020/2021,” paparnya.
Masih kata Sapta, kali ini peluncuran dilakukan secara hybrid dan Konsekutif. Hybrid dimaksudkan merupakan kegiatan yang memadukan pertemuan maya dan pertemuan nyata. “Pertemuan maya yang sekarang ini kita telah terbiasa melakukannya secara virtual online, menjadi istimewa karena secara maya kegiatan ini dilakukan di 11 negara secara berurutan (consecutive),” jelasnya.
Laporan ini diluncurkan di negara tempat riset ini dilakukan di UEA pada Senin (16/11). Indonesia menjadi negara pertama penerima peluncuran report. Dilanjutkan Malaysia, Maroko, Spanyol, Nigeria, Singapura, London, Turki, Jepang. Sementara pertemuan nyata (offline) di Jakarta dilaksanakan pada Selasa, (17/11) di Hotel Raffles, Kuningan Jakarta.
Dalam pertemuan yang masih mengedepankan kepatuhan protokol Kesehatan dalam masa pandemik, akan menghadirkan 30 pimpinan dan lembaga penggerak ekonomi Islam Indonesia. Seperti MUI, KNEKS, MES, IAEI, NU, Muhammadiyah, universitas-universitas terkemuka di Indonesia yang saat ini telah memilih konsentrasi penjurusan keilmuan Ekonomi dan Bisnis Syariah. Di antaranya IPB, Unpad, IAIN seluruh Indonesia dan kampus terkemuka lainnya.
“Pelaku ekonomi halal dari sejumlah sektor halal berkembang seperti makanan dan minuman, mode fashion, farmasi, kosmetik, Pariwisata, Media dan rekreasi akan bergabung dalam acara.
Ditargetkan kehadiran peserta pada event maya mencapai 1000 peserta. Selain peserta hybrid dari 11 negara lainnya. Keistimewaan lainnya yang dihadirkan pada peluncuran Global Islamic Economy Report 2020/2021 yang dilaksanakan di Indonesia adalah kesediaan Wakil Presiden Republik Indonesia KH. Ma’ruf Amin. “Hal ini menandakan keseriusan Indonesia untuk mendedikasikan pengembangan ekonomi halal,” imbuhnya.
Bukan saja untuk berkembang di Indonesia, lanjutnya, tetapi bercita- cita menjadi pemimpin ekonomi halal dunia. Keberadaan Indonesia dalam kancah perekonomian global. Misalnya menjadi satu-satunya negara di Kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam kelompok negara G-20. “Tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi ranking teratas besar negara pemimpin perekonomian Islam global,” harapnya.
Sebelumnya Indonesia berada di peringkat lima karena posisi Indonesia lebih sebagai negara konsumen. Dengan keseriusan pemerintah Indonesia, menjadi kemungkinan dan menjadi semangat bersama untuk Indonesia menjadi negara produsen produk halal terbesar dunia, sehingga menjadi negara yang memimpin perekonomian islam dunia. Bonus demografi muslim bukan hanya berperan dalam fungsi konsumsi, tetapi juga berperan dalam fungsi produksi.
Tahun ini pencapaian besar Indonesia akan diumumkan oleh DinarStandard, yang proses Panjang penelitiannya ini didanai oleh Dubai Islamic Economy Development (DIEDC) yang berdiri di tahun 2013, dan merupakan Lembaga pemerintahan UEA yang telah memimpin transformasi pembangunan perekonomian Dubai. Lembaga setingkat kementerian ini memiliki tanggung jawab dalam menentukan investasi pembangunan Dubai, UEA dan penentu kebijakan pembangunan perekonomian Islam dunia. Karena itu, CEO DIEDC HE Abdulla Muhammad Al Awaar memastikan kehadirannya dalam peluncuran report prestasi Indonesia kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H Ma’ruf Amin.(rel)



