- Deliar Marzoeki Dipenjara 5 Tahun, Wajib Bayar Uang Pengganti Rp1,3 Miliar
- Terpidana Sapari Ditangkap setelah Buron 13 Tahun, Jaksa Buru Tersangka Wilson
- Tata Ruang Jadi Jalan Pembuka Investasi Daerah
- Wamenkomdigi Dukung Penuh Rekonsiliasi PWI
- Yakin TMMD Ke-125 Sesuai Sasaran, Pangdam II/Sriwijaya Terima Paparan Dansatgas
Kepri Awali Karhutla 2024, Aparat Selidiki 10 Hektare Lahan yang Terbakar

JAKARTA, SIMBUR – Di tengah sejumlah bencana hidrometeorologi basah terjadi di Jawa Tengah, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) teridentifikasi di wilayah Kabupaten Karimun, Provinsi Kepuluaan Riau (Kepri). Lebih dari 10 hektare lahan terbakar pada peristiwa tersebut.
Abdul Muhari, Ph.D, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, karhutla terjadi pada Minggu (17/3), pukul 08.00 WIB terjadi di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Meral Barat, Karimun. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat lahan terbakar mencapai 10,25 hektare. Aparat berwenang masih melakukan penyelidikan atas terjadinya kebakaran yang telah berhasil padam tersebut.
“Insiden ini tidak sampai mengakibatkan adanya korban jiwa,” ungkap Muhari melalui siaran pers yang diterima redaksi, Rabu (20/3).
Sementara itu, sejumlah wilayah di Indonesia masih terpantau berpotensi terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran di lapisan atas permukaan. Berdasarkan pantauan pada hari ini, Rabu (20/3), terpantau wilayah dengan potensi tidak mudah hingga sangat mudah terbakar, seperti sebagian kecil di Pulau Sumatera dan beberapa wilayah di Jawa.
“Pada pantauan satelit Terra/Aqua, tidak terpantau adanya titik panas di Kepulauan Riau pada hari ini, Rabu (20/3),” ujarnya.
Pada kurun waktu 2018 – 2023 luas lahan terdampak tertinggi terjadi pada tahun 2019 silam, dengan luas 494 hektar. “Sedangkan pada tahun lalu, total luas lahan terbakar seluas 3,82 hektar,” tutupnya.
Diwartakan sebelumnya, upaya pencegahan terhadap karhutla tahun 2024 dibahas pada Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Kamis (14/3) lalu. Rakorsus dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto.
Menko Polhukam Hadi Tjahjanto meminta seluruh provinsi paling rawan karhutla segera mengambil langkah masif guna meminimalisir dampak bencana tersebut. Menko Hadi juga meminta Instruksi Presiden No 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan dilaksanakan sungguh-sungguh.
“Sekali lagi, saya ingatkan bahwa saat ini juga momentum bulan Ramadan dan sebentar lagi akan datang Idulfitri 1445 H. Pesan Presiden RI agar tidak terjadi karhutla yang mengganggu,” kata Menko Polhukam.
Menyikapi karhutla dan El Nino tahun ini yang diprediksi masih akan terjadi hingga akhir tahun, lanjut dia, harus mengambil langkah lebih masif. “Kami menegaskan kembali komitmen seluruh kementerian lembaga untuk semakin meningkatkan kerjasama dan saling bahu membahu dalam peningkatan upaya penanggulangan karhutla,” kata Menko Polhukam.
Berdasarkan prediksi BMKG musim kemarau akan terjadi pada bulan Juni-Juli namun masih normal sedangkan pada bulan Maret masih akan terjadi hujan dan curah hujan pada bulan April masih terjadi. Oleh karena itu, Menko Polhukam mengingatkan Kepala Daerah yang wilayahnya berpotensi karhutla agar lebih waspada dan siaga darurat sejak awal.
“Pada bulan Mei curah hujan akan berkurang di Sumatera. Pada bulan Juni, Juli, Agustus, September harap diwaspadai akan terjadi potensi karhutla di Sumsel, Riau, Kalteng. Untuk Jawa-Bali-NTB musim kering akan lebih dulu terjadi,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memberi masukan agar dalam penanganan karhutla selain pencegahan yang perlu mendapat perhatian adalah mitigasi pemadaman dan penanganan pasca bencana. “Pemerintah daerah perlu membuat regulasi penanggulangan bencana, perencanaan anggaran, dan perluasan BPBD hingga ke daerah-daerah,” ucap Mendagri.
Dalam laporannya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyampaikan bahwa Tahun 2023 yang lalu kita bisa menurunan luas karhutla sebesar kurang lebih 488.064,65 Ha atau sebesar 29,59 persen dibandingkan dengan Tahun 2019. Menurut BMKG, Tahun 2023 intensitas El Nino lebih kuat bila dibandingkan dengan El-Nino pada Tahun 2019.
Begitu juga perbandingan akumulasi hotspot tahun 2023 dan 2019, terdapat penurunan hotspot 15.961 Titik (59,92 persen). Selain itu, emisi dari karhutla Tahun 2023 sebesar 182.714.440 terdapat penurunan emisi sebesar 421.091.134 ton CO2e (69,74 persen).(red)