- Satu Warga Probolinggo Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
Jadi Ikon Pangan Nasional
JAKARTA, SIMBUR – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian tahun 2021, dibuka Presiden Jokowi secara virtual. Gubernur Sumsel H Herman Deru, juga mengikuti secara virtual di ruang Command Center Kantor Pemprov Sumsel, Senin pagi (11/1/21).
Selepas Rakornas, Herman Deru langsung menyampaikan arahan kepada pejabat unsur pertanian yang hadir di command center, sebagai tindak lanjut dari atensi Presiden RI. Deru mengajak semua pihak yang terlibat, dalam sektor pertanian di Sumsel, untuk memperhatikan sejumlah aspek mulai dari urusan infrasturktur pertanian, distribusi pupuk dan produktivitas pertanian lainnya.
“Khusus untuk pupuk PT Pusri sudah menyediakan pupuknya yang luar biasa banyak, di gudang-gudang. Namun yang menjadi kendala dilapangan kouta tidak ada. Regulasi yang panjang menjadi kendala selama ini. Sehingga dibutuhkan solusi yang tepat, mengatasi masalah kelangkaan pupuk ditingkat petani,” ungkapnya.
Terkait infrasturktur pertanian, dirinya sudah menghubungi pihak terkait, diantaranya Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII, dan dinas. Supaya aspek pengairan baik, dengan upaya normalisasi, pembangunan sarana pengairan. Harus memberikan dapak nyata bagi peningkatan di sektor pertanian Sumsel. Mulai dari hulunya bendungan sampai ke saluran- saluran cacing.
“Dikesempatan ini, kepada Asisten dua, saya minta kita konsen pada sektor pertanian. Inilah potensi kita yang tidak boleh dirubah. Mulai dari hulu hingga hilirnya. Bukan saja sekedar kita lumbung pangan tetapi kita menjadi icon nasional,” harap Gubernur.
Deri mengingatkan semua pihak yang terlibat dalam urusan pangan di Sumsel, untuk melakukan evaluasi progres secara berkala. Sebelumnya dihadapan Presiden Jokowi dan para peserta Rakernas yang terdiri dari para Menteri, Gubernur dan Bupati Walikota se-Indonesia tersebut.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam laporanya menyebut, Rakernas digelar sebagai upaya memperkuat sektor pertanian dalam menopang ekonomi nasional di tegah Pandemi Covid 19. Untuk itu dibutuhkan pertanian yang maju mandiri dan modern.
Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dengan pemanfaatan Sumberdaya Alam yang ada di daerah masing-masing. Dengan upaya peningkatan produksi guna mencapai nilai tambah sekaligus untuk memperkuat nilai ekspor komoditi pertanian pangan lokal tidak hannya beras, namun juga bisa berupa pisang, sagu dan sorgum.
“Kita juga programkan lubung pangan desa, lubung pangan kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Dengan cara perluasan areal tanam, pembuatan kampung buah dan 1000 desa kebun rumah tangga,” ucap Mentan.
Presiden Jokowi sendiri dalam Rakernas mengingatkan kembali adanya warning organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) di bawah naungan PBB, yang memperingatkan akan terjadinya potensi kerisis pangan di tengah Pandemi Covid-19. Akibat dari tersendatnya distribusi komuditas antar negara.
“Salah satunya yang terjadi di negara kita dalam dua hari terakhir adalah kelangkaan tahu dan tempe, akibat kedelai kita impor, ini kita harus hati-hati,” cetusnya.
Presiden menyebut Jumlah penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 227 juta jiwa. Karena itu pembangunan pertanian harus betul-betul serius, terutama terkait dengan impor seperti kedelai, jagung dan gula.
“Hati-hati impor jutaan ton bawang putih, beras dua tahun ini kita tidak impor. Tapi yang saya sampaikan tadi harus diselesaikan komoditas lain, yang impor-impor itu carikan design nya yang baik untuk kita selesaikan,” tekannya.
Untuk menutup kebutuhan dalam negeri terhadap komoditas impor ini. Tentu dibutuhkan strategi tidak bisa dengan cara monoton, atau cara konvensional. Namun harus diseriusi dengan cara modren dengan pemanfaatan teknologi. “Penanaman secara luas, dengan pemanfaatan (Economic skill). Sebab berpoduksi sedikit tidak akan berpengaruh dengan komuditas impor tadi,” imbuhnya.
Komoditas kedelai lokal bisa tumbuh dengan baik, namun kalah bersaing dengan kedelai impor, begitu juga dengan bawang putih.
“Untuk itu saya menginturuksikan Kementerian Pertanian, untuk melakukan tanam dalam jumlah yang besar untuk melawan komuditas impor tersebut. Carikan lahan yang luas, Jagung juga. Ini yang akan menyelesakan masalah,” tegas Presiden.
Jokowi juga menyinggung pupuk yang subsidinya mencapai Rp 33 triliun tiap tahunya. Namun sama sekali tidak memberikan efek positif terhadap peningkatan produksi.
“Pupuk berapa tahun kita subsidi, angkanya mencapai 33 Triliun. Kembaliannya apa? apa pertanian kita naik? kebalianya itu yang penting. 330 triliun untuk 10 tahun. Angka itu besar sekali. Tolong di evaluasi, artinya ada yang salah,” timbangnnya.
Jokowi berharap pembangunan yang hendak, dengan sekala luas, teknologi pertanian, harga yang kompetitif. “Saya minta betul-betul di lapangannya. Provinsi kita dorong harus ada lompatan besar” harap Presiden. (red/rel)



