Pemerintah Daerah Dinilai Masih Lengah

# Evaluasi Penerapan Protokol Kesehatan

# Persentase Kasus Kematian di Indonesia Lebih Tinggi dari Dunia

JAKARTA, SIMBUR – Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 tingkat nasional pekan ini cenderung ke arah yang kurang baik dibanding pekan sebelumnya. Terjadi peningkatan kasus positif sebesar 8,2 persen. “Jangan sampai yang terlihat tren penurunan kasus yang semu. Karena tren penurunan kasus minggu lalu ternyata diakibatkan testing (pemeriksaan) yang juga menurun. Hal ini jadi pembelajaran semua terlepas ada masa libur. Daerah harus menggencarkan 3T (testing, tracing dan treatment),” tegas Wiku saat konferensi pers virtual dari Kantor Presiden, Selasa (10/11).

Pada pekan ini juga, Satgas Penanganan Covid-19 mengapresiasi 5 provinsi yang pada pekan lalu berhasil keluar dari 5 besar provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi. Diantaranya Sumatera Barat, Kepulauan Riau, DIY, Papua Barat dan Papua. Wiku berpesan agar prestasi ini dapat dipertahankan dan terus ditekan penambahan kasus aktifnya.

Meski demikian yang sangat disayangkan, provinsi yang sebelumnya keluar dari 5 besar, pekan ini malah kembali masuk 5 besar. Yakni Jawa Tengah naik 919, Jawa Barat naik 833, DKI Jakarta naik 410, Kalimantan Timur naik 207 dan Kalimantan Barat naik 199.

“Kenaikan (pekan ini) terpusat pada Pulau Jawa dan Kalimantan. Dimohon 5 provinsi ini untuk jangan lengah, kami melihat tren 5 besar bahwa 5 besar penambahan kasus positif mingguan tertinggi, masih konsisten pada 10 provinsi pekan ini dan sebelumnya. Tidak ada perubahan secara signifikan,” lanjut Wiku.

Disamping itu, meski kesembuhan secara nasional terus bertambah setiap harinya, namun jumlah kesembuhan pekan ini mengalami perlambatan sebesar 6,7 persen dari pekan sebelumnya. “Sudah tiga minggu berturut-turut kasus sembuh mengalami penurunan. Minggu inilah terjadi perlambatan paling besar. Ini adalah kondisi yang memprihatinkan,” sesal Wiku.

Harusnya jumlah, lanjutnya, kesembuhan harus dijaga dan terus bertambah. Pihaknya sudah mendorong seluruh provinsi untuk mencontoh agar terus meningkatkan angka kesembuhannya. Pada pekan ini, Wiku menyebut ada 5 provinsi kenaikan kesembuhan tertinggi. Diantaranya Aceh naik 1.018, Jawa Tengah naik 229, Nusa Tenggara Barat naik 145, Kepulauan Riau naik 134 dan Papua naik 129.

Untuk daerah dengan persentase kesembuhan tertinggi pekan berada di Gorontalo (94,32 persen), Bali (91,66 persen), Kalimantan Selatan (90,89 persen), DKI Jakarta (90,79 persen) dan Sulawesi Selatan (90,07 persen). “Pertama kalinya DKI Jakarta masuk dalam 5 besar provinsi dengan persentase kesembuhan yang tinggi. Kami mengapresiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terus meningkatkan layanan kesehatan sehingga angka kesembuhannya meningkat,” jelas Wiku.

Wiku berpesan agar provinsi terus berlomba-lomba meningkatkan angka kesembuhannya. Jika membutuhkan bantuan dapat menghubungi pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dan Satgas Penanganan Covid-19.

Lanjutnya, Sumatera Selatan masih berada di peringkat lima besar provinsi dengan persentase kematian tertinggi pada pekan ini. Selain Sumsel dengan persentase kematian 5,39 persen, provinsi lainnya meliputi Jawa Timur 7,14 persen, Nusa Tenggara Barat 5,46 persen, Jawa Tengah 4,95 persen dan Bengkulu 4,62 persen.

Penambahan kasus kematian mingguan mengalami kenaikan 3,6 persen dari pekan sebelumnya. Pekan ini ada lima besar provinsi yang masih perlu menekan angka kematiannya. Di antaranya Jawa Tengah naik 25, Jawa Timur naik 10, Sumatera Selatan naik 9, Banten naik 8 dan Sumatera Utara naik 8.

Sementara itu, perkembangan penanganan Covid-19 pekan ini, terjadi peningkatan yang signifikan pada zona merah (risiko tinggi) bertambah menjadi 27 kabupaten/kota dari pekan lalu sebanyak 19 kabupaten/kota. Zona orange (risiko sedang) menurun menjadi 370 dari pekan sebelumnya sebanyak 371 kabupaten/kota.

Pada zona kuning (risiko rendah) pekan ini turun menjadi 97 kabupaten/kota dari sebelumnya 104 kabupaten/kota. Zona hijau (tidak ada kasus baru) meningkat dari 8 menjadi 9 kabupaten/kota. Dan zona hijau (tidak terdampak) menurun dari 12 kabupaten/kota menjadi 11 kabupaten/kota.

Menurut Wiku, perkembangan pekan ini terlihat ke arah yang kurang baik. “Sangat disayangkan, terdapat 33 kabupaten/kota yang sebelumnya berada di zona kuning berpindah menjadi zona orange,” katanya.

Pada pekan ini, yang menjadi sorotan pada 19 kabupaten/kota yang berpindah dari zona orange ke zona merah. Padahal, sebelumnya di zona oranye seharusnya bisa berpindah ke zona kuning. “Apabila masyarakat dan pemerintah daerah lengah, maka kabupaten/kota di zona orange dapat berpindah ke zona merah. Dan ini terjadi pada 19 kabupaten/kota pekan ini. Ini menunjukkan Pemerintah Daerah dan masyarakatnya benar-benar lengah,” tegas Wiku.

Adapun 19 daerah yang dimaksud, diantaranya Kota Bengkulu, Bantul, Karawang, Bekasi, Cilacap, Magelang, Karanganyar, Semarang, Kota Tegal, Tanah Bumbu, Kotawaringin Timur, Sukamara, Sumbawa, Kota Bima, Kota Kupang, Banggai Kepulauan, Kota Tomohon, Tanah Datar dan Kota Gunungsitoli.

Ia menyayangkan hal ini bisa terjadi. Daerah-daerah yang dimaksud harus segera mengevaluasi penerapan protokol kesehatan. Karena perpindahan zona ke arah yaang lebih berisiko harusnya dapat dihindari. Masyarakat harus dipastikan menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan). Sementara pemerintah setempat menegakkan disiplin kepada masyarakat yang masih abai protokol kesehatan.

“Selain itu tingkatkan 3T bagi pemerintah daerah. Sehingga deteksi dini dapat dilakukan pada mereka yang positif dan kontak terdekatnya, serta pelayanan pasien dapat dilakukan lebih dini dan meningkatkan peluang untuk sembuh. Ingat penanganan Covid-19 adalah tanggung jawab kita bersama,” pesan Wiku.

Diketahui, terjadi penambahan kasus positif sebanyak 3.779 kasus, jumlah kasus aktif per 10 November 2020 sebanyak 53.846 kasus atau 12,12 persen, dibandingkan rata-rata dunia sebesar 27,16 persen. “Sedangkan jumlah kesembuhan kumulatif 375.741 kasus atau 84,6 persen. Dimana kasus sembuh dunia adalah 70,35 persen. Untuk jumlah kasus meninggal kumulatif sebanyak 14.761 atau 3,3 persen dimana kasus meninggal dunia sebesar 2,47 persen,” kata Wiku.

Dari grafik data Kementerian Kesehatan per 8 November 2020, melihat grafik kasus aktif Covid-19 berada di level 12,16 persen dan lebih rendah dari rata-rata dunia mencapai 27,16 persen. Apabila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara saja, Indonesia lebih rendah dari Malaysia (27,4 persen) dan Myanmar (22,39 persen).

Dari negara-negara di benua Eropa dan Amerika, kasus aktif Indonesia lebih rendah. Negara-negara Eropa dan Amerika seperti Perancis (90,55 persen), Belgia (91,47 persen), Swiss (60,64 persen), Jerman (35,95 persem) Amerika Serikat (34,78 persen). “Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa penganan Covid-19 di Indonesia sudah on the track atau sesuai. Dengan rendahnya angka kasus aktif Indonesia, kita juga berperan dalam menekan kasus aktif di tingkat global,” tambah Wiku.

Pencapaian yang baik ini harusnya tidak membuat semua pihak lengah. Pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentigan lainnya untuk berkolaborasi menakan angka kasus aktif. Indonesia bisa belajar dari negara tetangga seperti Thailand (3,09 persen) dan Singapura (0,09 persen).

Lalu pada kasus meninggal, Indonesia masih dapat terkendali laju penambahan kasusnya. Di negara-negara lain terlihat laju penambahan kasus yang signifikan dalam waktu singkat. “Sementara Indonesia mampu mengendalikan laju kematiannya sehingga tidak ada sudden spike atau loncatan mendadak (grafik data). Ini menunjukkan kehati-hatian ndan kewaspadaan yang tinggi,” katanya.

Namun yang masih menjadi catatan dibandingkan negara-negara lain. Saat ini Indonesia angka kematian 3,33 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia sebesar 2,47 persen. Bahkan angka di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan negara di kawasan Asia, Amerika dan Eropa. Untuk Asia Tenggara saja Indonesia masih yang tertinggi.

Dibandingkan Singapura (0,04 persen), Malaysia (0,71 persen), Thailand (1,5 persen), Filipina (2 persen) dan Myanmar (2,31 persen). Negara lain di Asia seperti Jepang (1,68 persen) juga lebih rendah dari Indoensia. Untuk Eropa dan Amerika seperti Swiss (1,26 persen), Jerman (1,69 persen), Perancis (2,26 persen), Amerika Serikat (2,34 persen) dan Belgia (2,6 persen).

Masih tingginya angka kasus meinggal ini harus menjadi perhatian semua pihak. Harusnya Indonesia belajar dari negara-negara yang menekan angka kematiannya. Pemerintah katanya akan terus meningkatkan 3T (testing, tracing dan treatment) untuk menekan angka kematian.

Peningkatan 3T ini merupakan langkah penting untuk memastikan mereka yang positif Covid-19 dan kontak terdekatnya dapat dideteksi secara dini, sekaligus memastikan penanganan yang diberikan lebih cepat sehingga meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian.

“Penting untuk diingat bahwa upaya meningkatkan 3T merupakan bentuk kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Pemerintah daerah segera koordinasikan ke pemerintah pusat jika menemui kendala dalam 3T. Masyarakat jangan takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat,” pesan Wiku. (red)