Lima Kabupaten Rawan Karhutla, Sumsel Siaga Bencana

PALEMBANG, SIMBUR – Tahun 2024 Provinsi Sumatera Selatan memiliki lima wilayah yang rawan karhutla, yaitu OKI (Ogan Komering Ilir), Banyuasin, Musi Banyuasin (Muba), Ogan Ilir dan Musi Rawas Utara (Muratara). Hal itu diungkap Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Elen Setiadi SH MSE saat Rapat Koordinasi (Rakor) karhutla digelar di Griya Agung Palembang, Kamis (25/7).

Elen mengingatkan  agar para Kepala Daerah, utamanya OKI, Banyuasin, dan Muba memberikan perhatian penuh untuk mencegah karhutla. “Agar para kepala daerah benar-benar memberikan perhatian serius terkait karhutla. Begitupun Satgas berikan perhatian penuh kepada daerah rawan, tanpa mengesampingkan daerah lainnya,” tegas Elen.

Di beberapa titik di wilayah Provinsi Sumsel telah terjadi kebakaran lahan yang cukup mengkhawatirkan. Untuk itu, lanjut Elen para jajaran lapangan agar melakukan pengecekan rutin. Sementara berkaitan dengan anggaran, penanggulangan karhutla tetap akan menggunakan anggaran yang ada.

“Jika perlu dukungan dari pemprov maka akan kami usahakan, namun saya minta lakukan inisiatif terlebih dahulu. Tentu untuk jangka panjang dan menengah perlu dipersiapkan anggaran/dialokasikan pada anggaran tahun 2025,” jelas Elen.

Selain itu bantuan sosial berupa pemberian air bersih dan sembako tetap diperlukan dan dilakukan untuk masyarakat. Menurut Elen pelibatan tokoh masyarakat dan pelibatan perusahaan dalam mencegah karhutla masih penting.

“Pemberian bantuan agar fokus saja kepada wilayah yang rawan karhutla. Kemudian agar Satgas tidak pecah perhatiannya dalam penanganan karhutla meskipun dalam waktu dekat ada agenda-agenda nasional dan daerah yang akan diselenggarakan seperti peringatan HUT RI pada bulan Agustus, dan pelaksanaan pilkada di bulan November. Satgas agar tiap minggu memberikan laporan rutin,”  ujarnya.

Elen pun menegaskan beberapa hal yang harus dilakukan yakni sinkronisasi satgas provinsi dengan kabupaten, kemudian membagi tugas pengendalian kebakaran hutan kebun dan lahan dengan melibatkan semua stakeholder terkait yang ada baik di provinsi maupun di kabupaten yang dimulai dari sebelum terjadinya kebakaran.

“Optimalisasi peralatan, alat produksi pertanian yang ada pada kelompok tani untuk membantu pemadaman kebakaran sekaligus pendampingan kepada kelompok petani untuk melaksanakan teknologi buka lahan tanpa bakar,” pungkasnya.

Saat menjadi Inspektur Upacara pada kegiatan Pembukaan Pelatihan Penanggulangan Karhutla di Wilayah Sumsel, Elen berharap semakin meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan semua elemen dalam menghadapi dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumsel. “Mereka inilah yang akan menjadi motor penggerak utama melakukan pencegahan dan pemadaman jika ada titik api atau hot spot baru. Mereka akan turun mencegah perluasan kebakaran,” jelasnya pada kegiatan yang diselenggarakan Polda Sumsel di Griya Agung Palembang, Kamis (25/7) pagi.

Elen menjelaskan, sebagaimana  diketahui bersama bahwa musim kemarau Tahun 2024 ini dipengaruhi La Nina sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Meteorologi dan Klimatologi, kondisi ini sebenarnya merupakan kabar baik bagi. Sebab dengan pengaruh La Nina walaupun di musim kemarau masih akan terdapat hujan dengan adanya hujan menyebabkan kondisi lahan menjadi basah dan potensi kebakaran akan menjadi berkurang.

“Ini secara teori tetapi faktanya beberapa hari kemarin kita mendapatkan informasi di beberapa titik di wilayah Provinsi Sumatera Selatan telah terjadi kebakaran lahan yang cukup mengkhawatirkan seperti terjadi di Kabupaten Ogan Ilir, PALI, OKI dan Kabupaten Musi Banyuasin,” ujarnya.

Untuk itulah upaya mitigasi perlu ditingkatkan seperti sosialisasi, patroli dan pemadaman dini, hal ini perlu dilakukan untuk mencegah secara dini kebakaran hutan dan lahan, karena kalau tidak bisa ditangani secara dini potensi penyebaran luas kebakaran dengan kondisi lahan yang kering, keterbatasan sumber air serta akses yang sulit untuk mobilisasi peralatan dan personil membuat api akan semakin cepat meluas dan akan lebih sulit untuk dipadamkan.

Kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman serius bagi lingkungan dan masyarakat. Setiap tahun, Sumsel dihadapkan pada tantangan besar untuk mengatasi bencana ini. Dampaknya sangat luas, mulai dari kerusakan ekosistem, kerugian ekonomi, hingga gangguan kesehatan masyarakat akibat asap yang ditimbulkan.

Kebakaran hutan dan lahan dapat berdampak juga pada kerusakan lingkungan seperti terjadinya perubahan iklim, emisi gas rumah kaca, kelangkaan biodiversitas dan sumberdaya air yang saat ini menjadi salah satu isu penting internasional. “Untuk itu perlu ditegaskan agar kita dapat mengendalikan dan menjaga hutan dan lahan kita dari kebakaran hutan dan lahan,” tambahnya.

Lebih jauh Elen menjelaskan, bahwa latihan ini diselenggarakan dengan beberapa tujuan salah satunya untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan kita dalam menghadapi dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.

Melalui pelatihan ini, diharapkan anda mampu memahami penyebab dan karakteristik kebakaran hutan dan lahan. Menguasai teknik pencegahan dan pemadaman kebakaran yang efektif. Meningkatkan kemampuan koordinasi dan komunikasi dalam penanganan karhutla. Mengetahui aspek hukum dan regulasi terkait pengendalian karhutla

“Kami berharap seluruh peserta dapat mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh dan aktif. Ilmu dan keterampilan yang Anda dapatkan akan sangat berharga dalam upaya kita bersama melindungi hutan dan lahan dari ancaman kebakaran,” paparnya.

Elen juga mengingatkan bahwa tugas saat ini tidak hanya memadamkan api, tetapi juga mencegah terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga menjadi bagian penting dari tugas bersama.  “Semoga pelatihan ini membawa manfaat bagi kita semua dan dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat,” jelas Elen.

Senada diungkap Danrem 044 Gapo Brigjen TNI Muhammad Thohir. Menurut dia, karhutla sebagian besar terjadi karena faktor kelalaian manusia baik disengaja maupun tidak sengaja. Selain itu juga kebakaran dilakukan untuk pembukaan lahan baru. Diungkapkan Thohir pihaknya telah melaksanakan sinergitas dengan baik, serta telah melakukan penetapan status siaga dan pembentukan posko karhutla.

“Sebagian puncak kemarau terjadi di bulan Agustus. Hingga saat ini 722 hotspot sudah terdeteksi, sebagian besar di wilayah lahan gambut dan sebagian di lahan kering. Adapun potensi kerawanan karhutla yaitu di wilayah OKI, OI, Muba, Banyuasin, Muratara (masuk skala merah). Sedangkan untuk personil satgas prov Sumsel  sebanyak 9664,” bebernya.

Sementara itu, Kapolda Sumsel Irjen Pol A. Rachmad Wibowo menjelaskan bahwa pelatihan ini diikuti 250 personel yang terdiri dari 200 personel Polri dan 50 personel dari TNI. Mereka akan mengikuti pelatihan selama dua hari kedepan. Mereka ini dilatih tim ahli Manggala Agni di bawah Kementerian KLHK.

Untuk peralatan, para personel ini menurut Kapolda sudah dilengkapi dengan bantuan Gubernur ada alat pelindung diri dan pompa. Setelah menjalani latihan, kekuatan personel ini juga akan mendapatkan tambahan kekuatan sebanyak 240 personel dari Manggala Agni.  “Jumat akan ditambah  lagi kekuatan dari tim yang sudah ahli sebanyak 240 personel dari Manggala Agni. Jadi totalnya ada 490 tim pemadaman api Karhutla,” jelas Kapolda.

Kapolda Sumsel Irjen Pol Rachmad Wibowo menyampaikan Sumsel merupakan penyumbang CO2 nomor 2 di Indonesia setelah Kalimantan Tengah, dimana kabupaten OKI merupakan penyumbang tertinggi karhutla di Sumsel.

Oleh sebab itu langkah yang perlu diantisipasi dalam mencegah karhutla adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Rachmad mengatakan saat ini Polda Sumsel telah melakukan pembuatan embung sebanyak 226 embung, melaksanakan konsolidasi ke berbagai pihak terkait, dan memberikan bantuan sosial berupa air bersih bagi masyarakat.

“Untuk itu kami menyampaikan rekomendasi dalam pencegahan karhutla yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat agar meninggalkan budaya membuka lahan tanpa membakar, pengelolaan lahan tidur, membangun infrastruktur jalan untuk mitigasi karhutla, dan peningkatan patroli untuk mencegah karhutlah”, terangnya.

Adapun Arief dari BNPB menjelaskan bahwa bencana di Indonesia cukup banyak, tercatat sampai tanggal 23 Juli ini ada 1.072 bencana. Sebab itu, guna mencegah terjadinya karhutla ada pembelajaran strategi karhutla tahun 2023 untuk tahun 2024, diantaranya dengan melakukan pendampingan melekat, mengadakan rapat koordinasi rutin bersama forkopimda, pemberian dsp dan bantuan logistik pemadaman darat kepada satgas gabungan karhutla di daerah, operasi udara dengan deploy helikopter patroli dan water bombing serta pelaksanaan TMC.

“Kami juga sudah menetapkan status siaga bencana karhutla di 7 wilayah di Indonesia. Untuk Sumsel yaitu pada 13 Juni-30 November 2024 ditetapkan status siaga bencana karhutla. Per hari ini BNPB sudah deploy (helikopter) di Sumsel . Dukungan BNPB untuk operasi penanganan karhutla sudah disiapkan berbagai peralatan dan perlengkapan,” ujarnya.

Ia menambahkan identifikasi permasalahan karhutla dan TMC di Indonesia adalah masalah terbatasnya anggaran dan peralatan di daerah, juga terbatasnya helikopter yang dapat disewa. Selain itu, berdasarkan pengalaman tahun lalu penanganan karhutla hanya cukup sampai fase tanggap darurat di beberapa daerah saja.(kbs/red)