- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
- Jejak Melayu Jambi di Nganjuk, Hidup Damai Seribu Tahun
Warisan Leluhur dari Tanah Penesak OKI Hadir pada Festival Literasi Sumsel 2025
PALEMBANG, SIMBUR– Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir bakal memamerkan warisan leluhur tanah Penesak yang masih tumbuh subur di lingkungan masyarakat Pedamaran. Pameran tersebut akan berlangsung pada Festival Literasi Sumatera Selatan, 6-8 November 2025 di Palembang. Sekaligus pengukuhan istri Bupati, Ike Meilina Muchendi sebagai Duta Literasi OKI tingkat Provinsi Sumatera Selatan.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Mauliddini SKM MSi mengatakan, literasi budaya Penesak asal Pedamaran OKI kini telah resmi diakui sebagai salah satu budaya Sumatera Selatan yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) tahun 2025. Penetapan WBTbI dilakukan oleh Direktorat Warisan Budaya Kementerian Kebudayaan RI. “Benar, adat pernikahan Suku Penesak Pedamaran resmi diakui Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) tahun 2025,” ujar Mauliddini, Jumat (7/11).
Adat pernikahan Suku Penesak Pedamaran, lanjut Mauliddini, merupakan tradisi yang digelar selama tujuh hari. Setiap rangkaian prosesi sarat nilai dan budaya, terutama gotong royong. Setiap prosesi mempunyai makna tersendiri. Mulai dari gotong royong memasak (kocek-kocekan) hingga puncaknya berarak petang. Prosesi berarak petang merupakan arak-arakan pengantin diiringi musik jidor, ritual berangel (tabur beras kunyit), luncuk telur, dan lainnya masih dilakukan masyarakat suku Danau di Tanah Penesak.
“Di Penesak pernikahan bukan hanya ikatan dua insan tapi perayaan seluruh kampung hingga hari ketujuh. Dari semua rangkaian adat pernikahan Penesak mendasari tradisi gotong royong di masyarakat. Bukan hanya di Pedamaran tapi di seluruh wilayah Kabupaten OKI. Dari tradisi itulah dituangkan Bunda Literasi OKI dalam bukunya Yuk Bergotong Royong yang menumbuhkan kembali nilai-nilai kebersamaan di masyarakat, khususnya Kabupaten OKI,” ujarnya.
Menurut Mauliddini, pihaknya kini tengah mempersiapkan pameran tersebut, terutama menyangkut tema yang mengusung warisan leluhur dari tanah Penesak. “Tuturan pernikahan Penesak Pedamaran itu panjang sekali.Jika dituangkan dalam bentuk literasi tentu sarat dengan nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat OKU,” tegasnya.
Literasi budaya suku Penesak di Pedamaran, lanjut Mauliddini, sangat kaya dan dipandang sebagai benteng terakhir dari budaya suku Penesak itu sendiri. Budaya ini didominasi oleh nilai-nilai keagamaan Islam yang kuat dan tercermin dalam berbagai tradisi dan seni lisan mereka. “Literasi budaya Penesak Pedamaran adalah warisan hidup, yang terus beradaptasi sambil tetap memegang teguh akar nilai-nilai adat dan keagamaan warisan leluhur masyarakat OKI,” ujarnya.
Mauliddini menambahkan, salah satu literasi yang menonjol dilihat dari tradisi tutur adat pernikahan suku Penesak Pedamaran. Mencakup prosesi betunang, beterang, ngantarkah Juadah, dan Bearak petang yang kaya akan makna simbolik mendalam. “Tradisi adat pernikahan dengan membawa berbagai simbol seperti luncuk dan telur menggunakan tuturan khas yang memiliki makna sakral dan simbolis,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Mauliddini, puisi rakyat seperti Incang-Incang sering digunakan dalam upacara adat dan mengandung nilai-nilai budaya serta petuah-petuah luhur. “Selain adat pernikahan, sastra lisan Incang-Incang juga akan kami perkenalkan kepada masyarakat luas saat Festival Literasi Sumsel tahun ini. Tradisi lisan ini berperan dalam menjaga dan mewariskan sejarah serta norma-norma sosial masyarakat Penesak Pedamaran,” terangnya.(red/rel)



