- Satu Warga Probolinggo Tewas Tertimpa Pohon Tumbang
- Diapresiasi Ketua KPPU RI, Dandim 0402 Sebut Pembangunan Koperasi Merah Putih di OKI Sudah 83 Persen
- Menhan dan PWI Pusat Agendakan 200 Wartawan Ikut Retret di Akmil Magelang
- Jelang Pergantian Tahun, Pemerintah Percepat Pemulihan Bencana Sumatera
- Dianiaya di SPBU, Istri Almarhum Ketua SMSI Musi Rawas Polisikan Tetangga
Gempa Susul Banjir dan Longsor Hantam Aceh
JAKARTA, SIMBUR – Gempa bumi berkekuatan 6,5 Magnitudo mengguncang Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, pada pukul 12.10 WIB, Kamis (27/11). Episenter gempa terletak sekitar 55 km barat daya Sinabang, Aceh, pada koordinat 2,43° LU dan 95,87° BT dengan kedalaman 10 km. Gempa ini diikuti sembilan kali gempa susulan yang, meski lebih kecil, tetap dirasakan masyarakat setempat.
“Guncangan ini mengakibatkan kerusakan pada sejumlah fasilitas publik, robohnya beberapa bangunan, serta kebakaran pada gudang penyimpanan minyak tanah milik warga,” ungkap Abdul Muhari PhD
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Kamis (27/11).
Dampak dari bencana ini menimbulkan korban luka-luka sebanyak 12 orang, yang berasal dari berbagai kabupaten di Provinsi Aceh, antara lain Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Selatan, Nagan Raya, Aceh Tenggara, dan Simeulue. Sebagian besar korban luka-luka tertimpa reruntuhan bangunan. “Jumlah korban dan pengungsi masih dalam pendataan, sementara kerugian materiil serta kerusakan fasilitas publik juga masih dievaluasi,” ungkapnya.
Sebelumnya, BNPB menghimpun kejadian
banjir yang melanda Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, setelah hujan berintensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut secara terus-menerus sejak Senin (24/11) 2025, sekitar pukul 04.35 WIB. Curah hujan yang berlangsung lama menyebabkan debit air meningkat signifikan, sehingga sejumlah kawasan pemukiman terendam banjir. Genangan air dilaporkan merata di empat kecamatan, mencakup total 43 gampong, dan menjadi bencana yang mengganggu aktivitas warga setempat.
Wilayah yang terdampak paling luas berada di Kecamatan Banda Sakti dengan sejumlah gampong seperti Tumpok Teungoh, Simpang Empat, Lhokseumawe, Pusong Baru, Kampung Jawa Baru, Banda Masem, Hagu Barat Laut, Hagu Selatan, Hagu Teungoh, Kampung Jawa Lama, Keude Aceh, Kuta Blang, Lancang Garam, Mon Geudong, Pusong Lama, Ujong Blang, Ulee Jalan, hingga Uteun Bayi turut terendam.
Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Blang Mangat yang mencakup wilayah Mesjid Punteut, Blang Punteut, Kumbang Punteut, Rayeuk Kareung, Asan Kareung, Mane Kareung, Blang Buloh, Blang Weu Baroh, Alue Lim, Baloi, Blang Cut, dan Blang Teue. Sementara itu, Kecamatan Muara Dua dan Muara Satu juga tidak luput dari dampak banjir, dengan sejumlah gampong seperti Panggoi, Paya Bili, Uteun Kot, Gampong, Blang Poroh, Mns Mee, Cot Girek, Paya Punteut, Mns Alue, Mns Mesjid, Padang, Cot Tring, Paloh Dayah, Ujong Pacu, dan Blang Pulo yang turut terendam air.
Hingga saat ini, sekitar 100 kepala keluarga mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Data tersebut masih dalam proses pendataan karena beberapa wilayah belum sepenuhnya terjangkau petugas. “Kerugian materil akibat banjir pun belum dapat dipastikan secara menyeluruh mengingat kondisi air yang belum surut menghambat pendataan di lapangan,” ujar Muhari.
Sebagai langkah tanggap darurat, BPBD Kota Lhokseumawe melakukan kaji cepat untuk mengidentifikasi kebutuhan mendesak dan dampak kerusakan. Koordinasi lintas sektor dengan instansi terkait telah dilakukan untuk mempercepat penanganan. Selain itu, posko siaga bencana didirikan di sejumlah titik strategis, lengkap dengan dapur umum yang menyediakan kebutuhan dasar bagi warga terdampak.
Penanganan banjir melibatkan berbagai unsur, antara lain BPBD Kota Lhokseumawe, Damkar, TNI, Polri, relawan ERPA, dan masyarakat setempat yang aktif membantu proses evakuasi serta penyaluran bantuan. Meski upaya penanganan terus dilakukan, laporan terkini banjir masih belum surut. Situasi ini mendorong seluruh pihak untuk tetap siaga dan memperkuat koordinasi hingga kondisi kembali normal.
Di wilayah Provinsi Aceh lainnya, kali ini melanda Kabupaten Aceh Barat. Kejadian tersebut dipicu oleh hujan berintensitas tinggi yang mengguyur kawasan setempat, sehingga menyebabkan peningkatan debit air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Woyla dan Meureubo. Debit air yang tidak mampu ditampung aliran sungai akhirnya meluap pada Rabu, (26/11), sekitar pukul 10.00 WIB, dan merendam permukiman warga di empat kecamatan dengan sebaran mencapai 16 gampong.
Wilayah terdampak tersebar di Kecamatan Sungai Mas yang meliputi Gampong Kajeng, Geudong, Lancong, Tungkop, Leubok Beutong, Gleng, Gunong Buloh, dan Gaseu. Selain itu, Kecamatan Arongan Lambalek juga turut terdampak, terutama di Gampong Teupin Peuraho. Kondisi serupa terjadi di Kecamatan Woyla Timur yang meliputi Gampong Seuradeuk, Pasi Ara, Rambong, dan Baro.
Sementara Kecamatan Pante Ceureumen dilaporkan terdampak di Gampong Canggai, Keutambang, serta Seumantok. Genangan air di beberapa wilayah tersebut mengganggu aktivitas warga, menutup sebagian akses jalan, dan menyulitkan mobilitas kendaraan.
Dampak banjir ini dirasakan oleh sedikitnya 183 kepala keluarga yang tercatat sebagai terdampak langsung, dan sekitar 33 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke wilayah yang lebih aman. Selain merendam permukiman, banjir juga mengakibatkan kerusakan material, di antaranya 183 unit rumah yang terendam, satu unit kantor camat yang terdampak, serta sedikitnya dua akses jalan yang tidak dapat berfungsi normal. “Upaya pendataan masih terus dilakukan karena beberapa lokasi belum dapat dijangkau secara optimal,” tegasnya.
Sebagai langkah penanganan awal, BPBD Kabupaten Aceh Barat segera menjalin koordinasi dengan instansi terkait serta pihak kecamatan dan desa untuk mempercepat proses pendataan, pemantauan, dan penanganan. Tim BPBD juga dikerahkan ke Kecamatan Sungai Mas menggunakan perahu karet untuk mengevakuasi warga yang masih terisolasi banjir. Selain itu, dapur umum didirikan bersama masyarakat di Gampong Geudong dan Gampong Tungkop untuk memenuhi kebutuhan logistik para pengungsi dan warga terdampak.
Penanganan bencana ini berlangsung dalam kerangka status siaga bencana hidrometeorologi yang telah ditetapkan melalui Keputusan Bupati Aceh Barat Nomor 98 Tahun 2025. Status tersebut berlaku selama 120 hari mulai 12 September hingga 31 Desember 2025, sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana yang meningkat akibat cuaca ekstrem. Sejumlah pihak terlibat dalam penanganan, termasuk BPBD Kabupaten Aceh Barat, TNI, Polri, UKM PK UTU, serta masyarakat yang turut membantu evakuasi dan pendistribusian bantuan.
Laporan terkini, DAS Krueng Woyla dan Meureubo masih mengalami peningkatan debit air. Akses dari Gampong Seumantok menuju kecamatan terputus, sementara jalur menuju Pasi Ara masih terendam banjir. Beberapa warga telah mengungsi ke Gampong Kubu Capang. Ketinggian air di Kecamatan Sungai Mas rata-rata mencapai sekitar 130 cm, meskipun variasi ketinggian terjadi antar gampong. Sementara kawasan sekitar Kecamatan Woyla Timur mencatat ketinggian air mendekati satu meter.
Selain kejadian baru, berikut perkembangan kejadian bencana di wilayah Provinsi Aceh meliput Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Singkil, dan Kabupaten Bireuen
Wilayah Kabupaten Aceh Utara hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda surut. Kondisi di lapangan masih sangat terbatas, ditandai dengan terputusnya jaringan komunikasi, padamnya aliran listrik PLN, serta lumpuhnya layanan kantor pemerintahan. Situasi ini berdampak pada lambatnya proses pendataan dan penanganan darurat.
Peristiwa banjir dipicu oleh hujan berintensitas sedang hingga lebat sejak 20 November 2025, menyusul hujan yang mulai turun merata pada (19/11). Curah hujan yang berlangsung selama 3–10 jam menyebabkan peningkatan volume air permukaan. Kondisi tersebut diperburuk oleh sistem drainase yang tersumbat, kapasitas saluran yang tidak memadai, serta limpasan air dari kawasan perbukitan, sehingga menggenangi permukiman penduduk, fasilitas umum, tambak, lahan pertanian, dan akses jalan.
Banjir tercatat berdampak pada 17 kecamatan dengan total 130 gampong. Wilayah terdampak mencakup antara lain Kecamatan Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Baktya, Muara Batu, Langkahan, Syamtalira Aron, Samudera, Baktya Barat, Lapang, Dewantara, Matangkuli, Banda Baro, Lhoksukon, Pirak Timu, Sawang, dan Nibong.
Jumlah warga terdampak mencapai 2.668 kepala keluarga atau 4.441 jiwa, sementara 1.270 kepala keluarga atau 3.507 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kerusakan materiil meliputi 2.668 unit rumah terdampak, terdiri atas tiga unit rusak berat, 17 unit rusak sedang, dan enam unit rusak ringan yang masih dalam pendataan. Selain itu, banjir turut mengakibatkan abrasi pada satu ruas jalan utama, merendam sekitar 420 hektare lahan sawah, serta menenggelamkan 571 unit tambak di 15 gampong wilayah Kecamatan Seunuddon.
Upaya penanganan darurat dilakukan melalui siaga Pusdalops-PB BPBD Kabupaten Aceh Utara yang telah aktif di pos-pos masing-masing. Penanganan ini berlangsung dalam kerangka Status Siaga Darurat yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Aceh Utara Nomor 360/845/2025, berlaku mulai 23 November 2025 hingga 15 Januari 2026. Sejumlah kebutuhan mendesak masih diperlukan, antara lain alat berat untuk normalisasi aliran air, makanan pokok, serta bantuan logistik.
Perkembangan di Kabupaten Aceh Timur kembali terjadi banjir setelah sebelumnya mulai surut. Kondisi ini dipicu oleh hujan deras yang berlangsung sejak (20/11), disertai angin kencang yang membuat beberapa sungai di wilayah tersebut meluap. Genangan air dengan ketinggian antara 10 hingga 40 sentimeter kini merendam pemukiman penduduk, sarana umum, serta infrastruktur dasar, sehingga menghambat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Dampak banjir tersebar luas hingga meliputi 17 kecamatan dengan total 124 gampong terdampak. Wilayah yang paling parah mencakup Kecamatan Simpang Ulim, Nurussalam, Madat, Julok, Pante Bidari, Indra Makmur, Ranto Peureulak, Birem Bayeun, Sungai Raya, serta sejumlah kecamatan lainnya. Pendataan menunjukkan 7.972 kepala keluarga atau 29.706 jiwa terkena dampak, dengan rincian sebaran korban yang sangat rinci di tiap gampong. Banyak di antara warga tersebut terpaksa meninggalkan rumah dan bertahan sementara di masjid, meunasah, serta rumah keluarga maupun tetangga, dengan jumlah pengungsi mencapai 920 KK atau 2.456 jiwa.
Selain korban terdampak, kerusakan materil juga cukup signifikan. Sedikitnya 7.972 unit rumah dilaporkan terendam banjir dan masih dalam proses verifikasi. Sementara itu, dua unit rumah mengalami rusak berat, satu unit rusak sedang, dua fasilitas ibadah dan tiga fasilitas pendidikan terdampak, termasuk ambruknya lining depan masjid. Infrastruktur jalan pun tidak luput dari kerusakan, dengan dua akses utama terputus dan satu jembatan mengalami kerusakan, disertai terdampaknya lahan persawahan serta satu kedai yang mengalami rusak berat.
Beralih ke Kabupaten Aceh Singkil, perkembangan terkini menunjukkan bahwa banjir belum surut. Kondisi ini merupakan dampak lanjutan dari hujan intensitas tinggi yang terjadi sejak (19/11), menyebabkan Sungai Lae Cinendang meluap dan menggenangi permukiman di tujuh kecamatan. Air yang terus bertambah membuat beberapa wilayah kini memasuki kategori kritis, terutama di desa-desa dengan kontur rendah yang menjadi jalur aliran banjir.
Jumlah warga terdampak terus bertambah seiring perluasan area banjir. Hingga laporan ini diterbitkan, sebanyak 6.579 KK atau 25.827 jiwa tercatat terdampak, dan 684 KK di antaranya telah mengungsi. Mayoritas pengungsi memilih tinggal sementara di rumah kerabat maupun fasilitas umum, mengingat kondisi rumah mereka yang terendam tidak memungkinkan untuk ditempati. Kecamatan Singkil merupakan wilayah dengan dampak terbesar, sementara beberapa desa lainnya masih dalam proses pendataan.
Kerugian materil 6.000 unit rumah terendam, disertai kerusakan pada sejumlah fasilitas pendidikan, ibadah, kesehatan, serta jaringan jalan. Sebagian akses transportasi terputus, termasuk jalur penghubung antardesa dan jalan nasional di Kecamatan Singkil Utara serta Danau Paris. “Beberapa titik longsor telah berhasil dibersihkan, namun masih terdapat lokasi yang belum mendapatkan penanganan,” jelasnya.
BPBD Kabupaten Aceh Singkil terus memperkuat respons darurat dengan menurunkan tim ke lapangan, melakukan asesmen lanjutan, dan menyediakan sarana evakuasi, termasuk perahu untuk menjangkau wilayah yang terendam lebih dalam. Penanganan ini dilaksanakan sesuai status siaga bencana hidrometeorologi yang ditetapkan pemerintah daerah dan masih berlaku hingga akhir Desember 2025.
Kondisi terkini, banjir di Kabupaten Bireuen belum surut. Air masih menggenangi beberapa permukiman. Jalan Desa Ara Lipeh menuju Dusun Alue Seumayam dan akses ke perkebunan warga sepanjang kurang lebih delapan meter belum mendapatkan perbaikan sehingga belum dapat dilalui dengan normal. Di Desa Lhok Mambang, sejumlah warga yang rumahnya terendam masih bertahan di meunasah sebagai tempat perlindungan sementara, menunggu kondisi air menurun. Situasi lapangan masih dinamis dan pemantauan terus dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan lebih lanjut
Peristiwa ini terjadi pada Minggu, (23/11), sekitar pukul 02.00 WIB, ketika hujan deras mengguyur Kecamatan Makmur. Curah hujan tinggi tersebut menyebabkan luapan air yang kemudian menggenangi sejumlah wilayah, terutama di area pemukiman warga.
Banjir kali ini berdampak pada tiga kecamatan dan empat gampong, yakni Kecamatan Makmur yang meliputi Gampong Ulee Glee, Leube Me, dan Ara Lipeh, serta Kecamatan Samalanga dan Kecamatan Gandapura, dengan Gampong Lhoak Mambang menjadi salah satu lokasi yang mengalami dampak cukup signifikan. Berdasarkan data yang dihimpun sebanyak 956 kepala keluarga atau 2.272 jiwa terdampak, sementara 40 KK atau 100 jiwa lainnya terancam terisolasi karena akses yang mulai tertutup air.
Meskipun skala genangan tidak setinggi banjir besar lainnya di Aceh, kerugian materil tetap menjadi perhatian. Sebanyak 12 unit rumah tergenang dan 20 unit rumah terancam terisolir, dengan tinggi muka air (TMA) berkisar 20–30 sentimeter. “Kondisi ini mengganggu aktivitas warga dan memperlambat mobilitas, terutama pada jalur desa yang terendam air,” tutupnya.(red)



