Dua Warga Brebes Tewas Terseret Banjir dan Tersengat Listrik

JAKARTA, SIMBUR – Dua orang meninggal dunia akibat banjir di Brebes. Bencana melanda wilayah produsen bawang merah terbesar di Indonesia pada Sabtu (8/11). Kedua korban ini dilaporkan terseret arus banjir bandang dan tersengat aliran listrik.

“Selain korban meninggal dunia, enam orang warga harus mengungsi di rumah tetangga,” ungkap Abdul Muhari PhD, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (9/11).

Menurut Muhari, banjir akibat luapan sungai ini berdampak di tiga kecamatan antara lain Kecamatan Sirampog, Bumiayu, dan Bantarkawung. Data kaji cepat sementara tercatat delapan unit rumah terdampak, satu unit fasilitas pendidikan terdampak, dan satu unit jembatan Bantarwaru terputus. Jembatan ini menghubungkan desa Bangbayang-Bantarwaru-Pengarasan.

Hujan yang turun disertai angin kencang juga menimbulkan kerusakan rumah warga di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog. “Terjangan angin menyebabkan dua unit rumah rusak berat dan sepuluh rumah lainnya rusak ringan,” ujarnya.

Merespon kejadian ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes melakukan asesmen di lapangan dan evakuasi warga terdampak. Kecamatan Sirampog berada di wilayah perbukitan curam dengan ketinggian bervariasi antara 875 – 1.000 mdpl. Dari beberapa laporan kejadian bencana terdahulu, wilayah ini juga rawan pergerakan tanah yang dipicu oleh faktor cuaca.

“Berdasarkan data bencana BNPB, pada pertengahan April 2025 lalu, telah terjadi fenomena gerakan tanah di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog yang merusak 114 unit rumah,” terangnya.

BNPB bersama BPBD Kabupaten Brebes telah merelokasi warga dengan memberikan hunian tetap di kawasan yang lebih aman. Kendati demikian, warga Kecamatan Sirampog beserta pemerintah daerah setempat diharapkan tetap mengantisipasi adanya potensi bencana hidrometeorologi lainnya.

Sementara itu, wilayah Kecamatan Bumiayu juga memiliki risiko bencana tinggi. Kota kecil ini dikelilingi pegunungan dan bukit dengan ketinggian rata-rata 690 mdpl. “Topografinya yang berupa lereng bukit yang curam, lembah cekungan dan beberapa aliran sungai besar berisiko mudah meluap tiba-tiba jika terjadi hujan deras di wilayah hulu,” jelasnya.

Monitoring wilayah perbukitan, penanaman vegetasi penguat struktur tanah hingga perbaikan wilayah hulu sungai diharapkan dapat dilakukan secara berkala. Pembentukan dan penguatan Desa Tangguh Bencana (Destana) juga diharapkan menjadi garda terdepan dalam upaya meminimalisir dampak risiko bencana.

Menyikapi potensi bahaya hidrometeorologi pada musim hujan, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.

Langkah-langkah kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan memangkas pohon yang rapuh, memeriksa kekuatan bangunan, menyimpan dokumen berharga dan peralatan elektronik penting di tempat yang aman, menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan dasar untuk tiga hari, serta memantau prakiraan cuaca dari sumber yang kredibel.

“Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dengan durasi lebih dari satu jam, masyarakat hendaknya bersiap untuk evakuasi ke tempat yang lebih aman,” tutupnya.(red)