- Jika Pemda Gelar Program Makan Bergizi Gratis, Pj Gubernur Sumsel: APBD Harus Direvisi
- Jaksa Tolak Eksepsi Terdakwa Penembakan di Kalidoni
- UMP Sumsel 2025 Sebesar Rp3.681.571, Naik 6,5 Persen atau Rp224.697
- Warga Keluhkan Nilai Ganti Rugi Pembebasan Lahan Tol Kapalbetung
- Audiensi dengan Wamenpora, Siwo PWI Pusat Siap Gelar Seminar Evaluasi PON
Jadi Pembicara WPRF 2024, Menkomdigi: Manfaatkan Transformasi Digital untuk Diplomasi Budaya Indonesia di Dunia
NUSA DUA, SIMBUR – Indonesia berada di garis depan dalam memanfaatkan platform global untuk mempromosikan nilai “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia di dunia. Hal itu diungkap Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid, tampil sebagai narasumber utama dalam World Public Relations Forum (WPRF) 2024 di Bali, Rabu (20/11).
Menkomdigi mewakili Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto yang berhalangan hadir karena melaksanakan agenda kenegaraan di luar negeri. WPRF 2024 menyoroti peran Indonesia sebagai pemimpin regional dalam memadukan warisan budaya dengan teknologi digital modern. Meutya Hafid menyampaikan pesan Presiden Prabowo bahwa warisan budaya bukan hanya kebanggaan nasional, tetapi juga elemen strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di tingkat global.
Dijelaskan Menkomdigi, Indonesia, dengan 1.941 warisan budaya tak benda yang telah diakui secara nasional dan 13 di antaranya tercatat di UNESCO, berkomitmen untuk melestarikan kekayaan budayanya. Pemerintah juga menargetkan pengakuan 1.238 item baru hingga akhir 2024, serta terus melestarikan ribuan situs cagar budaya.
“Salah satu aset budaya tak benda Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika dan gotong royong, harus secara konsisten dipromosikan sebagai referensi bagi khalayak global. Dukungan dari tokoh-tokoh internasional yang berpengaruh harus didokumentasikan dan dinarasikan sebagai bagian dari budaya Indonesia,” kata Meutya.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengungkapkan, di era digital saat ini pendekatan narasi strategis telah menjadi instrumen penting dalam strategi nation branding.”Melalui teknologi digital seperti AI dan big data, Indonesia memanfaatkan platform global untuk mempromosikan nilai Bhinneka Tunggal Ika sebagai bagian dari diplomasi budaya,” ujarnya.
Menkomdigi juga menegaskan peran penting generasi muda Indonesia, yang mayoritas penduduknya adalah Gen Z dan Milenial, sebagai agen perubahan dalam memperkenalkan identitas bangsa kepada dunia. “Dalam konteks ini, teknologi menjadi sarana utama untuk menyampaikan narasi positif dan memperkuat persepsi global tentang Indonesia,” terang Meutya.
Sebagai pemimpin regional, Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam melawan misinformasi. Salah satunya dengan memprakarsai ASEAN Guideline on Combating Fake News and Disinformation. “Inisiatif ini menunjukkan bahwa selain memperkuat diplomasi budaya, Indonesia juga berperan aktif dalam menjaga kepercayaan publik dan stabilitas informasi,” paparnya.
Meutya Hafid mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam memanfaatkan diplomasi budaya dan teknologi digital sebagai jalan menuju harmoni global. “Dengan nilai-nilai keberagaman dan persatuan, Indonesia siap menjadi inspirasi dunia,” tutupnya.
Menurut Meutya, di era transformasi digital di mana data dan informasi mengalir deras, Indonesia memprioritaskan program literasi digital sebagai komponen integral dari pendidikan dan kampanye kesadaran publik. Inisiatif ini memberdayakan masyarakat untuk secara kritis menilai dan memverifikasi informasi dan menggunakannya untuk berbagi.
“Platform media sosial secara aktif didorong untuk memantau penyebaran informasi yang salah dengan mengidentifikasi dan menghapus konten berbahaya sambil memastikan transparansi dalam sumber-sumber baru untuk menegakkan integritas informasi. Kecerdasan buatan dan analisis data besar digunakan untuk mengumpulkan dan memantau jutaan konten negatif secara real time, sehingga memungkinkan tanggapan pemerintah yang cepat dan akurat,” kata Meutya.