Kuatkan Humas Kebangsaan Indonesia, Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi sebagai Mesin Perubahan Positif

NUSA DUA, SIMBUR – World Public Relations Forum (WPRF) 2024 diharapkan dapat menguatkan humas kebangsaan Indonesia di kancah internasional. Hal itu diungkap Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Boy Kelana Soebroto.

Menurut Boy, masyarakat Indonesia adalah humasnya Indonesia. Apa yang disuarakan di ranah digital dan apa pun ruangnya harus menyuarakan sebagai orang Indonesia. Oleh karena itu, kata Boy, pihaknya terus mengedukasi masyarakat agar bisa bicara hal-hal baik.

“Ini akan mengerucut bagaimana menguatkan humas kebangsaan sebagai warga negara Indonesia. Kami harus bisa mendukung suara baik tentang Indonesia. Truth itu harus dibangun, bukan hanya satu malam. Dimulai dari ruangan ini saja,” ungkap Boy saat konferensi pers di sela kegiatan WPRF, di Hotel Merusaka, Nusa Dua Bali, Rabu (20/11).

Dijelaskan Boy, Perhumas adalah organisasi yang tertua. Tahun ini memasuki usia 52 tahun. “Perhumas merupakan member Global Alliance jadi harus selaras. Kami punya program edukasi, pelatihan, dan sertifikasi,” terangnya sembari menambahkan, saat ini lebih dari 3.000 member Perhumas dan akan terus tumbuh. “Kami mengajak humas di kota besar juga humas di daerah,” imbaunya.

Ditanya soal artificial intelligent (AI), lanjut Boy, sebenarnya sudah ada sejak lama. “Hari ini kami bicara AI bila ingin melakukan perencanaan komunikasi. Kami dapat mengambil manfaatnya, lebih cepat dan mempermudah pekerjaan,” ungkapnya.

Bukan hanya AI yang digunakan, Boy menambahkan, tapi juga menggunakan pemikiran sendiri. Jurnalis bekerja menggunakan AI, kehumasan juga melakukan itu. “Kembali kepada orangnya, penggunaan AI secara transparan. Tidak mengutip apa yang menjadi punya kita. Satu hal lagi kami akan meluncurken kode etik kehumasan terkait AI,” terangnya sembari mengimbau penggunaan AI saat berkomunikasi harus sesuai dengan etika dan bertanggung jawab.

Dalam sambutanya pada pembukaan WPRF 2024, Boy menyebutkan Perhumas berkomitmen menjadikan komunikasi sebagai mesin perubahan yang positif dan bermakna. Di samping menjangkau setiap sudut masyarakat. Boy mengatakan, saat ini humas telah berkembang lebih dari sekadar komunikasi strategis.

“Sebagai anggota dari asosiasi PR global, Perhumas berkomitmen untuk mendukung misi penting ini. Kami memiliki visi yang sama. PR dan para pemimpin dunia, sebagai kekuatan sebagai kekuatan yang tidak hanya memberikan pengaruh. Selain itu, pengaruh etis dan terarah yang memprioritaskan kebaikan bersama. Karena itu, kami mendorong pemimpin dunia untuk menjadikan komunikasi sebagai mesin perubahan yang positif,” kata Boy.

Diketahui, WPRF 2024 yang diselenggarakan oleh Global Alliance bersama Perhumas Indonesia dan Katadata Indonesia tahun ini dihadiri oleh 1.400 peserta dari dalam dan luar negeri. Total ada 22 negara yang mengirimkan perwakilannya ke WPRF 2024.

Boy menambahkan, seluruh anggota Perhumas Indonesia memiliki kesempatan untuk membentuk narasi yang membangun kepercayaan, menginspirasi harapan, dan menyatukan orang-orang menuju solusi yang berkelanjutan.

“World Public Relations Forum juga akan mengeksplorasi kontribusi Indonesia terhadap ekosistem PR yang berkelanjutan dan tangguh. Kami percaya bahwa keberlanjutan sangat penting bagi masa depan pendekatan lapangan kami yang tidak hanya menghormati lingkungan, tetapi juga ekosistem sosial yang menopang kepercayaan dan pemahaman publik,” jelas Boy.

Menurut Boy, praktisi humas dan juga komunikasi harus bisa menginspirasi dunia yang semakin kompleks dan kaya akan informasi dengan menjaga kepercayaan. Kata dia, kepercayaan tentu saja didasarkan pada satu prinsip utama yaitu komunikasi yang bertanggung jawab.

“Komunikasi yang bertanggung jawab berarti kita harus mampu mengelola informasi dengan bijak, menghindari penyebaran berita palsu, dan memastikan bahwa kita berkontribusi dalam diskusi yang konstruktif, mempromosikan inklusi dan keragaman,” jelas Boy.

Di tempat yang sama, Presiden Global Alliance Justin Green mengungkapkan, lanskap komunikasi saat ini sudah berubah dengan hadirnya kecerdasan buatan. Namun, kata Justin, kecerdasan buatan tidak akan bisa menggantikan pekerjaan manusia.

“AI tidak akan mengambil pekerjaan. Orang yang tidak tahu cara menggunakan AI akan kehilangan pekerjaan. AI tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya membeli rumah. Memiliki keluarga yang tumbuh besar di rumah itu, dan kemudian kehilangan rumah itu karena bencana alam. Masa depan kecerdasan buatan adalah kecerdasan emosional,” kata Justin.

Lanjut Justin, Global Alliance dan seluruh anggotanya terikat oleh kode etik global dan prinsip-prinsip penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab, yang akan membawa profesi humas ke masa depan.

“Jadi pesan utama saya kepada Anda semua hari ini, mohon, mohon bergabunglah dengan saya dan rekan-rekan Anda dari seluruh dunia untuk memperjuangkan fakta daripada fiksi. Singkatnya, melangkahlah dan pimpinlah. Jadilah sumber informasi yang terpercaya. Kata-kata Anda memiliki kekuatan untuk membuat sejarah. Namun hari ini, Anda tidak berbicara dengan kata-kata. Anda berbicara dengan tindakan Anda,” ungkap Justin.

Justin menambahkan, Global Alliance dan anggotanya di seluruh dunia adala salah satu pemberi pengaruh terbesar di dunia. Menurut dia, Global Alliance aalah suara dari mereka yang tidak bersuara.

“Kami adalah hati nurani dari lingkungan industri besar. Kita adalah penjaga perubahan iklim. Kami adalah polisi yang menindak pelanggaran. Namun, yang paling penting, kita bersama-sama memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua. Sekarang, kita bertemu minggu ini pada saat yang sangat penting. Tidak hanya untuk profesi kita, tetapi juga untuk dunia,” tegas Justin.(red)