Merintis Rehabilitasi Lahan Kritis, Tingkatkan Kerapatan dan Tutupan Mangrove di Pesisir Sumsel

# Turunkan Emisi Karbon hingga Sumbang Oksigen untuk Dunia

# Semua Komponen Sukseskan Indonesia Folu Net Sink 2030

 

 

 

Melakukan rehabilitasi mangrove merupakan langkah strategis dalam mitigasi perubahan iklim. Perubahan iklim yang terus berjalan dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana. Rehabilitasi mangrove perlu gencar disosialisasikan kepada publik. Dengan begitu, masyarakat akan lebih jelas memahami. Mengingat, stok karbon yang ada pada mangrove menjadi harapan pada masa mendatang. Aksi rehabilitasi mangrove melindungi dunia dari emisi karbon. Selain dapat menjaga alam semesta dari ancaman kerusakan di muka bumi, rehabilitasi mangrove mampu memberikan peluang dalam pemulihan ekonomi nasional. Diikuti pertukaran pengetahuan antara masyarakat dengan komunitas ilmiah. Melakukan rehabilitasi mangrove secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan memberdayakan warga setempat. Didukung para relawan yang kerap menjaga kelestarian hutan dengan arahan kementerian melalui dinas dan badan terkait. Karena itu, rehabilitasi mangrove masih terus dilakukan warga Desa Simpang Tiga Sakti, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Berikut laporan hasil reportase selengkapnya.

 

 

PALEMBANG, SIMBUR – Menelusuri ratusan kilometer alur Sungai Musi menuju kawasan air payau yang ditempuh sekitar dua jam. Dilanjutkan perjalanan darat sejauh kurang lebih 60 kilometer selama satu setengah jam. Perjuangan yang sangat berat dan menguras keringat untuk tiba di lokasi rehabilitasi mangrove.

Sambal kepiting bakau gurih dan pedas meneduhkan lelah dari cuaca dan suhu panas. Sejumlah relawan dan masyarakat lokal tampak menikmati berkah mangrove setelah menempuh perjalanan panjang dari Palembang menuju kawasan Tanjung Tapa, tepatnya di Desa Simpang Tiga Sakti, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.

Berbekal sepatu boot warna kuning dan sebagian lagi tanpa menggunakan alas kaki, para relawan terjun langsung melihat hasil rehabilitasi mangrove di lahan seluas 67 hektare dan 61 hektare. Jejak langkah di lahan basah terbentang harapan dalam sebuah hamparan bakau. Kaki-kaki hujan yang runcing menancap di ribuan rumah kepiting. Sekat kanal sebagai sistem pengairan agar hutan mangrove tidak kering seakan menantang langkah para relawan untuk melakukan loncatan yang lebih jauh dalam melakukan rehabilitasi mangrove.

Di tapal batas rehabilitasi mangrove antara lahan 67 hektare dan 61 hektare itu, para relawan berdiri di garda terdepan. Memikirkan kembali (rethinking) upaya rehabilitasi untuk meningkatkan kerapatan hutan mangrove. Dengan harapan agar dapat menurunkan emisi karbon hingga mampu menyumbang oksigen bagi masyarakat dunia.

 

Perjuangan Arahman (52), warga Desa Simpang Tiga Sakti, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan patut mendapat apresiasi. Setelah berhasil melakukan rehabilitasi mangrove di lahan seluas 67 hektare (2019-2022), Arahman bersama masyarakat setempat kembali melakukan rehabilitasi 61 hektare hutan mangrove.

“Mulai dari proses pembibitan dan pengisian polibag, hingga penanaman dan perawatan saya melibatkan masyarakat di desa ini. Desember nanti clear semua penanaman (bibit mangrove). Sampai tiga tahun ke depan akan saya urus. Jika ada bibit yang mati, langsung saya tanam dengan gaya (pola) sulam,” ungkap Arahman, saat wawancara eksklusif Simbur, Jumat (9/9).

Mantan kepala desa selama dua periode itu mengungkap, lahan kosong akibat kebakaran hutan seluas 61 hektare yang akan digarap itu dibagi menjadi 16 petak dengan jumlah bibit 53.550 batang mangrove. “Ada 16 petak. Masing-masing petak 4 hektare. Saya siapkan 100.000 bibit tapi penanaman di lokasi 53.550 bibit. Sekitar 825 batang per hektare dikali 61 hektare plus 3.225 bibit agar lebih rapat,” paparnya.

Bibit yang ditanam di lahan 61 hektare, tambah Arahman, bukan berasal dari hasil penyemaian di lahan sebelumnya 67 hektare. Akan tetapi, diperoleh dari proses pembibitan baru yang didatangkan dari tempat lain. “Bibit yang ditanam seratus persen bakau. Bibit bukan dari yang sudah ditanam. Harus melakukan pembibitan baru,” jelasnya.

Ditanya mengapa memilih bakau, Arahman menyebut dirinya sudah berpengalaman di bidang tersebut. Khususnya dalam menanam mangrove. “Itulah ‘keilmuan’ yang saya dapat dari lapangan. Ilmu saya mampunya di situ, menanam mangrove,” ujarnya.

Disinggung keberhasilan sebelumnya, dia tersenyum dan merasa bangga terhadap dirinya dan masyarakat sekitar. Terutama pihak-pihak yang telah banyak memberikan dukungan. “Saya merasa senang dan bangga karena dengan sendirinya dianggap berhasil. Dari semula hutan yang kosong sehingga hutannya rapat. Saya bangga dengan diri saya sendiri. Terutama dengan pihak yang men-support saya, PT OKI Pulp and Paper Mills,” ungkapnya.

 

Upaya masyarakat di kawasan Tanjung Tapa, pesisir timur Sumsel melakukan rehabilitasi mangrove menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk kementerian melalui dinas terkait. Kepala Dinas Kehutanan Sumsel, Pandji Tjahjanto dan Kepala BPDAS HL Musi Sumsel, Dr Sulthani Aziz MSc beserta rombongan turun langsung me-launching Rehabilitasi DAS secara Voluntary Tanaman Mangrove Seluas 61 Hektare di Hutan Lindung Kawasan Sungai Lumpur, Jumat (9/9).

Kepala Dinas Kehutanan Sumsel, Pandji Tjahjanto mengapresiasi upaya rehabilitasi mangrove di kawasan tersebut. “Rehabilitasi mangrove di Desa Simpang Tiga Sakti Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten OKI ini seluas 61 hektare lebih kurang. Usaha masyarakat didukung PT OKI Pulp and Paper, BPDAS dan dinas kehutanan,” ungkapnya.

Pandji menambahkan, pihaknya sangat mendukung upaya rehabilitasi mangrove. Mengingat, kata dia, masih banyak lahan kosong akibat kebakaran hutan yang perlu dihijaukan kembali. “Ini memang merupakan volunteer dan harus kami dukung. Kami lihat masih banyak tanah-tanah yang besar ditanami mangrove tapi karena kebakaran hutan dan sebagainya sehingga menjadi kosong. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama,” terangnya.

Apalagi, kata Pandji, upaya rehabilitasi mangrove merupakan salah satu program unggulan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Dalam rangka menyongsong target bu Menteri, Indonesia pada tahun 2030 harus Folu Net Sink. Maka semua komponen, pemerintah, masyarakat dan swasta sama-sama bergerak untuk ke menanami lahan-lahan yang kosong,” harapnya.

Dia turut mengapresiasi berbagai kegiatan rehabilitasi mangrove yang harus terus digencarkan. Menurutnya, ada beberapa kegiatan, termasuk 67 hektare yang telah direhabilitasi sebelumnya. Ini dilakukan PT OKI Pulp untuk memenuhi kewajiban pinjam pakai kawasan hutan. Selain itu, BPDAS Musi juga melakukan penanam mangrove di Kecamatan Tulung Selapan. Kedepan penanaman mangrove akan terus kami galakkan,” jelasnya.

Apalagi, kata Pandji, ada pihak dari Yayasan Konservasi Alam Nasional (YKAN) melalui program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance atau Aliansi Restorasi Ekosistem Mangrove (MERA) yang nantinya akan terus membantu pemerintah daerah dan masyarakat untuk berdampingan. “Di daerah ada KKMD (Kelompok Kerja Mangrove Daerah). Ditetapkan dengan SK Gubernur yang melibatkan pemerintah provinsi dan kabupaten yang ada mangrove-nya. Ke depan bisa direncanakan bersama sehingga rehabilitasi mangrove bisa dilaksanakan bersama,” imbuhnya.

Masih kata Pandji, Dinas Kehutanan Sumsel memiliki target rehabilitasi 56.000 hektare hutan mangrove. Sementara, baru tercapai hingga tahun ini sekitar 600 hektare. “Target rehabilitasi mangrove di Sumatera Selatan 56.000 hektare. Masih cukup banyak yang harus dilaksanakan. Yang sudah dicapai, lebih kurang 600 hektare,” paparnya.

Mangrove, terangnya, menjadi sangat penting dalam menyerap karbondioksida hingga dapat menurunkan emisi karbon yang dapat berdampak pada perubahan iklim. “Mangrove ini salah satu wilayah yang stok karbonnya cukup tinggi. Dengan mangrove CO2 yang dihasilkan di perkotaan akan dikurangi dan dibuat nihil,” ujarnya.

Mengenai Folu Net Sink, Pandji menyatakan kesiapan Sumsel mendukung program dan kebijakan pemerintah pusat. Dia juga mengajak semua pihak untuk merealisasikan program tersebut. “Sumsel siap menyukseskan Folu Net Sink karena sudah melakukan rehabilitasi mangrove. Tidak hanya pemerintah, masyakat dan swasta pun ikut melakukan rehabilitasi,” ungkapnya.

 

Di lokasi yang sama, Wakil Direktur PT OKI Pulp and Paper Mills, Gadang H Hartawan mengatakan, grup Sinarmas sangat mendukung program pemerintah Indonesia untuk melakukan rehabilitasi mangrove sebagai salah satu upaya mitigasi dampak perubahan iklim. “Kami sudah melakukan rehabilitasi bakau dan sudah mendapat penilaian dari kementerian terkait. Dari keberhasilan yang kami lakukan di lahan seluas 67 hektare, kami mohon kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan dan pemerintah daerah untuk bisa melanjutkan kegiatan rehabilitasi bakau secara sukarela,” kata Gadang saat menyerahkan kewajiban penanaman secara simbolis.

Gadang mengaku masih banyak hutan dan lahan kritis yang harus segera dipulihkan kembali. Karena itu, pihaknya menyerahkan pelaksanaan rehabilitasi mangrove langsung kepada masyarakat. “Kami lihat masih banyak lahan yang butuh rehabilitasi. Ini murni voluntary, kami bermitra dengan memberdayakan masyarakat sekitar,” jelasnya.

Bukan hanya itu, tambah Gadang, masyarakat memiliki history yang dianggap cukup sukses melaksanakan kegiatan rehabilitasi mangrove. “Kami terus memotivasi mereka untuk bekerja terus merealisasikan seluas-luasnya rehabilitasi bakau di wilayah ini,” tegasnya.

Terkait lokasi yang bersebelahan dengan lahan rehabilitasi mangrove sebelumnya, Gadang mengaku pihaknya masih punya tanggung jawab atas kewajiban perusahaan dalam menjaga dan merawat mangrove yang sudah ditanam. “Kewajiban sudah kami serah terimakan. Kami masih punya tanggung jawab moral. Tanaman (mangrove) ini harus tetap dijaga. Makanya kami melakukan rehabilitasi mangrove voluntary itu berdampingan langsung. Dengan begitu, kegiatan sekalian menanam dan menjaga yang sudah ditanam,” terangnya.

Sebelumnya Gadang menjelaskan, selain wajib menanam kembali tentu saja harus tetap menjaga dan merawat rehabilitasi mangrove yang sudah dilakukan sebelumnya. “Secara umum saja, lokasinya berdampingan dengan lokasi rehabilitasi yang sudah dijalankanĀ  Semangatnya adalah memperluas tutupan lahan bakau sekalian bisa menjaga keberadaan rehabilitasi bakau yang sudah dijalankan,” ungkapnya.

Bukan hanya itu, lanjut Gadang, pihaknya telah mendapat persetujuan korporasi mengenai estimasi pembiayaan rehabilitasi. “Kami akan terus melakukan rehabilitasi mgrove. Kami sudah mendapat persetujuan budget untuk kegiatan ini secara bertahap,” ungkapnya.

Upaya tersebut menjadi langkah strategis dalam meningkatkan dukungan kepada pemerintah dan masyarakat untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Tahap pertama 61 hektare kami lakukan. Jika selesai nanti kami akan cari lokasi baru lagi bagaimana bisa mendukung pemerintah bagaimana bisa melakukan arahan Menteri dan Presiden saat ini. Melakukan penurunan emisi karbon melalui Folu Net Sink 2030,” tandasnya.(tim)