- Terdakwa Sebut Potongan Dana BOK untuk Kirim Bunga saat Ultah Pemda
- Tim Satgas Berhasil Padamkan Karhutla di Tebo Jambi
- Kecamatan Sukarami Tertinggi Kasus ISPA di Kota Palembang
- Hujan Efektifkan Pengendalian Karhutla dan Kualitas Udara di Kalbar
- Presiden Jokowi Pastikan Buka Kongres XXV PWI di Bandung, Diikuti PWI 39 Provinsi
Upacara Hardiknas Pakai Baju Adat, Sebut Bahasa Indonesia Lebih Unggul

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan menggelar upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2022. Upacara bendera berlangsung pada Jumat (13/5) di halaman kantor Balai Bahasa Sumsel, Kompleks Taman Budaya Sriwijaya, Jl Seniman Amri Yahya, Jakabaring, Palembang. Ada yang unik dan menarik dari pelaksanaan upacara bendera tersebut. Petugas pengibar bendera Merah Putih dan seluruh peserta upacara mengenakan pakaian adat daerah, khususnya Sumatera Selatan.
PALEMBANG, SIMBUR – Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan Drs Umar Solikhan MHum mengatakan, pihaknya menggelar upacara Hardiknas 2022 dengan mengenakan pakaian adat. Upacara diikuti seluruh pegawai Balai Bahasa Sumsel. Termasuk CPNS yang baru dan mahasiswa magang dari Universitas Bina Darma Palembang. Tema peringatan Hardiknas tahun ini adalah “Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar”.
“Dalam peringatan Hardiknas kali ini Balai Bahasa Provinsi Sumsel juga mengirimkan lima orang Duta Bahasa terpilih untuk mengikuti upacara Hardiknas tingkat pusat secara daring yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek dengan Pembina Upacara Mendikbudristek,” ujar Umar Solikhan, Sabtu (14/5).
Ditanya upaya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN (Association of South East Asia Nations), Umar mengatakan, dalam pandangannya bahasa Indonesia layak menjadi bahasa kedua di tingkat ASEAN setelah bahasa Inggris. “Hal itu sesuai yang disampaikan Mendikbudristek bahwa bahasa Indonesia layak dikedepankan karena mempunyai keunggulan dari sisi historis, hukum, dan linguistik,” ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Bahasa Sumsel, Sukamto SE MM menjelaskan, ada perbedaan upacara Hardiknas tahun 2022 dibandingkan tahun-tahun lalu. Menurut dia, tahun ini tanggal 2 Mei merupakan Hari Pendidikan Nasional. Akan tetapi, tanggal tersebut bertepatan dengan hari raya Idulftri 1443 H. “Untuk pelaksanaan upacara itu, dilaksanakan pada 13 Mei 2022 yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia, baik di pusat maupun daerah,” ungkap Sukamto, Jumat (13/5).
Secara khusus, tambah Sukamto, memang dari Instruksi Menteri Pendidikan yang mengumumkan bahwa penggunaan upacara Hardiknas menggunakan seragam adat daerah masing-masing. “Yang bertujuan untuk meningkatkan kecintaan para generasi muda terhadap adat istiadat daerah masing-masing terutama menjaga marwah pakaian adat,” paparnya.
Setiap tahun, lanjut dia, Hardiknas diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan. Upacara serentak sesuai instruksi menteri. Peringatan Hardiknas, kata Sukamto, merupakan bukti perjuangan Ki Hajar Dewantara yang merupakan Menteri Pengajaran pertama Kabinet Presiden Soekarno. Tokoh tersebut kemudian menjadi Kementerian Pendidikan dan Pengajaran dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Lanjut Sukamto, Ki Hajar Dewantara merupakan Pahlawan Nasional ke-2 yang ditetapkan Presiden pada 28 November 1959 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. “Dengan Keppres itu dia juga ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional,” sebutnya.
Terkait bahasa ASEAN, Sukamto menjelaskan, bahasa Indonesia lebih unggul daripada bahasa Melayu jika ingin dijadikan sebagai bahasa utama ASEAN. Menurut dia, ada persiapan dari Balai Bahasa terkait bahasa Indonesia yang akan dijadikan bahasa ASEAN.
“Kami harus bergerak bersama-sama. Serempak mempertahankan bahasa Indonesia agar tidak dijadikan bahasa yang dikerdilkan. Kami serempak melalui berbagai media massa dan media sosial untuk mengampanyekan bahasa Indonesia (sebagai bahasa ASEAN), baik di tingkat nasional maupun regional,” ungkap Sukamto.
Upaya tersebut, lanjut dia, agar bahasa Indonesia lebih unggul dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia, katanya, memang satu rumpun tapi beda dengan bahasa Melayu.”Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan karena menjadi pedoman masyarakat di Indonesia,” tegasnya.
Berbicara mengenai bahasa, lanjut Sukamto, akhir-akhir ini terdapat isu bahwa bahasa Melayu yang selama ini menjadi bahasa rumpun regional yang digunakan negara Malaysia. Sangat ramai dibicarakan akademisi dan media massa agar bahasa Indonesia diusulkan menjadi bahasa utama ASEAN. “Dari situlah banyak muncul berbagai tanggapan berbagai pihak. Dari segi usulan tersebut, Balai Bahasa merasa sangat bersyukur,” ungkapnya.
Dengan isu tersebut, tambah Sukamto, masyarakat khususnya generasi muda menjadi paham bahwa bahasa Indonesia itu sangat penting dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. “Selama ini sangat diabaikan dan dianggap sebelah mata. Dengan adanya isu tersebut, menggugah semangat semua terutama generasi muda agar perlu mencintai bahasa Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” imbaunya.
Bahasa Mencerdaskan Bangsa
Sukamto menngutarakan, fungsi pendidikan yang ada di Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan lebih memprioritaskan pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara. Pengembangan bahasa dan sastra, lanjut dia, menjadi bagian integral dari seluruh pengembangan kebudayaan.
“Secara khusus, justru bahasa dan sastra yang digunakan untuk mengemas seisi budaya yang dihasilkan masyarakat. Isi budaya yang dikemas melalui bahasa dan sastra dalam bentuk karya menjadi guru terbaik bagi masyarakat,” jelasnya.
Dengan kata lain, ungkap Sukamto, proses mencerdaskan bangsa dilakukan menggunakan bahasa. Bahasa dan sastra Indonesia juga menjadi kekuatan tersendiri yang dapat mencerdasan bangsa melalui bacaan sebagai komunikasi yang bercorak dialog. “Pembinaan dan pengembangan sastra tidak hanya menyangkut (karya) sastra yang menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, meliputi (karya) sastra yang berbahasa daerah,” paparnya.
Masih kata Sukamto, pengembangan sastra bertujuan agar keberadaannya sebagai salah satu unsur utama kebudayaan nasional tetap mantap dan mutunya makin meningkat. Dengan demikian, kelompok pembaca tetap dapat merasakan bahasa menjadi salah satu jenis kebutuhan yang harus dipenuhi.
“Kecenderungan yang mungkin terjadi bahwa dinamika perkembangan kehidupan dapat mengakibatkan kelompok pembaca akan berpaling. Mungkin akan menjauhi sastra. Tingkat perkembangan bahasa seringkali lebih dahsyat daripada tingkat pertumbuhan dan perkembangan sastra sendiri,” terangnya.(wms09)