Efisiensi Biaya, Manfaatkan Digital Core Banking

SINGAPURA, SIMBUR – Sebuah laporan riset merincikan kemampuan teknologi digital core banking untuk memperkuat infrastruktur perbankan. Termasuk bagaimana arsitektur perangkat lunak modern bisa meningkatkan kemampuan bank dalam menghadirkan layanan perbankan dan terus berinovasi. Hal tersebut mempercepat kesiapan bank untuk melaksanakan transformasi digital yang selengkapnya.

Laporan tersebut dirilis Thought Machine, perusahaan teknologi cloud native yang bermarkas di Singapura, bersama International Data Corporation (IDC). Kedua perusahaan tersebut menerbitkan bagian kedua dari riset bersaman dengan judul “Trully Digital Core Banking: You are More Ready Than You Think”.

Dalam laporan tersebut, sejumlah persyaratan wajib untuk digital core modern. Laporan itu memuat 25 ciri khas yang harus dimiliki sistem tersebut, termasuk on-demand analyticsintelligent configurationflexible licensing, penghematan biaya, dan lain-lain.

“IDC telah mengkaji gelombang investasi baru dalam digital core banking system di Asia Pasifik. Kini dapat menyatakan, berbagai bank siap memperoleh fitur-fitur core banking system generasi baru. Core banking system akhirnya lebih efisien, lebih berorientasi pada nasabah, dan lebih gesit. Seharusnya, tak ada negara dan bank di kawasan ini yang menunggu ‘saat yang tepat untuk bertransformasi’. Sekarang adalah saatnya,” ungkap Michael Araneta, Head of Advisory and Research, IDC Financial Insights, Kamis (25/3).

Senada diungkap Nick Wilde, Managing Director, Asia Pasifik Thought Machine. Menurut Nick, negara-negara di Asia kini bisa memanfaatkan efisiensi yang ditawarkan arsitektur cloud-native. “Selain kerangka kerja yang berorientasi API, dan fitur-fitur low-code enhancement yang melekat pada digital core sesungguhnya,” jelasnya.

Laporan riset ini mengulas core banking engine buatan Thought Machine, Vault, dalam konteks-konteks tersebut. Evaluasi atas paradigma pengembangan low-code dan no-code mencermati pendekatan low-code Vault yang mewujudkan berbagai manfaat bagi bank-bank yang ingin tampil gesit di tengah lingkungan yang cepat berubah. Pendekatan Vault yang berorientasi pada API dan bersifat seketika (real-time), juga telah dikupas, terutama kemampuannya dalam memperingkas integrasi dengan sistem-sistem lain, terhubung dengan program Open Banking, serta membantu berbagai bank untuk memanfaatkan kanal-kanal digital terbaru.

Dalam riset terbaru ini, indeks terbaru yang dikembangkan IDC, Digital Core Banking Opportunity Index memetakan sejumlah negara di Asia Pasifik berdasarkan dua aspek: opportunity-to-benefit dan execution readiness. Terkait aspek opportunity-to-benefit, negara-negara ini diukur menurut kesiapan nasabah dalam menggunakan layanan perbankan digital dan infrastruktur pasar. Sementara, terkait aspek readiness dimension, negara-negara diukur menurut kecenderungan perbankan untuk mengubah sistem yang lama, dan meningkatkan kemajuan infrastruktur pasarnya.

Negara-negara yang diukur dalam indeks ini adalah Australia, Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Ada sejumlah temuan dari indeks ini menunjukkan. Pertama, Singapura dan Australia memiliki peluang terbesar untuk digital core banking, sementara, negara-negara lainnya siap menjalani transformasi digital. Kedua, beberapa core system yang tertua berada di Filipina dan Malaysia, sementara, Vietnam memiliki core system yang relatif lebih baru. Ketiga, mayoritas negara-negara di Asia Pasifik yang diukur dalam indeks ini tergolong dalam segmen Market Acceleration: siap memanfaatkan digital core. Terakhir, Indonesia dan Thailand memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengubah core bank system, sedangkan, Malaysia dan Filipina lamban bermigrasi ke digital core.

Laporan riset ini ditutup dengan evaluasi atas pendekatan migrasi yang tersedia bagi bank-bank lama ketika bertransformasi ke sistem digital core banking. Vault diunggulkan berkat kemampuannya untuk melayani berbagai jenis migrasi: mengurangi kerumitan, risiko, dan biaya yang terdapat pada proses tersebut.

Diketahui, Thought Machine berdiri pada 2014 untuk membantu kalangan perbankan dalam memanfaatkan sistem-sistem modern, serta beralih dari platform TI lama yang telah membebani industri perbankan. Sementara, IDC adalah penyedia jasa terkemuka di dunia untuk data dan analisis pasar, layanan konsultasi dan acara bagi industri teknologi informasi (TI), telekomunikasi dan teknologi konsumer.(kbs/prnewswire)